tirto.id - Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, maju sebagai bakal calon Wali Kota Solo Pilwalkot 2020. Latar keluarga dan dukungan partai-partai besar membuat lawan-lawannya ragu sebelum bertanding.
Bakal calon yang telah mendeklarasikan diri melawan Gibran, yang didampingi Teguh Prakosa, adalah Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) yang maju dari jalur independen. Mereka didukung oleh organisasi kemasyarakatan bernama Tikus Pithi.
Kepada reporter Tirto, Kamis (5/8/2020), Ketua Ormas Tikus Pithi Tuntas Subagyo mengatakan meski optimistis dan yakin sebagian masyarakat Solo menginginkan perubahan, tetapi ia juga ragu karena dua anggotanya yang ia tunjuk untuk melawan Gibran menanggung tugas berat.
“Dilihat dari kacamata matematika berat. Kami independen, belum pernah ikut alur politik, lawannya anak presiden. Power jelas punya, dan uang mungkin banyak,” kata Tuntas, lalu menganalogikan situasi ini “seperti semut lawan gajah.”
Ketua KPU Kota Surakarta Nurul Sutarti mengatakan “Bajo ini satu satunya yang masih berproses di Jawa Tengah. Pasangan ini tinggal tahapan verfak (verifikasi faktual) saja, dan mempunyai peluang besar lolos Pilkada Surakarta 2020.”
Sesuai aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), syarat dukungan calon perseorangan atau independen adalah minimal 8,5 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Artinya, pasangan Bajo harus mendapatkan minimal 35.870 suara dukungan dari total 421.999 DPT di Kota Solo.
Saat ini pasangan Bajo telah mengirimkan perbaikan surat pernyataan dukungan B.1 sebanyak 19.551, dilampiri fotokopi KTP elektronik dan ada tanda tangannya. Setelah diverifikasi administrasi, “yang lolos atau memenuhi syarat (MS) ada sebanyak 16.700 pendukung,” katanya, dikutip dari Antara, Rabu (5/8/2020).
Surat pernyataan ini akan diverifikasi faktual pada 9 hingga 15 Agustus mendatang. Sebelumnya mereka telah mengantongi surat dukungan yang telah diverifikasi faktual sebanyak 28.629. Dengan demikian, jika 7.241 perbaikan surat pernyataan dukungan lolos, mereka dipastikan akan melawan Gibran.
Tuntas tak berlebihan menganalogikan Gibran sebagai gajah. Ia, selain anak presiden, juga didukung koalisi partai besar. Setidaknya dua partai besar telah resmi mendukung: PDIP yang menguasai 30 dari 45 kursi di DPRD Kota Solo dan Gerindra serta Golkar yang masing-masing memiliki 3 kursi.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerindra Kota Solo Ardianto Kuswinarno mengatakan fokus yang dititipkan Gerindra dalam visi dan misi pasangan Gibran-Teguh yakni terkait pariwisata. “Jika Mas Gibran terpilih memimpin Kota Solo pasti ada perubahan, lebih maju lagi. Ada suatu lompatan di sektor pariwisata, bisa lebih maju,” katanya Senin (3/8/2020) lalu, dikutip dari Antara.
Partai Golkar malah lebih dulu menyatakan dukungan. Hal itu diungkapkan Ketua Pemenangan Pemilu Jawa Tengah dan DIY DPP Partai Golkar Iqbal Wibisono pada 19 Juli 2020 lalu. “Andai tidak mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP, Partai Golkar tetap akan mengusung Gibran,” kata Iqbal, dikutip dari Antara.
Itu semua belum termasuk partai lain semisal PPP, PSI, dan PAN yang juga telah memberikan sinyal berkoalisi.
Satu-satunya partai yang terang-terangan melawan Gibran adalah PKS. Kepada reporter Tirto, Kamis (6/8/2020), Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kota Solo Abdul Ghofar mengatakan tak ingin hanya satu koalisi partai saja yang melenggang mudah memenangkan Gibran tanpa perlawanan.
Maka setelah PDIP resmi merekomendasikan Gibran-Teguh, mereka langsung melakukan komunikasi dengan sejumlah partai untuk penjajakan koalisi.
“Kemarin kami pernah [penjajakan] ke PAN, Golkar, dan Gerindra,” kata Ghofar. Tak hanya di daerah, Ghofar juga telah meminta pendampingan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS agar juga ada lobi-lobi di tingkat pusat.
Namun, sebagian partai telah menyatakan merapat ke koalisi Gibran. Misalnya PAN. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN Kota Solo Achmad Sapari mengatakan koalisi baru dengan PKS untuk melawan Gibran sulit terwujud. Ia juga meragukan koalisi lain yang bisa menandingi koalisi partai pengusung Gibran.
“Tidak ada koalisi lain lagi. [Kalau] PKS mau bikin koalisi baru biarkan mencari teman [koalisi] lain. Sudah tidak mungkin menandingi koalisi Mas Gibran, kecil sekali kemungkinannya,” kata Sapari kepada reporter Tirto, Kamis (6/8/2020).
Sekecil apa pun kesempatannya, waktu PKS untuk menggaet partai lain masih terbuka sebelum pendaftaran calon peserta pilwalkot pada 4 September 2020.
Ghofar menegaskan sebelum itu mereka “tetap berjuang untuk melakukan lobi” ke partai lain.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino