tirto.id - Menstruasi, hamil, melahirkan, dan menopause adalah siklus biologis yang normal dihadapi oleh perempuan. Masalahnya, seringkali siklus-siklus tersebut membikin efek perubahan bentuk fisik termasuk pada vagina, sehingga menurunkan kualitas hidup perempuan. Peremajaan vagina, adalah solusi untuk menuntaskannya.
Saat belum berada di fase hamil, vagina perempuan masih berada dalam kondisi prima. Kolagen (protein penyusun tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit) di dalam vagina masih tebal. Vagina masih memproduksi cairan pelumas yang cukup, bentuk fisiknya pun masih kencang karena otot vagina belum mengendur. Namun, semakin tua, fungsi-fungsi ini akan hilang karena efek siklus biologis, sampai akhirnya perempuan tak bisa menikmati aktivitas seksual mereka.
Kolagen dalam vagina akan semakin menipis, membikin bentuk fisik mereka berubah menjadi “kisut” dan kering. Kondisi ini jelas akan menimbulkan rasa tidak nyaman, dan membikin sebagian perempuan jadi kurang percaya diri. Rata-rata perempuan akan mengalami kondisi ini saat menopause, di usia 48-54 tahun.
“Bukan hanya saat melahirkan, hamil pun bikin hancur [vagina] karena [janin] menekan otot vagina,” ungkap Ni Komang Yeni Dhana Sari, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Pondok Indah.
Kehamilan dan melahirkan menyebabkan trauma dan perenggangan sehingga membikin mukosa vagina berkurang kekuatan dan kekenyalannya. Apalagi kehamilan yang sudah lebih dari satu kali, atau melahirkan bayi besar, dan persalinan dengan menggunakan alat bantu seperti forceps dan vacuum.
Permasalahannya tak berhenti di situ, pada perempuan yang baru saja melahirkan, sebanyak 40 persen dari mereka mengalami kebocoran kandung kemih, sehingga seringkali tak kuasa menahan buang air kecil. Pada umur 40 tahun, estrogen (hormon seks) pada perempuan juga mulai menurun drastis, sehingga memunculkan efek berkurangnya cairan pelumas vagina. Kondisi ini seringkali berakibat pada rasa sakit saat berhubungan seksual, dan menurunnya libido.
“Semakin tua aliran darah dalam pembuluh di vagina juga tidak sebaik dulu sewaktu muda. Ini normal dan semua perempuan akan menuju ke sana,” ujar dokter yang karib disapa Yeni ini. Aliran darah menuju vagina akan memudahkan perempuan mencapai orgasme.
Ada sebanyak 30 persen perempuan yang mengaku tidak memiliki gairah seksual, sementara masalah seksualitas lain seperti disfungsi seksual dialami oleh 43 persen perempuan. Terakhir, statistik menunjukkan ada sebanyak 30 persen perempuan yang mengeluarkan air kecil saat berhubungan seksual. Selain karena siklus biologis, vagina juga bisa mengalami perubahan bentuk dan fungsi akibat perubahan berat badan dan gaya hidup, obesitas, merokok, serta konsumis alkohol, misalnya.
“Gejala ini yang sering tidak diutarakan, padahal bisa diatasi dengan peremajaan vagina.”
Mekanisme Peremajaan Vagina
Peremajaan vagina adalah prosedur perawatan di area genital meliputi vagina, rongga vagina, dinding vagina, seluruh otot dan mukosa yang ada di vagina serta dasar panggul. Metode ini tidak hanya dilakukan pada area internal vagina, tapi juga bagian luar seperti labia mayora, minora, klitoris, dan pubis. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas orgasme, mengembalikan sensasi seksual yang hilang, dan memberikan rasa percaya diri sehingga meningkatkan kualitas hidup perempuan.
Sejatinya, ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk menjaga otot vagina. Pertama, dengan melakukan latihan kegel untuk memperkuat otot dadar panggul. Tapi cara ini tentu saja tidak didapat secara instan karena memerlukan konsistensi.
Cara kedua adalah melakukan operasi vagina dengan hasil yang lebih pasti karena menutup celah dengan menghilangkan mukosa dan menarik otot longgar. Cara terakhir memperbaiki mukosa vagina menggunakan laser.
“Prosedur ini tanpa rasa nyeri atau masih dapat ditoleransi, dilakukan di poliklinik (bukan ruang operasi), dan tanpa anestesi,” kata dokter Yeni.
Tindakan laser bertujuan untuk memanaskan jaringan kulit dan mukosa sehingga kolagen baru terbentuk dan vagina kembali kenyal. Prosedurnya dilakukan selama sebulan sekali, selama tiga bulan. Laser pertama akan mengembalikan kolagen sebanyak 14 persen, prosedur kedua mengembalikan jaringan sampai 30-40 persen, dan laser terakhir akan memperbaiki jaringan sampai 80 persen.
Prosedur peremajaan vagina menggunakan laser dilakukan hanya dalam waktu 15 menit dan tidak memerlukan obat setelah tindakan. Tak ada pantangan khusus, tapi beberapa perempuan akan mengeluarkan cairan 1-2 hari pasca-tindakan sebagai efek dari pembentukan kolagen baru. Di waktu tersebut, mereka dilarang melakukan hubungan seksual.
“Kebanyakan pasien itu (70 persen) minta untuk memutihkan vagina (membuat vagina jadi berwarna merah jambu), memutihkan bagian labia, dan operasi vagina.”
Tak ada syarat khusus untuk bisa melakukan peremajaan vagina. Semua perempuan sehat yang merasa memerlukan koreksi di area vagina boleh menjalani prosedur ini, tanpa memandang usia, status pernikahan, jumlah kehamilan, dan cara melahirkan. Cukup siapkan bujet sebesar Rp5 juta untuk sekali laser agar bentuk fisik dan fungsi seksual vagina kembali seperti masa remaja.
Editor: Windu Jusuf