tirto.id - Bidang Kajian Akuntansi dan Perpajakan Asosiasi Emiten Indonesia, Ajib Hamdani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5-5,5 persen di akhir 2022. Sementara laju inflasi berada di rentang 3,3 -3,6 persen.
Ajib mengatakan, perkiraan pertumbuhan tersebut berdasarkan berapa indikator ekonomi dan inflasi ada saat ini. Dalam konteks pertumbuhan ekonomi, kata Ajib beberapa indikator utama telah menunjukkan tren positif.
Pertama, pendapatan perkapita Indonesia telah menunjukkan tren membaik. Walaupun menghadapi pandemi, kata Ajib PDB Indonesia di 2020 tembus sebesar Rp15.434,2 triliun. Kemudian pada 2021 naik menjadi Rp16.970,8 triliun. Indikator pendapatan perkapita, bahkan naik dari 57,3 juta menjadi 62,2 juta.
"Tahun 2022 yang memasuki masa endemi, menjadi momentum positif angka PDB dan pendapatan perkapita terus terdongkrak," kata Ajib kepada reporter Tirto, Sabtu (23/4/2022).
Ajib mengatakan indikator kedua yang perlu dicermati adalah kemiskinan. Sebab, untuk membuat lompatan ekonomi dari negara berkembang menjadi negara maju, tingkat kemiskinan harus terus diturunkan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) September 2021, rasio kemiskinan Indonesia masih di kisaran 9,7 persen. Rasio yang single digit tersebut, menurutnya harus terus dipertahankan di tengah melemahnya daya beli masyarakat.
"Program-program jaminan sosial, bantuan langsung tunai, dan lain-lain menjadi program jangka pendek yang bisa diandalkan untuk tetap menjaga kemiskinan dalam rasio yang sehat," jelasnya.
Kemudian indikator ketiga dalam pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengangguran. Ia menyebut rasio sebesar 6,49 persen pada 2021 menjadi lampu kuning agar jumlah pengangguran bisa terus ditekan.
Di sisi lain, indikator membuat laju inflasi sampai akhir tahun bisa tembus sampai dengan 3,6 persen adalah mempertimbangkan berbagai kebijakan pemerintah dianggap tidak pro rakyat. Misalnya kenaikan tarif PPN dari 10 persen menjadi 11 perseb yang efektif mulai diberlakukan pada tanggal 1 April 2022.
Belum lagi, kata Ajib adanya kenaikan harga komoditas-komoditas yang menjadi konsumsi mendasar masyarakat. Misalnya bensin, kedelai, minyak goreng dan lainnya
"Kondisi-kondisi tersebut menjadi faktor pertama dan faktor utama inflasi, yaitu kenaikan atas biaya produksi," jelasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto