tirto.id - Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto memaparkan sejumlah paradoks Indonesia sebagai negara yang kaya Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satunya adalah perihal jumlah utang yang menurutnya mencapai Rp 9.000 triliun.
Angka tersebut, kata Prabowo, didapatkan dari data Kementerian Keuangan dengan rincian utang pemerintah sebesar Rp4.060 triliun ditambah utang BUMN mencapai Rp630 triliun dan utang lembaga keuangan lainnya mencapai Rp3.850 triliun.
Selain itu, menurut Prabowo, terdapat juga utang Waskita Karya yang naik sebesar 669 persen, Wijaya Karya naik 181 persen, Adhi Karya 155 persen dan utang pembangunan perumahan naik 125 persen. Kenaikan utang empat BUMN ini, menurutnya, terakumulasi sejak 2014 sampai 2017.
"Kalau ditotal jumlahnya mencapai 9.000 triliun," kata Prabowo di Rumah Dinas Ketua MPR Zulkifli Hasan, Senin (25/6/2018).
Atas jumlah tersebut, Prabowo merasa prihatin karena seharusnya dengan SDA dan SDM yang banyak, Indonesia bisa menjadi negara kaya, bukan negara yang menumpuk utang.
"Utang-utang itu sudah sangat menbahayakan," kata Prabowo.
Penilaian terhadap bahayanya jumlah utang tersebut, kata Prabowo, diambil dari hasil analisa Moody's dari Bloomberg. Bukan berdasarkan analisis pribadinya sendiri.
"Ini bukan Prabowo yang ngarang," kata Prabowo.
Lebih lanjut, Prabowo merasa miris mendengar pernyataan salah satu pejabat yang menyatakan bahwa aset Indonesia masih banyak untuk dapat melunasi utang-utang tersebut. Pasalnya, kata dia, itu sama saja membuka peluang Indonesia tidak memiliki aset apapun karena habis digunakan membayar utang.
Tidak hanya itu, Prabowo juga merasa prihatin terhadap pemerintah yang terus menambah utang untuk melunasi utang sebelumnya.
"Kalau kita lihat secara garis besar sering kita berutang untuk membayar utang, untuk membayar bunga dan pokok utang. Dan kita utang untuk bayar gaji. Ini memang sulit tapi harus kita laksanakan," kata Prabowo.
Hari ini, Prabowo bertemu Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan di rumah dinasnya, Widya Chandra, Jakarta Selatan. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan pidato berdurasi 40 menit tentang paradoks bangsa Indonesia yang disebutnya sebagai sumbang saran untuk pemerintah.
Hadir pula dalam kesempatan itu Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, Wasekjen PAN, Yandri Susanto, Waketum Gerindra, Sugiono, dan Ketua Fraksi PAN, Mulfachri Harahap.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Alexander Haryanto