Menuju konten utama

Penggemar K-pop Agresif?

Perilaku agresif tak hanya muncul pada penggemar K-pop saja.

Penggemar K-pop Agresif?
kim taeyeon. REUTERS/Bobby Yip

tirto.id - Indonesia menjadi sorotan dunia karena insiden yang berkaitan dengan salah seorang anggota girlband Korea SNSD, Taeyeon. Situs Koreaboo menyebut Taeyeon mengalami pelecehan seksual, meski klaim ini kemudian dibantah oleh Taeyeon sendiri. Melalui akun instagramnya, ia menyatakan apa yang terjadi di bandara adalah kesalahan manajemennya dan Taeyeon mengaku ia sudah baik-baik saja, selesai manggung dan menyelesaikan tugasnya.

“Terima kasih telah memberi saya semangat dan memegang stik cahaya pink. Situasi ini merupakan kesalahan dari agensi saya, jadi jangan terlalu merasa bersalah,” katanya.

Sebelumnya, kehadiran Taeyeon, yang datang ke Indonesia sebagai pengisi acara Road to Asian Games, telah menyedot perhatian publik saat salah seorang psikolog Elly Risman menganggapnya sebagai perwakilan dari girlband penyebar simbol seksualitas. Elly kemudian dikritik secara terbuka oleh banyak penggemar K-pop.

Ketika sang bintang datang dan disambut penyerangan di bandara, opini dalam percakapan internet berbalik menjadi suara negatif terhadap fans K-pop di Indonesia. Mereka dianggap sangat agresif baik kepada idola mereka, maupun kepada orang yang dianggap menghina idola mereka. Namun, apakah benar demikian?

Baca juga:

Insiden seperti dialami Taeyeon ini bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia. Pada 26 Januari 2017, pasangan suami istri Kim Tae Hee dan Rain diganggu penggemar mereka di Nusa Tenggara Barat. Dalam rekaman video, tampak Rain diremas mukanya oleh fans saat keluar dari bandara Sultan Kaharudin Sumbawa Besar.

Tiga hari kemudian, Sung-Jae dan Peniel dari BTOB tiba di Padang. Wajah Sung Jae diremas berkali-kali oleh fans berbeda. Beberapa video juga menunjukkan ada segelintir penggemar K-pop menyentuh, meremas, dan meraba idola mereka.

Pada 17 Februari, saat personil GOT7 tiba Bandara Soekarno Hatta Indonesia, fans menyambut dengan mengerubuti idolanya. Beberapa dari mereka langsung berusaha menyentuh, meremas, mencubit dan tampak jelas sekali mengganggu idola mereka. Saat meet and greet, Bambam mewakili enam personel GOT7 mengatakan memberi maaf bagi para penggemar. Anggota GOT7 menyadari risiko bertemu fans, lanjutnya. Namun, bukan berarti agresivitas itu bisa dibenarkan.

Be a good girl," kata Bambam.

Dalam banyak kasus, insiden fans mengerubungi idola di tempat umum juga bisa terjadi karena minimnya penjagaan dari pihak terkait. Untuk kasus Taeyeon, pemerintah Indonesia selaku tuan rumah kurang sigap memperkirakan banyaknya penggemar yang menyambut sang idola. Sehingga saat Taeyeon datang, pihak keamanan kesulitan melakukan perlindungan.

Baca juga:Berapa Penghasilan K-pop Idol?

Bukan Khas Fans K-pop

Tyas Palar, seorang fan K-pop, menyebut bahwa fenomena itu tak mewakili fans K-pop Indonesia. "Harus dicatat juga enggak semua fans kayak gitu. Belum lama ini, VIXX [boyband Korea] ke sini, di airport aman-aman saja," katanya.

Data The Korea Foundation menyebut ada 35,59 juta penggemar kebudayaan Korea di seluruh dunia pada 2015. Angka ini naik 63 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 21,82 juta fans. Tentu tak adil membikin generalisasi bahwa fans K-pop di Indonesia buas. Jika ada lima dari 132 ribu follower akun EXOINDONESIA di Twitter melakukan kekacauan, tentu lima orang itu tidak merepresentasikan sikap 131.995 penggemar yang lain.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa kejadian fans mengerubuti idola bukanlah hal yang baru. Jika dirunut lagi, perilaku penggemar yang agresif terhadap idola memang sudah sering terjadi.

Hal serupa juga terjadi pada Liam Gallagher di Korea, Senin (21/8) lalu. Di benua lain, hilangnya privasi dialami juga oleh Justin Bieber. Ia, misalnya, pernah makan siang dikelilingi fansnya. Nyaris tidak ada ruang privat dan perlindungan untuk idola.

Mengapa fans kerap kali melakukan aksi gila? Ada beberapa hal yang bisa menjadi alasan, seperti gangguan Celebrity Worship Syndromeatau sindrom pemujaan selebritas. Kondisi ini adalah gangguan obsesif-kecanduan di mana seseorang menjadi terlalu terlibat dan tertarik (benar-benar terobsesi) dengan rincian kehidupan pribadi seorang pesohor idolanya.

Gangguan ini tidak hanya menghinggapi para penggemar K-pop tapi banyak fans dari orang sohor lainnya. Istilah Celebrity Worship Syndrome pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lynn McCutcheon dan rekan penelitiannya di awal dekade 2000an.

Baca juga: Drama Korea Hidup Saya

Infografik Buasnya penggila K-POP

Temuan lainnya adalah riset Dr. John Maltby dan rekannya yang dipublikasikan di Journal of Nervous and Mental Disease berjudul “A Clinical Interpretation of Attitudes and Behaviors Associated with Celebrity Worship”. Penelitian ini menunjukkan kemungkinan bahwa ada orang-orang yang memuja selebritas tidak semata sebagai hiburan. Ada komponen (gangguan) klinis pada perilaku yang terkait dengan pemujaan pesohor.

Kepada BBC, John Maltby menyebutkan temuannya yang lain terkait obsesi ini. Dari 3.000 orang dewasa yang terobsesi dengan idolanya, ada satu persen responden yang menunjukkan tendensi obsesi berlebihan. Lalu, ada 10 persen yang memiliki tendensi neurotik, tegang, emosional, dan moody terkait kehidupan atau perkembangan kehidupan idolanya mereka.

Namun, tentu tidak semua penggemar menunjukkan gejala negatif dalam kesehatan mentalnya. 14 persen dari responden penelitian Maltby mengaku mengikuti perkembangan terbaru dari idola mereka untuk kepentingan bersosialisasi, berbagi cerita, dan berjejaring sesama fans. Dan yang paling penting, sebanyak 75 persen alias mayoritas responden punya pesohor favorit tapi tak memikirkannya setiap saat.

"Seperti dalam banyak hal, punya idola boleh-boleh saja, asalkan tidak mengambil alih hidupmu,” kata Maltby kepada BBC.

Baca juga artikel terkait K-POP atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani