tirto.id - Pemimpin Jamaah Islamiyah (JI), Para Wijayanto sempat tidak tertangkap selama bertahun-tahun aktif di jaringan organisasi radikal.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan Para Wijayanto tercatat dinyatakan sebagai buron sebanyak dua kali karena diduga terlibat dalam serangan bom.
"Dia sudah dua kali ditetapkan sebagai DPO terkait kasus Bom Bali, Bom Kedutaan Besar Australia dan rangkaian [teror] JI lainnya," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta pada Senin (15/7/2019).
Dedi menambahkan, Para Wijayanto sempat menghindari kejaran Densus 88 dengan melarikan diri ke Sulawesi Tengah yang menjadi basis aktivitas kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"[Para Wijayanto] Sempat bergabung dengan MIT, dia mendukung logistik kelompok itu," ujar Dedi.
Para Wijayanto ditangkap pada Sabtu (29/6/2019), sekitar pukul 06.12 WIB. Dia ditangkap bersama 2 anak buahnya, MY dan BS, di sebuah hotel, di Jalan Kranggan 19, Jatiraden, Bekasi, Jawa Barat.
Sehari kemudian, Densus 88 juga menangkap anggota JI lainnya, A, di Perumahan Griya Syariah, Blok G, Kelurahan Kebalen, Bekasi. Densus 88 juga menciduk BT alias Haedar alias Feni alias Gani, pada hari yang sama, di daerah Pohijo, Kecamatan Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.
Kemudian, pada 3 Juli 2019, Densus 88 meringkus Sujadi Abdurrahman, warga Kelurahan Candirejo, Magetan, Jawa Timur. Pengusaha kulit itu diduga berperan penting dalam pengumpulan dana untuk JI.
Dedi sudah menjelaskan JI berbeda dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD), organisasi yang terlibat dalam sejumlah aksi teror di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Dedi, sebagian anggota JI menyeberang ke JAD karena menilai organisasi yang kedua lebih ekstrem.
"Dilihat dari sisi usia kedua organisasi itu, JI lebih tua dibandingkan JAD. JAD adalah pecahan JI yang terafiliasi ke ISIS yang dipimpin oleh Al Baghdadi," kata Dedi di Mabes Polri, pada 1 Juli lalu.
Dedi menambahkan, JI berafiliasi dengan Al-Qaeda, organisasi teroris internasional yang dipimpin oleh Ayman Al-Zawahiri sepeninggal Osama Bin Laden. Di antara sekutu Al-Qaeda adalah Taliban, Boko Haram dan Abu Sayyaf.
Dedi mengatakan JI tidak merekrut pelaku aksi teror tunggal (lone wolf). Sedangkan JAD memakai media sosial untuk merekrut pelaku lone wolf yang beraksi di Indonesia.
"Untuk saat ini, kegiatan JI hanya fokus pada rekrutmen, mereka mencari kader banyak untuk dilatih intelijen dan militer," kata Dedi.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom