tirto.id - Tindakan penyelamatan kecelakaan kapal KM Zahro Express yang terbakar di perairan Muara Angka Jakarta pada Minggu, (1/1/2017) tidak maksimal karena tidak dilakukan secara maksimal oleh tim penyelamat resmi antara lain Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakkamla), Badan Sar Nasional (Basarnas), dan Polisi Air (Polair). Penumpang kapal Zahro Express lebih dulu telah diselamatkan oleh nelayan tradisional.
Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono mengatakan KM Zahro Express terbakar tidak jauh dari Pelabuhan Muara Angke, kurang lebih hanya satu mil atau sekitar 1,8 km.
"Ironisnya, KM Zahro Express yang terbakar tidak jauh dari pelabuhan Muara Angke, para penumpangnya diselamatkan oleh para nelayan tradisional di sekitar lokasi, bukan oleh tim penyelamat resmi seperti Bakkamla, Basarnas, dan Polair," kata Bambang Haryo Soekartono melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa, (2/1/2017) seperti dikutip dari Antara.
Akibat kecelakaan tersebut, sebanyak 23 orang meninggal dunia, puluhan orang luka-luka, serta belasan orang masih dinyatakan hilang.
"Lokasi kecelakaan kapal ini sebenarnya masih sangat dekat dengan Pelabuhan Muara Angke, tapi tim penyelamat resmi lamban memberikan pertolongan," kata anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Politikus Partai Gerindra ini menjelaskan, para nelayan tradisional di sekitar perairan Muara Angke lebih cepat bergerak memberikan pertolongan dari pada tim penyelamat resmi.
Bambang Haryo juga menyayangkan nakhoda dan kru tidak memberikan pengarahan yang memadai kepada para penumpang kapal pada saat situasi darurat tersebut.
"Seharusnya ada pengarahan dari nahkoda dan kru kepal kepada penumpang. Penumpang harus meninggalkan kapal diyakinkan menggunakan alat keselamatan," katanya.
Kapal Zahro Express dijadwalkan membawa ratusan penumpang dari Pelabuhan Muara Angke menuju perjalanan ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada Minggu (1/1/2017).
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh