tirto.id - Mabes Polri enggan berkomentar soal tuduhan di media sosial terkait posisi polisi sebagai buzzer capres Joko Widodo.
Ketika dimintai konfirmasi soal akun tersebut, Polri tidak mau menjawab. Tirto menanyakan soal akun @opposite6890 ke Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, Rabu (6/3/2019).
Dedi justru memberikan informasi yang tidak berkaitan dengan tuduhan itu yakni dengan memberikan agenda kegiatan Kapolri pada Selasa (5/3/2019) lalu.
Sebelumnya diberitakan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menantang Politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Mustofa Nahrawardaya, untuk membuktikan tuduhannya bahwa Polri membentuk pasukan buzzer untuk mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Amin.
Tantangan ini disampaikan juru bicara PSI Bidang Teknologi Informasi, Sigit Widodo, di Jakarta, Rabu (6/3/2019), melalui keterangan tertulis kepada Tirto.
Mustofa menyampaikan tuduhan tersebut secara terbuka pada sebuah dialog bertajuk 'Penyebaran Hoaks Terorganisasi?' di sebuah televisi swasta, Selasa (5/3/2019).
Tuduhan Mustofa ini mengutip cuitan akun twitter anonim @opposite6890 yang Mustofa mengaku mengenal adminnya.
Sigit mencurigai tuduhan ini sebagai langkah sistematis dari pendukung pasangan capres 02 untuk mendelegitimasi lembaga-lembaga negara dalam Pemilu 2019.
"Setelah serangan ke KPU, sekarang mereka menyerang Polri. Polisi juga harus tegas membantah dan membuktikan bahwa mereka netral dan tidak mendukung salah satu pasangan calon dalam kontestasi Pilpres 2019," ujar Sigit.
Dalam cuitannya 3 Maret 2019, akun @opposite6890 menuduh Polri telah membentuk tim buzzer beranggotakan 100 orang per Polres di Seluruh Indonesia.
"Akun opposite6890 menyebutkan tim ini menginduk pada akun @alumnisambhar dan menyebut ada aplikasi berbasis android yang bisa diunduh di situs mysambhar.com," tutur Sigit.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Zakki Amali