Menuju konten utama

Perbedaan Peluru Tajam & Peluru Karet yang Dipakai Polisi Saat Demo

Perbedaan peluru tajam, peluru karet, dan peluru kosong, yang kerap digunakan aparat saat mengatasi kerusuhan demo.

Perbedaan Peluru Tajam & Peluru Karet yang Dipakai Polisi Saat Demo
Ilustrasi peluru dan pistol. FOTO/istock

tirto.id - Polisi dan pasukan keamanan kerap dikerahkan saat ada demo atau unjuk rasa berlangsung untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama kegiatan. Namun, terkadang unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan yang tidak terhindarkan, sehingga polisi dan harus melakukan berbagai upaya agar situasi kembali kondusif.

Salah satu cara yang dilakukan adalah menembakkan gas air mata, meriam air, dan tembakan peluru. Tembakan peluru yang digunakan biasanya adalah tembakan yang tidak mematikan tetapi cukup melumpuhkan, seperti tembakan peluru karet.

Saat demo mahasiswa berlangsung di Kendari, salah satu tembakan polisi mengenai seorang demonstran, Randi (21) mahasiswa dari Universitas Halu Oleo yang menyebabkannya meninggal dunia. Belum ada kepastian peluru tajam atau peluru karet yang menyebabkan Randi meninggal, pihak forensik belum dapat memastikan.

Peluru, baik terbuat dari plastik maupun karet maupun material lainnya seperti metal yang dibalut kain dianggap sebagai senjata yang tidak mematikan dan biasanya digunakan untuk mengontrol massa saat demonstrasi.

Peluru-peluru tersebut biasanya ditembakkan dengan proyektil, yaitu alat untuk menembakkan peluru. Baik peluru tajam (peluru sungguhan) maupun peluru karet atau plastik ditembakkan dengan proyektil sehingga dapat menengani sasaran. Pada umumnya peluru ditembakkan di area tungkai ke bawah.

Namun, ahli berpendapat peluru semacam itu, seharusnya tidak dipakai untuk mengamankan massa, karena dapat menyebabkan kematian, meskipun disebut hanya melumpuhkan.

"Temuan kami mengindikasikan senjata-senjata ini memiliki potensi menyebabkan luka serius dan kematian," kata salah seorang ahli, sebagaimana dilansir The Guardian.

Peluru yang ditembakkan dengan proyektil dalam jarak dekat dapat menyebabkan luka parah, sedangkan pada jarak jauh membuat tembakan tidak akurat. Faktor jarak tembak berperan penting dalam menimbulkan luka atau tidak.

"Jika Anda sangat dekat dengan seseorang dan membidiknya, kecepatan [peluru karet] dengan peluru tajam sama dan keduanya berbahaya dan bisa saja mematikan," kata Rohini Haar, penulis studi mengenai peluru di University of California, Berkeley.

"Jika kamu menembak dari jauh, kamu tidak bisa membidiknya [...] benda itu akan memantul dan berputar di udara."

Peluru karet adalah peluru yang terbuat dari karet alih-alih logam yang ditembakkan dengan cara yang sama, yaitu dengan proyektil. Proyektil menggunakan tenaga panas yang akan membuat peluru melesat jauh.

Namun, karena karet memiliki karakteristik isolator (menahan energi panas), maka ketika ditembakkan, kecepatannya akan berkurang drastis dan tidak dapat melakukan penetrasi ke tubuh sasaran.

Peluru Karet

Peluru karet yang ditembakkan dengan proyektil hanya akan menimbulkan cedera balistik tumpul, tidak sampai menembus sasaran, sebagaimana peluru tajam, demikian diwartakan South China Morning Post (SCMP).

Namun, terkadang bukan pelurunya yang menjadi masalah, tetapi proyektilnya. selain jarak, proyektil memiliki peran penting seberapa besar cedera atau luka yang dihasilkan.

Dalam tinjauan sistematik 2017 mengenai literatur kematian, luka dan cacat yang diakibatkan oleh proyektil kinetik dalam mengontrol huru-hara, ditemukan 53 meninggal (dari 1,984 korban teridentifikasi), dengan trauma di bagian kepala dan leher.

Bagian torso (dada dan organ perut) mencapai seperempat dari total korban, dan luka karena penetrasi peluru (luka tembak) terhitung dua kali lipat daripada kematian yang disebabkan cedera peluru tajam.

Korban yang bertahan hidup, 71 persen di antaranya mengalami luka yang memerlukan penanganan khusus, 300 orang (16 persen) mengalami cacat permanen.

Mata adalah bagian paling rentan, dan 85 persen luka di bagian mata menyebabkan buta permanen. Sebaliknya, pada tubuh bagian bawah yang terkena peluru karet yang ditembakkan proyektil hanya 0,01 persen yang mengalami cedera parah.

Peluru karet ditemukan pada 1970-an oleh Kementerian Pertahanan Inggris untuk mengontrol kerusuhan di Irlandia Utara. Pada saat itu, 55 ribu peluru karet ditembakkan dengan proyektil oleh tentara Inggris ke orang Irlandia.

Peluru yang ditembakkan dalam jarak dekat menimbulkan tiga kematian dan sebagian besar cedera.

Peluru Tajam

Peluru tajam atau peluru hidup adalah peluru sungguhan yang terbuat dari logam (biasanya kuningan). Ditembakkan dengan cara yang sama dengan peluru karet, atau peluru plastik, yaitu dengan proyektil.

Peluru tajam dapat mematikan sasaran, karena dapat melakukan penetrasi ke dalam organ tubuh manusia. Medical Express menyebut peluru akan mematikan jika menembus otak.

Sembilan puluh persen luka otak akibat penetrasi peluru berujung kematian. Sisanya, sebanyak 1 dari 10 korban dapat hidup dengan cacat permanen di beberapa bagian tubuh.

Pada bagian tubuh lain, Drugs.com melansir, dapat menyebabkan luka dan cedera, seperti di hati, perut, usus, juga bisa mengenai gijal, kandung kemih, dan bagian perut lainnya dan sasaran masih bisa hidup dengan perawatan cepat dan tepat.

Untuk melumpuhkan sasaran, biasanya peluru tajam ditembakkan ke bagian tubuh betis ke bawah. Polisi jarang menggunakan peluru tajam untuk mengamankan massa saat demonstrasi karena berisiko besar menyebabkan kematian atau luka fatal.

Peluru Kosong

Peluru kosong tidak benar-benar berisi peluru, tetapi hanya selongsong yang ditembakkan dengan proyektil. Tujuan dari senjata ini adalah untuk memberikan tembakan peringatan karena ada efek suara ledakan dan percikan api.

Peluru kosong biasanya ditembakkan ke udara, agar efek suara yang dihasilkan maksimal.

Baca juga artikel terkait PELURU TAJAM atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra