tirto.id - Ratusan pengunjung memadati Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta untuk melakukan pengamatan gerhana matahari yang dilakukan di Planetarium dan Observatorium Jakarta mulai pukul 10.48, Kamis (26/12/2019).
Namun cuaca yang berawan membuat observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh warga sedikit terkendala.
"Saya dari pagi di sini, karena tahu dari media sosial kalau Planetarium TIM bikin acara pengamatan gerhana," ujar Putri, pelajar asal Jakarta Timur yang datang bersama keluarganya ketika ditemui di TIM, Jakarta Pusat pada Kamis siang, melansir laman Antara.
Pada 26 Desember 2019, Indonesia menjadi salah satu negara yang dapat menyaksikan Gerhana Matahari Cincin (GMC). Beberapa daerah yang dapat melihat titik terbaik GMC ini berada di Kabupaten Siak di Riau dan kota Singkawang di Kalimantan Barat.
Selain Siak dan Singkawang, beberapa daerah lain yang juga dapat melihat GMC ini adalah Padang Sidempuan dan Sibolga di Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan utara, dan Kalimantan Timur.
Menurut ahli astronomi Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) Widya Sawitar, untuk di Jakarta dan daerah-daerah lain di Jawa, gerhana matahari yang dapat dilihat adalah parsial atau sebagian. Hal itu dikarenakan Jakarta merupakan wilayah yang dilewati penumbra atau bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana.
"Pada Gerhana Matahari Cincin, perpanjangan proyeksi dari antumbra, perpanjangan proyeksi umbra atau bayangan utama, di mana bulan tepat berada di depan matahari tetapi piringannya lebih kecil dan tidak menutupi piring matahari," kata Widya menjelaskan.
Gerhana Matahari Cincin saat ini merupakan gerhana kategori Siklus Saros, yaitu gerhana ke 46 dari total 71 kali gerhana.
Dengan permulaan siklus itu terjadi pada 13 Agustus 1208 dan berikutnya terjadi pada 5 Januari 2038. Siklus Saros terakhir yaitu atau ke-71 akan terjadi pada 25 September 2470, menurut Widya.
Secara global, gerhana matahari cincin tahun ini melewati wilayah Eropa bagian timur, sebagian besar Asia, Australia Barat Daya, Afrika Timur, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH