tirto.id - Acuan penggunaan Bahasa Indonesia yang berlaku saat ini adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI resmi menggantikan pedoman lama, yaitu Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sejak tahun 2016.
Sebelumnya, PUEBI dikenal sebagai Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi ketiga yang terbit pada 2009. Bisa dibilang, PUEBI merupakan versi terbaru dari EYD.
Tahun 2016, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat itu, Anies Baswedan, ditetapkan bahwa PUEYD diganti dengan nama PUEBI.
Ketetapan penggunaan PUEBI sendiri sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 yang masih berlaku hingga saat ini.
Peraturan itu menyebutkan bahwa PUEBI ditunjukkan untuk menyempurnakan penggunaan bahasa Indonesia, baik dalam ranah pemakaian lisan maupun penulisan.
Penggunaan PUEBI diperuntukkan bagi instansi pemerintahan, swasta, maupun masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
PUEBI mengatur berbagai penggunaan kata dan ejaan dalam bahasa Indonesia, salah satunya penggunaan kata sandang "si" dan "sang."
Berikut ini cara penggunaan kata sandang "si" dan "sang" berdasarkan buku elektronik "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia" edisi keempat terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penggunaan "Si" dan "Sang" dalam PUEBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "si" sebagai kata sandang memiliki serangkaian makna kata. "Si" merupakan kata yang dipakai di depan nama diri, yang memiliki konotasi akrab atau kurang hormat.
Kata "si" juga merupakan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan atau terkena sesuatu.
Selain itu, kata "si" juga dipakai sebagai sebutan, pujian, panggilan, ejekan, dan dipakai dalam menyebutkan berbagai nama tumbuhan maupun binatang.
Sementara kata "sang" sebagai kata sandang menurut KBBI memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan kata "si."
Kata ini dipakai di depan nama orang, binatang, maupun benda yang dianggap hidup atau dimuliakan. "Sang" juga bisa digunakan di depan nama atau sebutan dengan konotasi ejekan.
Dalam PUEBI, kata "si" dan "sang" ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, sebagai contoh:
- Si pencuri tertangkap sebelum ia berhasil kabur.
- Mereka memberikan penghargaan bagi si pemenang.
- Ia menatap sendu nisan sang suami.
Kata yang mengikutinya harus ditulis dalam huruf kapital apabila berupa nama julukan, nama orang, atau tokoh dalam cerita, sebagai contoh:
- Keledai berterimakasih pada sang Kancil.
- Berkat kecerdikannya si Tudung Merah berhasil melarikan diri.
- Si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Kata "sang" harus ditulis dalam huruf kapital apabila diikuti dengan kata yang merupakan unsur nama Tuhan. Berikut ini contoh penggunaannya:
- Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
- Pura itu dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya