Menuju konten utama
Sejarah Hindu Budha Indonesia

Penjelasan Teori Ksatria, Sejarah, dan Tokoh Pencetusnya

Pahami proses masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara. Teori Ksatria mengungkap peran para prajurit dalam sejarah. Baca sekarang dan pelajari lebih dalam.

Penjelasan Teori Ksatria, Sejarah, dan Tokoh Pencetusnya
Ilustrasi Berdoa Agama Budha. foto/Istockphoto

tirto.id - Teori Kesatria adalah salah satu teori yang menjelaskan proses masuknya ajaran Hindu-Budha ke Indonesia. Teori lainnya dibagi ke dalam jenis Teori Aktif dan Teori Pasif.

Teori aktif diartikan bahwa orang-orang Nusantara belajar agama Hindu-Budha di India, yang selepas lulus kembali dan menyebarkan ajarannya. Salah satu contoh jenis Teori Aktif dalam penyebaran ágama Hindu-Budha di Indonesia adalah Teori Arus-Balik.

Sementara Teori Pasif yang dapat dipahami dengan adanya para pemuka dari India yang masuk ke Nusantara. Mereka inilah yang lantas menyebarkan ajaran Hindu-Budha. Jenis Teori Pasif inilah yang kemudian memunculkan Teori Brahmana, Teori Ksatria, dan Teori Waisya.

Isi dari Teori Kesatria

Pengertian Teori Ksatria mengatakan bahwa masuknya ajaran Hindu-Budha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta ksatria, bangsawan, atau prajurit. Teori Ksatria menempatkan orang India dengan kasta ksatria sebagai pemegang peran utama dalam melakukan penyebaran agama Hindu Budha di Nusantara.

Dikutip dari modul Sejarah Indonesia: Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia oleh Kemendikbud (2020:5), R.C. Majundar berpendapat bahwa munculnya kerajaan Hindu di Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau prajurit India.

Sebagai salah satu tokoh Teori Kesatria, R.C. Majundar menduga bahwa para prajurit India adalah yang melatarbelakangi pendirian koloni-koloni di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara.

Dalam sebuah cerita klasik jawa juga dikisahkan bahwa terdapat seorang ksatria dari seberang yang datang ke tanah Jawa. Ksatria ini merebut kedudukan tinggi di kerajaan yang telah berdiri sebelum kedatangnya, dengan cara menikahi seorang putri keturunan raja.

Tokoh Pendukung Teori Kesatria

Tokoh Teori Kesatria lainnya, yakni seorang ilmuwan bernama C.C. Berg. Dikutip dari modul Silang Budaya Lokal dan Hindu Budha oleh Nur Khosiah (2018:4), Berg melalui analisisnya terhadap Panji Jawa, beranggapan bahwa para ksatria yang berasal dari India itu memiliki pengaruh yang besar.

Mereka mendapatkannya dengan cara merebut kekuasaan, maupun cara yang lebih halus dalam terbentuknya aneka dinasti di pulau Jawa.

Selain itu, terdapat faktor lain yang menyebabkan para ksatria dari India berlayar ke Nusantara. Di antaranya adalah kekalahan dalam perang, hingga memaksa mereka untuk pergi ke wilayah lain.

Terlebih pada masa terkait, wilayah India juga kerap mengalami persoalan politik. Para prajurit yang kalah lantas mencari tempat-tempat pelarian, dan salah satunya menuju Nusantara.

Beberapa tokoh Teori Kesatria yang mendukung teori ini dalam proses penyebaran ajaran Hindu Budha adalah C.C. Berg, Mookerji, Moens dan R.C. Majundar.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kesatria

Seperti teori-teori lain pada umumnya, Teori Ksatria juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan Teori Kesatria di antaranya sebagai berikut:

1. Teori Ksatria Tidak Didukung Data Memadai

Pendapat R.C. Manjundari dalam menjelaskan Teori Ksatria tidak didukung dengan adanya data yang memadai. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya bukti arkeologis yang menyatakan adanya ekspansi prajurit India ke Nusantara.

2. Tidak Ditemukan Prasasti

Beberapa ilmuwan lain juga melakukan tanggapan mengenai Teori Ksatria seperti F.D.K. Bosch dan N.J. Krom. Bosch berpendapat bahwa seharusnya ketika seorang Raja India telah menaklukan suatu wilayah, maka akan meninggalkan sebuah prasasti. Pada kenyataannya, peninggalan semacam itu tidak ditemukan di Indonesia dan India.

3. Percampuran Bahasa di Indonesia

Bosch juga menyatakan bahwa seharusnya terdapat percampuran bahasa di Indonesia dengan rumpun Aria, Prakit, atau Tamil. Tapi realitanya pribumi Nusantara hanya menggunakan bahasa Sansekerta dalam upacara dan ilmu pengetahuan. Tidak ditemukan adanya pembauran bahasa Prakit ataupun Tamil di Nusantara.

4. Hubungan Aspek Kebudayaan Indonesia dan Hindu-Budha

Sementara Krom menanggapi Teori Ksatria dengan mengamati hubungan antara aspek kebudayaan Indonesia dan Hindu-Budha yang masih terlihat dengan jelas. Hal ini tentunya tidak dapat terjadi apabila pribumi hidup di bawah tekanan para ksatria India.

Sementara itu, sebagaimana dikutip dari buku IPS Terpadu oleh Nana Supriatna dkk (UPI Press), adapun kelebihan Teori Ksatria dan sejumlah tokoh yang mendukungnya di antaranya sebagai berikut:

  • Jiwa petualang serta keinginan untuk menaklukkan wilayah baru umumnya dimiliki oleh golongan ksatria atau prajurit
  • Menurut C. Berg, banyak ksatria berperan dalam perebutan kekuasaan di Indonesia. Mereka dijanjikan pernikahan dengan putri kepala suku setempat apabila berhasil memenangkan pertempuran. Hal ini memudahkan penyebaran ajaran Hindu-Buddha
  • Mookerji berpendapat bahwa para ksatria mendirikan permukiman yang berkembang menjadi komunitas besar dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di India
  • L. Moens menyatakan bahwa pada abad ke-5, banyak ksatria melarikan diri dari peperangan di India. Para prajurit dari keluarga kerajaan ini kemudian mendirikan kerajaan baru di wilayah Indonesia

Bukti Sejarah Teori Ksatria

Seperti dikemukakan di awal, pengertian Teori Ksatria adalah teori yang menjelaskan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara. Teori ini menyatakan bahwa penyebaran kedua agama tersebut dilakukan oleh para prajurit atau golongan Ksatria.

Dalam ajaran Hindu, Ksatria adalah kasta kedua tertinggi setelah Brahmana. Teori ini berpendapat bahwa para prajurit datang ke Nusantara akibat konflik politik di India yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan di sana.

Salah satu bukti yang mendukung teori ini adalah fakta bahwa pada periode masuknya agama Hindu-Buddha, banyak kerajaan di India mengalami kehancuran. Selain itu, di Indonesia juga muncul kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang didirikan oleh tokoh-tokoh keturunan India.

Keberadaan kerajaan Hindu-Buddha sejak awal Masehi yang dipimpin oleh keturunan India menjadi salah satu bukti yang memperkuat Teori Ksatria.

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Oryza Aditama
Penyelaras: Ibnu Azis