tirto.id - Merawat vagina adalah keharusan bagi para perempuan. Ada beragam cara untuk membuat mahkota perempuan itu tetap terjaga keharumannya, salah satunya menggunakan douche.
Dikutip WebMD, metode douching merupakan cara membersihkan vagina dengan menggunakan air dan cuka. Namun, dalam beberapa produk, muatan douche tak jarang mengandung antiseptik dan pengharum.
Dalam laporan berjudul “Fertility, Family Planning, and Reproductive Health of U.S. Women: Data From the 2002 National Survey of Family Growth” (PDF), yang dipublikasikan Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS, disebutkan 1 dari 5 perempuan AS yang berusia 15 sampai 44 tahun diketahui menggunakan douche.
Laporan itu juga menegaskan bahwa douche lebih sering digunakan oleh perempuan dengan tingkat pendidikan rendah serta anak perempuan yang baru pertama kali berhubungan badan.
Penelitian lain berjudul “Factors Associated with Frequent Vaginal Douching Among Alternative School Youth” (PDF) yang disusun Christine Markham bersama enam rekannya menyatakan sekitar 55 persen perempuan remaja pernah melakukan douche. Hasil penelitian tersebut diambil dari 331 remaja di sembilan sekolah di Texas. Markham sendiri merupakan staf dari Center for Health Promotion and Prevention Research di University of Texas School of Public Health.
Alasan perempuan remaja menggunakan douche, masih menurut riset Markham dkk, ialah anggapan bahwa douche bisa mengurangi bau tak sedap pada vagina (75 persen) serta mampu mencegah penyakit kelamin (22 persen). Alasan yang lain: permintaan pasangan.
Amankah?
Pertanyaannya: apakah douche aman digunakan? Jawabannya adalah tidak, apabila mengacu dari keterangan beberapa pihak.
Kongres Ahli Obstetri dan Ginekolog AS (ACOG), misalnya, menyarankan douche tak dipakai untuk menghilangkan bau tak normal saat keputihan. Senada dengan ACOG, laman kesehatan Healthline, mengimbau agar lebih hati-hati ketika membersihkan vagina dengan douche. Pasalnya, douche bisa jadi malah menimbulkan masalah kesehatan yang serius seperti gangguan kehamilan sampai infeksi.
Jenny Martino dan Sten Vermund dalam risetnya berjudul “Vaginal Douching: Evidence for Risks or Benefits to Women’s Health” (PDF) mengungkapkan bahwa yang menjadikan douche cenderung tidak aman dikonsumsi adalah karena douche menghilangkan flora normal yang ada di vagina.
Hilangnya flora normal memungkinkan mikroba patogen untuk tumbuh dan pada akhirnya melahirkan infeksi di saluran genital. Dari infeksi tersebut, bakteri bisa bergerak ke atas menuju serviks, uterus, tuba falopi, hingga rongga perut.
Perpindahan bakteri itu kelak dapat mengakibatkan radang panggul atau Pelvic Inflammatory Disease (PID).
Di AS, radang panggul menjadi penyakit yang menakutkan. Ia, sebagaimana ditulis Martino dan Sten dalam risetnya, menginfeksi lebih dari 1 juta perempuan. Sekitar 75 persen di antaranya adalah perempuan di bawah 25 tahun. Penyakit ini, pada 2000, ditaksir menimbulkan kerugian hingga 9 miliar dollar AS.
Ada dua jenis infeksi menular seksual yang menjadi penyebab utama PID, yakni gonore dan klamidia. Kedua infeksi ini menyebabkan gejala yang tidak tentu. Ada pula yang terjadi tanpa gejala. Anda yang belum pernah berhubungan seks dan kerap menggunakan metode douching juga patut waspada. Anda menjadi lebih berisiko mengalami vaginosis bakterialis, ketidakseimbangan antara bakteri baik dan bakteri jahat pada vagina. Gejalanya adalah keputihan.
Saat perempuan sudah terkena radang panggul, ia memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami kehamilan ektopik (implantasi sel telur yang dibuahi di luar rongga uterus) sampai berkurangnya kesuburan.
Lantas bagaimana cara agar membikin perawatan vagina tetap maksimal?
Menurut Kongres Ahli Obstetri dan Ginekolog AS, alih-alih memakai douche, para perempuan dianjurkan untuk pergi ke dokter kelamin agar diberi obat anti-jamur yang sesuai kebutuhan.
Jika memang tak berkenan menjalani perawatan medis, para perempuan tak perlu khawatir. Pasalnya, tubuh perempuan punya mekanisme alami untuk menjaga kesehatan vagina melalui keberadaan hormon estrogen. Hormon ini dapat mendorong tumbuhnya Lactobacillus, bakteri yang bertugas menjaga keasaman vagina sehingga terlindung dari mikroba penyebab penyakit berbahaya.
Editor: Maulida Sri Handayani