tirto.id -
Namun, Sandi tak menjelaskan mengapa ia sampai menyatakan informasi keliru bahwa ada mobilisasi becak dari luar Jakarta.
"Ada mobilisasi dengan pakai truk, tapi jangan dibesar-besarkan. Kalau ada politik di belakangnya, ini kan buih-buihnya," kata Sandi, Minggu (28/1/2018), seperti dikutip Antara.
Sandi memilih nyelonong meninggalkan balai kota untuk menghadiri pemeriksaan sebagai saksi di Polda Metro Jaya dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan penjualan tanah di Jalan Curug Raya, Desa Kadu, Tangerang.
Bukan kali ini saja Sandi menyampaikan informasi yang belum terklarifikasi ke publik melalui awak media. Sebelumnya, Kamis (11/1/2018), ia menyebut ada guru di DKI Jakarta yang gajinya mencapai Rp31.000.000. Informasi ini ia dapatkan usai bertemu dengan dua tokoh pendidikan yaitu Nanat Fatah Natsir dan Andi Faisal Bakti, serta Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sopan Adrianto, juga Sekretaris Susi Nurhati.
Menurut Nanat, standar gaji guru di Finlandia sudah mencapai Rp300-400 juta per tahun yang jika dibagi per bulan sekitar Rp30 juta. Sandi kemudian merespons pernyataan Nanat dengan menyatakan gaji dengan angka tersebut sukar diterapkan di Indonesia. Namun, Sopan kemudian menyahut dengan mengatakan DKI Jakarta memiliki guru bergaji Rp31.000.000.
Pernyataan Sopan inilah yang kemudian disampaikan Sandi kepada awak media di siang hari dan menjadi kontroversial. Namun, di malam hari, Sandi sadar dan mengklarifikasi bahwa angka Rp31.000.000 itu ia kutip dari Sopan. "Lho, kita juga ada, Pak, yang segitu. TKD kita ada yang Rp17-19 juta belum ada tambahan sertifikasi, belum tambahan dari macam-macam," kata Sandi menirukan ucapan Sopan.
"Namanya public figure ya wajar kalau salah. Tapi ini salahnya keseringan. Kan kita jadi bertanya, selama ini komunikasi dengan stafnya dengan SKPD (Satuan Kinerja Perangkat Daerah) gimana?" kata Gembong saat dihubungi Tirto.
Dalam konteks legalisasi becak, Gembong mengatakan Anies-Sandi mestinya memikirkan dampak terhadap minat tukang becak yang ada di daerah-daerah untuk masuk ke Jakarta. "Dampaknya kan jadi seperti ini. Mereka enggak punya cara bagaimana bisa melarang mereka [becak-becak daerah] kalau konsepnya belum matang. Dan jadi bilang ada mobilisasi, padahal itu memang dampak logis dari kebijakan yang diambil," ujarnya.
Sandi juga harus mulai mengarahkan pembicaraan soal legalisasi becak di Jakarta menjadi sebuah konsep konkret sebelum dijalankan. "Dia [Sandi] misalnya pernah bilang kalau becak bisa dijadikan angkutan pariwisata. Tapi bagaimana [konsepnya], itu yang belum dijelaskan," katanya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Jay Akbar & Maulida Sri Handayani