tirto.id - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sebesar Rp374,4 triliun pada periode Juli-September (kuartal III) 2023. Capaian realisasi investasi itu tumbuh 7 persen dibandingkan capaian pada triwulan sebelumnya (q to q) dan berhasil menyerap 516.467 orang tenaga kerja Indonesia (TKI).
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menuturkan, realisasi investasi berasal dari kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp196,2 triliun setara 52,4 persen. Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp178,2 triliun tau setara 47,6 persen.
Bahlil menilai, realisasi investasi masih bertumbuh dengan baik meski dimulainya tahun politik dan melemahnya kondis ekonomi global.
“Kondisi ekonomi global yang belum pulih total dan internal domestik kita terjadi sebuah proses pemilu. Stabilitas ekonomi kita cukup baik ya sekalipun di tahun politik dan mudah-mudahan ini terjaga sampai Desember," kata Bahlil saat konferensi pers di Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Bahlil menuturkan, besaran realisasi investasi ke luar Pulau Jawa yaitu Rp190,9 triliun atau setara 51,1 persen, dengan QoQ tumbuh 4,9 persen dan yoy tumbuh 14,7 persen.
Sementara, di Pulau Jawa realisasinya sebesar Rp183,5 triliun atau setara 49 persen, dengan QoQ tumbuh 9,4 persen dan yoy tumbuh 29,7 persen. Sementara itu, sektor realisasi PMA dan PMDN pada periode Triwulan III 2023 paling besar pada industri logam dasar, barang logam, dan bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp56,9 triliun. Bahlil mengatakan, sektor tersebut digunakan untuk industri.
“[Sektor] ini biasanya dipakai untuk menjadi industri,” kata Bahlil.
Kemudian, Bahlil menyebutkan, lokasi realisasi PMA dan PMDN paling besar yang pertama adalah DKI Jakarta sebesar Rp50,9 triliun, Jawa Barat sebesar Rp49,5 triliun, Jawa Timur Rp38,9 triliun, Banten Rp28 triliun, dan Maluku Utara Rp27,8 triliun.
“Dalam konteks realisasi investasi, Maluku Utara masuk lima besar mengalahkan Jawa Tengah yang tidak masuk,” ucap Bahlil.
“Jangan main-main, kita di Indonesia timur itu juga sungguh mati, pengaruh investasinya tinggi. Muka boleh seram tapi investasi ramah,” tambah Bahlil.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin