Menuju konten utama
Korban Rusuh 21-22 Mei 2019

Polisi Menyembunyikan Nama Reza yang Sudah Mati

Reza hilang, keluarga mencari. Reza mati, polisi menyembunyikan.

Polisi Menyembunyikan Nama Reza yang Sudah Mati
Ilustrasi serial laporan ricuh 21-23 Mei; brutalitas polisi. tirto.id/Lugas

tirto.id - Muhammad Reza hilang. Kabar itu disebarkan lewat media sosial dengan poster digital berisi info kehilangannya, lengkap dengan foto dan identitas.

Nama : Muhammad Reza

Alamat : Pondok Belimbing Tangsel

Umur : 23 tahun

Ikut dalam aksi 22 Mei, sampai sekarang belum ada kabar, teman yang ikut bersamanya tidak mengetahuinya.

Hari itu Reza memang ikut aksi 22 Mei di Bawaslu. Sebelum berangkat, ia berpamitan kepada Yanti, sang ibu. Namun, Reza tak kunjung pulang sampai esok hari. Yanti cemas. Apalagi tersiar kabar kericuhan di aksi itu.

Maka keluarga mencarinya. Mereka memasang pengumuman kehilangan orang. Mencantumkan kontak Andri, paman Reza, sebagai penghubung.

Pada hari Reza ikut aksi, Gubernur DKI Jakarta Anies Bawesdan mengumumkan ada enam orang tewas dalam kericuhan pada Selasa malam hingga Rabu pagi, 21 Mei-22 Mei.

"Ini per jam sembilan. Jadi ada sekitar 200-an orang luka-luka per jam 9. Ada 6 orang meninggal,” ujar Anies.

Esok harinya, Anies memperbarui jumlah korban. “Korban meninggal yang terbaru ada 8 orang."

Delapan korban meninggal itu Adam Nooryan (19), warga Tambora, Jakarta Barat; Abdul Aziz (27), warga Pandeglang, Banten; Bachtiar Alamsyah (22), warga Batuceper, Kota Tangerang; Farhan Syafero (31), warga Depok; Harun Rasyid (15), warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat; Reyhan Fajari (16), warga Petamburan, Tanah Abang; Sandro (31), warga Tangerang Selatan; dan Widianto Rizky Ramadan (17), warga Kemanggisan, Jakarta Barat.

Tidak ada nama Reza. Artinya, hari itu Reza masih bernapas, tapi dia di mana?

M. Reza Meninggal pada 24 Mei.

Tepat sebulan setelah kericuhan 21 Mei, saya pergi ke kampung Pondok Belimbing, Tangerang Selatan, mencari Reza. Informasi yang saya terima, Reza sudah meninggal dan dimakamkan dekat rumahnya.

Pada 11 Juni 2019, polisi menyebut korban meninggal dari "kerusuhan" 21-23 Mei bertambah menjadi sembilan orang. Tetapi, polisi tidak merinci identitas korban terbaru. Tidak juga menyebut nama. Dari apa yang saya dapatkan, korban kesembilan itu Reza.

Tidak mudah menemukan rumah Reza. Saya harus berjalan kaki sepanjang Jalan Pondok Belimbing, bertanya kepada tiga warga kampung. “Itu rumahnya,” kata lelaki tua menunjuk rumah bercat oranye di depan.

Saya mendatangi rumah itu dan bertemu seorang ibu. Ia mengenalkan nama Yanti, mempersilakan saya duduk.

“Ibu enggak mau ungkit-ungkit soal Reza," ujar Yanti. "Kalau ingat, pedih rasanya."

"Sudah. Ibu sudah ikhlas, sudah rida," ujarnya.

Yanti berkata putra bungsunya itu sehari-hari bekerja sebagai tukang antar galon air minum bersama bapaknya, Kadir. Reza biasanya mengantar galon air pesanan dari kompleks perumahan sekitar rumah. Reza adalah satu-satunya yang belum menikah.

Menurut Yanti, Reza aktif ikut pengajian. Namun, ia memastikan anaknya tidak terlibat organisasi semacam FPI dan lainnya. “Ikut pengajian biasa saja,” katanya.

Reza dikuburkan pada 28 Mei 2019, empat hari setelah dia meninggal, di pemakaman dekat rumahnya. Saya mendatangi makam Reza dengan berjalan kaki. Makam itu masih terlihat baru, tanahnya masih merah. Dua botol air mawar tertancap di makam. Pada nisan kayu ada tulisan:

M. Reza bin Abd. Kodir

Lahir : 13 Des 1995

Wafat : 24-05-2019

Jumpa Pers Polisi. Tak Menyebut Nama Reza.

Pada hari Reza meninggal, polisi menggelar konferensi pers. Tapi, jumpa pers ini tidak membahas Reza. Brigjen Dedi Prasetyo, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, mengungkap kasus hoaks "polisi dari Cina" yang menyebar di media sosial.

Polisi, kata Dedi, sudah berhasil menangkap pelaku penyebar foto hoaks tersebut. Sebagai pembuktian, Dedi menghadirkan tiga personel Brimob bermata sipit, kebanyakan berasal dari Manado.

“Dia membuat foto, membuat narasi dalam kontennya tersebut, kemudian memviralkan di beberapa akun. Baik akun media sosial atau grup WA,” kata Dedi.

Sampai konferensi pers itu selesai, jumlah korban meninggal pada kericuhan 21-23 Mei masih delapan orang. Reza belum masuk dalam daftar itu, meski sudah tak bernyawa lagi.

25 Mei. Mencari Reza.

Sehari setelah Reza meninggal, keluarga Reza masih pontang-panting mencarinya. Sekitar pukul delapan pagi, berbekal foto Reza dan kartu keluarga, ibu dan paman Reza mengendarai sepeda motor berboncengan, keliling ke rumah sakit-rumah sakit tempat korban kericuhan dirawat.

Yanti dan Andri menyusuri Tanah Abang, lalu ke rumah sakit Harapan Kita, lalu ke rumah sakit Pelni. Sampai lewat tengah hari, tak ada satu pun petunjuk keberadaan Reza.

Barulah saat mendatangi Polres Jakarta Barat, ada sedikit harapan.

Di sana Yanti mendapati nama Muhammad Reza tercantum dalam daftar polisi. Hanya nama, tanpa keterangan lain-lain. Sementara nama-nama yang lain pada daftar itu punya keterangan alamat.

"Pak, ini ada nama Reza, tapi enggak ada alamatnya?" tanya Yanti. “Apa ada di dalam (sel), ya?”

Petugas polisi memberitahu Yanti bahwa untuk nama tanpa alamat bisa dicari ke rumah sakit Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Yanti dan Andri langsung ke RS Polri. Di sana Yanti memberikan nama dan foto Reza, berharap mempermudah pencarian. Tapi, rupanya itu tidak cukup. Sampai menjelang magrib, harapan Yanti masih kosong.

Ia memutuskan pulang. Azan magrib berkumandang saat mereka jalan. Motor menepi, Yanti dan Andri berbuka puasa di pinggir jalan.

Jumpa Pers Polisi. Bukan tentang Reza, Melainkan Video Penyiksaan di Kampung Bali.

Pada hari Yanti berkeliling mencari anaknya, polisi menggelar konferensi pers di kantor Menko Polhukam. Tapi, lagi-lagi, polisi tidak membahas Reza yang sudah meninggal di RS Polri.

Tujuan jumpa pers itu polisi mengklarifikasi video "pengeroyokan" oleh personel Brimob terhadap seseorang yang "diduga perusuh" di Kampung Bali, 23 Mei pagi.

Brigjen Dedi Prasetyo menyebut ada 11 orang yang ditetapkan sebagai tersangka dalam "kerusuhan". Meski ia menyebut 11 orang, tapi tersangka yang dihadirkan hanya tiga orang.

Salah satunya Andri Bibir, orang yang mengaku sebagai korban "pengeroyokan" polisi di Kampung Bali.

“Saya sudah lihat video itu," kata Andri dengan muka bekas luka dan dibalut perban. "Saya bilang itu video saya, Pak. Itu waktu penangkapan saya.”

Sama seperti agenda rilis pers sebelumnya, polisi lagi-lagi mengklarifikasi hoaks. Dalam kasus video di Kampung Bali itu, polisi memastikan orang yang "dianiaya" itu bukanlah Harun, remaja 15 tahun yang meninggal akibat luka tembak dari lokasi ricuh di Slipi, 22 Mei. Karena jenazah Harun "belum teridentifikasi" di RS Dharmais, Jakarta Barat, Harun dibawa ke RS Polri, dan baru dimakamkan oleh keluarganya di Kebon Jeruk pada 24 Mei.

Sampai kini kematian Harun berselimut misteri; ada sesuatu yang masih ditutupi.

26-28 Mei: Menjemput Jenazah Reza.

Reza masih hilang. Setidaknya itu yang diyakini keluarga. Dua hari setelah Reza meninggal, keluarga masih mencari. Keluarga baru menerima kabar soal Reza dari RS Polri pada Senin, 27 Mei 2019.

Sayangnya, kabar itu kabar buruk: Yanti diminta menjemput Reza dengan mobil ambulans karena jenazah Reza sudah ada di kamar pendingin sejak 24 Mei.

Saat itu, Yanti baru saja tiba di kantor LBH Bang Japar, organisasi masyarakat bikinan politikus Fahira Idris, yang membuka "crisis center" usai aksi 21-22 Mei. Yanti bermaksud meminta bantuan. Begitu ia menerima kabar itu, ia langsung pulang dan mengabarkan kematian Reza kepada sanak famili.

Mereka menjemput jenazah Reza keesokan harinya, 28 Mei. Segera setelah dibawa ke rumah, jenazah Reza dimakamkan pada hari itu juga. Perwakilan polisi datang untuk mengucapkan belasungkawa.

Infografik HL Indepth Polisi Menampik Kematian Muhammad Reza

Infografik Polisi Menampik Kematian Muhammad Reza. tirto.id/Lugas

Polisi Berkelit. Nama Reza Masih Disembunyikan.

Hingga beberapa hari sesudahnya, polisi beberapa kali mendatangi keluarga Reza. Meski polisi sudah mengetahui Reza adalah korban kesembilan, tetapi mereka tak kunjung merilis nama Reza.

Dua minggu kemudian, polisi baru menyebut korban "kerusuhan" 21-23 Mei menjadi sembilan orang, tapi masih menyembunyikan nama Reza. Alih-alih menyebut nama Reza, polisi justru langsung melabeli korban kesembilan itu dengan tuduhan “perusuh”.

"Kami duga perusuh. Penyerang. Diduga, ya," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M. Iqbal, 11 Juni lalu.

Pada 21 Juni, Brigjen Dedi Prasetyo berkilah dia "belum mendapatkan informasi” saat kami bertanya soal identitas Reza yang masih belum juga dibuka oleh polisi.

28 Mei. Hari Pemakaman.

Sebelum dimakamkan, keluarga memeriksa tubuh Muhammad Reza. Kepalanya dipenuhi luka memar. Ada pula jahitan di kepalanya.

Menurut informasi dokter forensik yang disampaikan kepada Yanti, Reza meninggal akibat "benturan benda tumpul" di kepala.

Luka ini berbeda dari delapan korban meninggal lain, yang diduga ditembak dengan senjata api. Polisi mengatakan setiap korban memiliki satu luka tembakan. Empat di antaranya ditembak peluru tajam.

Sementara luka di kepala Reza lebih mirip luka penyiksaan. Seperti luka kepala Markus Ali yang dipukuli polisi di Kampung Bali hingga harus dirawat di ICU Khusus RS Polri. Begitu pula luka Akbar yang dipukuli polisi hingga harus operasi kepala dan dirawat di ICU Khusus RS Polri. Keduanya selamat.

Yanti tak berani melihat luka-luka pada jenazah anaknya.

“Saya sih juga bersyukur, anak saya bisa ditemukan meski keadaannya begitu,” kata Yanti, lalu menangis.

========

Pembaharuan (30 Juni 2019, pukul 11.30): Kami melakukan perubahan judul dengan menambahkan kata "nama" di dalam judul.

========

Laporan ini adalah kolaborasi antara Tirto.id dan Jaring.id. Reporter dari Tirto dalam proyek ini adalah Dieqy Hasbi Widhana dan Mawa Kresna. Wan Ulfa Nur Zuhra dari Tirto terlibat dalam visualisasi data. Dari Jaring.id: Abdus Somad dan Debora Blandina Sinambela. Materi laporan telah diperiksa oleh Fahri Salam (Tirto) serta Damar Fery Ardiyan dan Kholikul Alim (Jaring.id).

Sila baca laporan dari Jaring.id:

- Yang Luput Disebut Polisi

- Sisa Cedera Rusuh Jakarta

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Hukum
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana, Jaring.id & Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Fahri Salam