Menuju konten utama

Penggunaan Data Internet Picu Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I

Penggunaan data internet memicu pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017. Konsumsi untuk kebutuhan komunikasi meningkat?

Penggunaan Data Internet Picu Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I
Ilustrasi internet di ruang publik. FOTO/Istock

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 adalah sebesar 5,01 persen. Secara year-on-year, pencapaian tersebut meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan I 2016, yakni sebesar 4,92 persen. Akan tetapi jika dilihat dari pertumbuhan di triwulan IV 2016, terdapat penurunan angka sebesar 0,34 persen

Adapun untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) yang tercatat pada kuartal I 2017 adalah senilai Rp2.377,5 triliun, sementara PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp3.227,2 triliun.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha di sektor informasi dan komunikasi. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa.

Seperti diungkapkan Ketua BPS Suhariyanto, besaran pertumbuhan pada sektor informasi dan komunikasi mencapai 9,10 persen. “Karena ada peningkatan dari pengguna data internet, media sosial, dan transaksi online. Ini yang menyebabkan pertumbuhan,” ungkap Suhariyanto dalam jumpa pers di kantor BPS Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Selain informasi dan komunikasi, pertumbuhan ekonomi juga disebabkan kenaikan pada jasa lainnya sebesar 8,01 persen, serta transportasi dan pergudangan sebesar 7,65 persen. “Kenaikan pada sektor transportasi dikarenakan adanya penambahan rute perjalanan dan armada angkutan rel, serta angkutan udara,” ucap Suhariyanto lagi.

“Sementara itu satu-satunya sektor yang tumbuh negatif adalah pertambangan, sebesar minus 0,49 persen. Itu dikarenakan adanya penurunan produksi harian gas alam, minyak tanah, kondensat, serta produksi tembaga dan emas dari Freeport. Mengakibatkan sektor ini paling kontraksi,” jelas Suhariyanto.

Lebih lanjut, Suhariyanto menjelaskan perbaikan kinerja perdagangan ekspor dan impor pada barang nonmigas dan jasa turut mendukung perolehan surplus pada periode Januari-Maret 2017. “Perbaikan ekspor (nonmigas) tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor. Selain itu ekspor jasa juga tumbuh seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara,” kata Suhariyanto.

Menurut catatan BPS, hubungan dagang antara Indonesia dengan sejumlah negara mitra memang dilaporkan meningkat. Di antaranya disebutkan, hubungan perdagangan dengan Tiongkok menguat dari 6,7 persen menjadi 6,9 persen, dengan Amerika Serikat meningkat dari 1,6 persen menjadi 1,9 persen, sementara dengan Singapura besarannya mencapai 2,5 persen dari yang sebelumnya 1,9 persen.

Nilai ekspor Indonesia sendiri pada triwulan I 2017 adalah sebesar 40,61 miliar dollar Amerika. Secara quartal-to-quartal, perolehan tersebut naik sebesar 1,33 persen, dan secara year-on-year, naik sebesar 20,84 persen. Sedangkan untuk nilai impor Indonesia di periode yang sama, besarannya adalah 36,68 miliar dollar Amerika. Jika dilihat secara quartal-to-quartal, perolehan nilai impor tersebut menurun sebanyak 0,75 persen, namun secara year-on-year, pencapaiannya meningkat 14,83 persen.

Sebelumnya, BPS telah mencatat inflasi pada April 2017 sebesar 0,09 persen. Faktor utamanya, karena adanya penyesuaian tarif listrik 900 voltampere (vA) untuk rumah tangga nonsubsidi.

Baca juga artikel terkait BPS atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH