Menuju konten utama

BPS Sebut Inflasi di April 2017 Tergolong Terkendali

Ketua BPS Suhariyanto mengatakan faktor utama terjadinya inflasi karena adanya penyesuaian tarif listrik 900 voltampere (vA) untuk rumah tangga nonsubsidi.

BPS Sebut Inflasi di April 2017 Tergolong Terkendali
Kenaikan harga cabai rawit yang mencapai Rp120 ribu per kilogram sejak pertengahan Februari lalu memberi andil terbesar bagi inflasi yang terjadi di Kota Palu sebesar 0,29 persen. . ANTARAFOTO/Basri Marzuki.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2017 sebesar 0,09 persen. Kenaikan pun terjadi pada Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 128,33 dari yang sebelumnya sebesar 128,22 pada Maret 2017. Dengan begitu, menandakan IHK telah keluar dari zona deflasi yang sebelumnya terjadi pada bulan lalu, yakni 0,02 persen.

Ketua BPS Suhariyanto mengatakan faktor utama terjadinya inflasi karena adanya penyesuaian tarif listrik 900 voltampere (vA) untuk rumah tangga nonsubsidi.

Dengan perolehan angka tersebut, maka inflasi tingkat kalender (periode Januari-April 2017) tercatat sebesar 1,28 persen, dan tingkat inflasi dari tahun ke tahunnya (year on year) sebesar 4,17 persen.

“Penyesuaian tarif listrik ini dampaknya lebih besar daripada Maret lalu, karena yang tadinya subsidi, kini telah menjadi nonsubsidi dan rumah tangga yang membayar secara pascabayar, rata-rata bayarnya lebih tinggi,” ujar Suhariyanto, Selasa (2/4/2017).

Suhariyanto menilai angka inflasi bulan lalu terbilang terkendali. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh peningkatan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.

Berdasarkan temuan dari BPS, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,12 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,93 persen, kelompok sandang sebesar 0,49 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,27 persen. Sementara itu, bahan makanan adalah satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi sebesar 1,13 persen.

Lebih lanjut, BPS juga mencatat dari 82 kota, 53 kota di antaranya mengalami inflasi, sementara 29 kota lain mengalami deflasi. Pangkal Pinang, Bangka Belitung disebutkan mengalami inflasi tertinggi dengan perolehan angka sebesar 1,02 persen. Sedangkan Cilacap, Jawa Tengah mengalami inflasi terendah, dengan besaran 0,01 persen.

Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di DKI Jakarta dan Manado, dengan besarannya masing-masing 0,02 persen.

“Untuk DKI Jakarta, deflasi terjadi karena penurunan harga cabai merah, bawang merah, angkutan udara, minyak goreng, dan daging sapi. Secara umum, deflasi di DKI Jakarta dan Manado itu memberikan pengaruh ke level nasional. Oleh karenanya inflasi kita tidak terlalu tinggi di April,” ucap Suhariyanto.

Adapun secara komponen, tingkat harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami inflasi sebesar 1,27 persen, dan komponen inflasi inti sebesar 0,13 persen. Sedangkan untuk komponen gejolak harga pangan (volatile foods), mengalami deflasi minus 1,26 persen.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto