tirto.id - Dalam Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) yang akan digelar pekan depan, ada posisi ketua harian yang akan dibentuk di dalam tubuh partai.
Menurut Pemred Harian Rakyat Merdeka Ricky Handayani, posisi tersebut dianalogikan sebagai co-pilot atau sosok muda yang akan menjadi pengganti Megawati.
"Dengan adanya wacana ketua harian di PDIP saya kira akan menarik, ibaratnya nih sebuah pesawat maka ketua harian ini akan menjadi co-pilot," kata dia dalam sebuah diakusi di Kantor Para Syndicate, Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Jumat, (2/8/2019).
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau yang lebih dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri sudah menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) PDIP sejak tahun 1999 atau sudah menjabat selama 20 tahun.
Ricky melihat posisi ketua harian merupakan sarana latihan bagi para kandidat muda pengganti Megawati untuk lebih paham sistem lebih dekat di internal partai.
Pada kondisi ini, Ricky melihat ada sesuatu hal menarik untuk mengetahui siapa yang akan menduduki jabatan tersebut. Mengingat kursi tersebut merupakan posisi potensial pengganti Ketum.
"Misalnya Puan sebagai the next, kalau dilihat Puan belum maksimal. Jika bicara Pak Jokowi, saya melihat perolehan suara PDIP sejak 1999-2019 tidak ada faktor Jokowi yang luar biasa yang untuk mengangkat PDIP," terang dia.
Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Marcellus Hernowo menjelaskan, Kongres V PDIP nanti tidak menarik. Berdasarkan prediksinya, Megawati Soekarnoputri dipastikan akan terpilih kembali menjadi Ketum.
"Jadi tidak menarik. Sejak kongres lima tahun, sudah ada wacana regenerasi, tapi sampai sekarang ketua umumnya tetap Ibu Megawati," beber dia.
Bahkan, pengamat politik senior J. Kristiadi menilai langkah Jokowi untuk menggantikan Megawati di kursi Ketum PDI Perjuangan sulit.
Pasalnya, partai berlambang moncong putih tersebut sudah kental akan sosok Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Sehingga kepemimpinan PDI Perjuangan sulit lepas dari trah Soekarno.
"Berbeda, PDI Perjuangan adalah parpol yang punya suatu mitologi yang namanya Bung Karno. Nah mitologi itu juga bisa dibawa dalam proses kepemimpinan," tandas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto