Bisnis tambang tak lagi menjanjikan. Terlebih bagi tambang-tambang yang mengeruk batu bara. Kini, industri perbankan pun mulai jera menyalurkan pinjaman.
Sebagian wilayah Kalimantan penuh bopeng. Gara-garanya adalah perusahaan tambang yang tak menambal lubang bekas tambangnya sehingga membunuh manusia. Masalahnya ada di birokrasi: izin usaha tambang kerap didapat tanpa perusahaan membayar jaminan reklamasi.
Indorama Group, perusahaan manufaktur asal Indonesia melakukan investasi di bidang mineral dan tambang sebesar 4,5 miliar dolar AS. Bekerja sama dengan dua perusahaan lain, Asmidal dan Manal, Indorama berencana meluncurkan proyek pengolahan fosfat di Aljazair.
Investor dari Cina dikabarkan telah menyiapkan dana Rp9 triliun untuk melakukan penanaman investasi di Maluku Utara (Malut) yaitu melalui peningkatan kerja sama di sektor pertambangan. Malut dipilih karena dukungan dari pemerintah daerah setempat yang dirasa sangat membantu investasi pemerintah Provinsi Guangzhou.
Newmont akhirnya memilih hengkang dari Indonesia, di tengah ruwetnya polemik pembangunan smelter dan kewajiban divestasi saham. Tambang mereka akhirnya jatuh ke tangan Medco.
Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan ESDM Provinsi Maluku Utara, Rahmatia, DBH tersebut masih mengendap di Dirjen Minerba sejak 2011-2015 dan hingga kini belum diteruskan kepada Pemprov Maluku Utara.
Saat Freeport McMoran (FCX) menandatangani kontrak karya pertama 49 tahun lalu, posisi tawar Indonesia begitu lemah. Kini, Freeport menawarkan USD 1,7 miliar untuk 10,64 persen sahamnya kepada Pemerintah Indonesia.