Menuju konten utama

Aduh K Pop!

Menjadi bintang idola Korea membuka jalan untuk kaya raya. Bintang Korea yang sukses, pendapatannya bahkan bisa mengalahkan artis Hollywood.

Aduh K Pop!
Girl's Generation adalah salah satu grup K-Pop dibentuk oleh S.M Entertainment. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Dea Anugrah terlahir tampan dengan kontur muka bintang idola Korea. Meski selalu mengaku lahir dari perpaduan antara pohon nangka dan bidadari, Dea, begitu ia disapa, tak punya bakat sedikitpun menyanyi. Maka jangankan menjadi anggota band idol, bahkan untuk donor darah sekalipun kadang ia ditolak, kurang berat badan dan terlalu pucat bisa jadi alasan.

Padahal jika Dea mau sedikit saja pakai make up, potong rambut, bangun pagi, gemar berolahraga, dan mau melakukan sedikit operasi plastik di seluruh bagian tubuhnya, bukan tidak mungkin Dea menjadi anggota grup idol Korea Selatan. Menjadi anggota grup idol Korea Selatan memungkinkan seseorang menjadi sangat kaya, terkenal, disukai banyak orang dan tentu saja tidak kesepian seperti penulis.

Menjadi anggota band Korea memang menghasilkan pundi-pundi yang tidak sedikit. Lihat saja gaya hidup mereka. Meski harus bekerja jumpalitan dari panggung ke panggung, bintang-bintang Kpop ini bisa hidup glamor dan mewah. Menurut daftar Forbes, penghasilan grup superidol asal Korea Selatan, Bigbang, melebihi penghasilan rapper Dr. Dre yang besarnya 41 juta dolar.

Nah, seberapa besar sebenarnya pendapatan rata-rata seorang anggota grup idol di Korea Selatan?

Berdasarkan Jasa Pelayanan Pajak Nasional Korea Selatan, rata-rata penghasilan seorang penyanyi dalam grup idol naik 72,2 persen dari 2010 dan 2013. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan tertinggi dibandingkan dengan kelompok selebriti lain seperti pemain film atau pekerja kantioran di negara tersebut. Rata-rata pendapatan setahun seorang idol pada 2013 berkisar 46,74 juta won atau setara dengan 42 ribu dolar. Angka ini naik dua kali lipat dari rata-rata penghasilan mereka pada 2010 Itu merupakan angka rata-rata terendah, untuk beberapa kelompok band idol yang telah mapan bisa jauh lebih daripada itu.

Bigbang adalah salah satunya. Pada 2015, mereka membawa penghasilan total 44 juta dolar, angka itu belum dipotong pajak tentu. Namun angka itu jauh lebih tinggi dari pendapat tahunan band pop dengan bayaran termahal di Amerika Serikat, Maroon Five yang membawa pulang 33,5 juta dolar. Kekuatan di balik kesuksesan ini adalah seorang mantan K-Pop idol Yang Hyun Suk yang memiliki perusahaan bernama “YG Entertainment”. Perusahaan ini pada tahun lalu memiliki pendapatan sebesar KRW 149,1 miliar atau setara dengan 130 juta dolar. Yang Hyun Suk tidak hanya menciptakan seorang idola tapi ia juga menciptakan tren.

Tapi YG Entertainment tidak hanya membuat Bigbang. Mereka menciptakan banyak hal. Lini bisnis YG terbentang mulai dari label rekaman, talent agency, promotor konser dan menjajaki persaingan pasar fashion serta film. YG Entertainment tentu tidak sekadar memiliki Bigbang sebagai salah satu bintang yang mereka buat. Tapi banyak grup lain yang membentuk wajah modern subkultur bernama K-Pop. Jika anda menganggap bahwa K-Pop sekadar wajah cantik dan tampan belaka, maka asumsi itu mesti anda tunda sampai selesai membaca tulisan ini.

Ada banyak perusahaan dengan nama besar seperti YG yang bergerak dalam industri hiburan K-Pop. Nama besar lainnya adalah SM Entertainment yang membawahi grup idol seperti Super Junior, SNSD, Shinee, f(X), EXO dan lainnya. Ada pula JYP Entertainment yang membawahi grup idol seperti 2PM, Miss A, Wonder Girls dan lainnya. FNC Entertainment yang membawahi grup idol seperti CN Blue, FT Island, AOA dan lainnya. Terakhir ada Loen Entertainment yang membawahi grup idol seperti IU, SunnyHill, FIESTAR, SISTAR, K.WILL dan lainnya.

YG Entertainment, seperti semua agensi idol di Korea Selatan, tidak hanya mengandalkan musik sebagai lini bisnis mereka. Forbes menyebut, pendapatan YG dari rekaman musik hanya 25 dari pendapatan tahunan mereka. Pemasukan terbesar mereka berasal dari konser musik artis-artis mereka. Pada 2015 Bigbang yang dibawahi YG menghasilkan pendapatan 2,6 juta dolar per kota dari tur dunia mereka.

Untuk meningkatkan keuntungan, agensi K-Pop yang membawahi idol di Korea Selatan mendaftarkan perusahaan mereka di pasar saham. Pada 2014, LVMH asal Perancis membayar 80 juta dolar untuk membeli 12 persen saham YG pada 2014. YG juga mendapatkan suntikan dana investasi dari pemerintah Korea Selatan senilai 100 juta doar yang digunakan untuk pengembangan pusat hiburan di luar Seoul yang berkonsep gabungan antara mal, concert venues dan studio rekaman.

Menariknya, stabilitas harga saham perusahaan mereka tergantung dari para artis yang dibawahi. Pada Mei 2014, mantan anggota grup idol EXO Kris Wu menuntut agar kontraknya bersama SM Entertaiment dibatalkan. Saham SM mengalami penurunan harga yang luar biasa. Pada awal 2014 nilai saham SM senilai 46 dolar dan pada akhir Juni turun menjadi 31 dolar. Perusahaan itu mengalami kerugian senilai 309 juta dolar.

Kekuatan gosip dan skandal di dunia hiburan Korea Selatan demikian kuat. Setelah mengalami kejatuhan nilai saham karena Kris Wu, SM Entertaiment juga mengalami penurunan nilai saham setelah Luhan menuntut perusahaannya untuk membatalkan kontrak pada November 2014. Setelah turun menjadi 31 dolar, saham SM turun kembali menjadi 24 dolar dan tak pernah kembali ke nilai yang optimal sebelum tuntutan Kris Wu.

Selain SM Entertaiment, JYP Entertainment juga pernah mengalami kerugian akibat dugaan skandal. Pada April 2014 ketika insiden feri Sewol terjadi, tersebar kabar bahwa paman istri dari pemilik JYP, Park Jin Young, yang memiliki Sewol ferry diduga melakukan korupsi. Meski mengaku tidak memiliki keterlibatan, saham JYP turun drastis dari $5,20 menjadi $3,90.

Tapi kerusakan paling parah di pasar saham akibat skandal di dunia K-POP terjadi pada LOEN Entertaiment. Pada November 2015, harga saham LOEN Entertainment senilai 69 dolar. Namun ketika ada kontroversi terkait lirik dari IU yang dibawahi oleh Loen, saham mereka turun menjadi 56 dolar. Skandal ini membuat LOEN Entertaiment kehilangan potensi keuntungan sampai dengan 342,7 juta dolar. Namun, hal ini tidak membuat perusahaan ini kapok atau bahkan berhenti memproduksi band Idol. Pada beberapa kasus, kehilangan saham karena sebuah idola dapat diselamatkan oleh idola yang lain.

Saat muncul rumor anggota 2NE1 Park Bom menyelundupkan narkoba ke Korea pada Juli 2014, saham YG Entertainment langsung jatuh dari 38,50 dolar menjadi 32 dolar. Kerugian YG ini diselamatkan oleh grup idol debutan mereka yang lain: WINNER. Hanya butuh waktu satu bulan pada Agustus untuk mengembalikan nilai saham mereka naik 45,8 dolar.

Jika anda bertanya mengapa industri K-POP begitu besar di Korea Selatan? Jawabannya mungkin ada pada komitmen pemerintah negara itu untuk pengembangan budaya mereka.

Melissa Leong dari Financial Post, menyebutkan pada 2014 pemerintah Korea Selatan menginvestasikan satu miliar dolar untuk pengembangan industri K-Pop. Investasi ini merupakan usaha untuk membuat Korea Selatan menjadi satu negara adidaya dalam bidang hiburan dan tentu juga karena ada alasan ekonomi di belakangnya. Pada awal 2000an, ekspor konten budaya Korea Selatan ke seluruh dunia mencapai 500 juta dolar. Angka tersebut meningkat menjadi empat miliar dolar pada 2011 berdasarkan Korea’s Culture and Information Service. Pada 2012, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan turisme Korea Selatan memperkirakan nilai aset ekonomi dari Hallyu, atau gelombang K-Pop, mencapai 83,2 miliar dolar. Sebanyak 5,26 miliar berasal dari industri musiknya.

Ah andai saja Dea Anugrah, pria berwajah Korea itu jadi idol, mungkin dia berlimpah harta. Sayang dia cuma mau jadi penulis.

Baca juga artikel terkait KPOP atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Musik
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti