tirto.id - Seorang pria mesti menunggu sepuluh tahun di antara dua dunia untuk bisa bertemu dengan kekasihnya. Pria itu adalah manusia terkutuk yang tak akan bisa mati meski telah ditikam pedang panjang. Ia hanya akan bisa moksa, hilang ke dunia abadi jika menemukan pengantin perempuan yang mampu mencabut pedang di dadanya.
Tapi bagaimana jika si pria jatuh cinta pada perempuan itu? Relakah ia mati?
Itu adalah sedikit dari cuplikan fragmen kisah dari mini seri drama Korea yang berjudul Goblin. Salah satu serial dengan penonton terbanyak di dunia dan menjadi salah satu tontonan nomor satu sepanjang 2016 di Korea. Indonesia sebagai negara dengan penggemar kebudayaan populer Korea tentu merasakan demam ini.
Tiga tokoh utamanya, yakni Gong Yoo, Lee Dong Wook, dan Kim Go Eun menjadi sosok yang familiar dan disukai oleh penonton Indonesia. Drama Korea merupakan bagian dari budaya Korea yang kini sedang digandrungi orang Indonesia.
Hallyu atau Korean Wave atau Gelombang Korea adalah istilah untuk menyebarnya produk-produk kebudayaan populer Korea Selatan yang berkembang secara global di banyak negara. Ia bisa berbentuk film, lagu, dan drama. Salah satu variannya, drama, menjadi tontonan yang paling banyak ditonton di Indonesia. Salah satu drama Korea Selatan yang paling diingat adalah Endless Love atau Autumn in My Heart yang pernah tayang dan terkenal di Indonesia pada akhir 2000 atau awal 2001.
Mengapa serial drama dari Korea Selatan digemari?
Renne Nesa Ando, content creator sebuah agensi Jakarta, merupakan salah seorang dari penggemar serius drama Korea (drakor). Menurutnya, kegemaran menonton tak bisa lepas dari pengaruh K-Pop. Rasa penasaran untuk melihat akting idola bisa jadi pemantik kegemaran menonton.
“Salah satu personel girlband K-Pop favorit main di salah satu drama, jadi bela-belain nonton deh. Awalnya dari situ, terus lama kelamaan kok seru juga, akhirnya coba nonton drama yang lain dan betah sampai sekarang,” katanya.
Renne mengaku saat ini untuk menonton Drakor perlu beberapa kriteria. Banyaknya jumlah produksi serial setiap tahun membuat ia mesti pandai memilih drama yang dianggap penting. Meski aktornya tidak tenar, tapi jika jalan cerita bagus, ia akan menontonnya.
Apa sebenarnya yang membuat orang tertarik dengan drama korea? Tim riset Tirto melakukan survei tentang drama Korea kegemaran masyarakat Indonesia. Menggunakan instrumen penelitian kuesioner dan jenis sampel random sampling, kami menemukan 263 responden yang rentang usia respondennya berkisar 15 sampai 35 tahun.
Mayoritas responden pada penelitian ini adalah wanita dengan proporsi sebesar 85,17 persen. Umumnya responden berumur 20an, dan 54,37 persen di antaranya berusia 21-26 tahun. Responden yang berusia 15-17 tahun hanya berjumlah 4,18 persen. Dari sini, bisa kita ketahui bahwa drakor merupakan tontonan yang paling banyak digemari oleh generasi milenial.
Eka Anggraeny, pekerja swasta di Jambi, menyebut bahwa ia suka drama Korea karena visual pemeran-pemerannya, sementara alur cerita dan pesan moral nomor sekian. “Semacam cuci mata setelah buka buku atau kerja. Tapi lama-kelamaan, kalau nonton drakor lebih pemilih, enggak cuma visual yg harus oke," katanya.
Hal itu juga ditemukan dalam survei yang dilakukan oleh tim riset Tirto. Sebanyak 80,61 persen masyarakat penyuka drama Korea menyatakan alur cerita yang menarik dan tidak bertele-tele merupakan alasan utama mereka menonton drama ini. Drama Korea booming di Indonesia memang karena ia berbeda dengan sinetron Indonesia yang cenderung panjang dan alur ceritanya bertele-tele.
Selain itu, penampilan fisik dan kemampuan pemain drama Korea menjadi alasan lain yang disebutkan oleh masyarakat penyuka drama Korea (31,56 persen).
Perubahan selera berganti seiring dengan banyaknya tayangan drakor yang kita tonton. Eka mengaku serial drama yang pertama kali ia tonton adalah Princess Hours. Menurutnya pemeran dan setting tempatnya yang cantik-cantik membuatnya jatuh cinta.
“Kalau drama Korea favorit, sampe sekarang masih Jealousy Incarnate. Itu drama kantoran, ceritanya ringan, terus akting pemeran-pemerannya juga natural. Drama Korea yang bukan drama sih,” katanya.
Riset Tirto juga menemukan penyuka drama Korea di Indonesia masih dipengaruhi oleh rating dan tren yang berkembang di dalam negeri Korea. Drama yang menjadi pilihan penyuka drama Korea di Indonesia adalah Goblin (30,04 persen), Reply 1988 (14,83 persen), dan Descendants of The Sun (14,07 persen).
Jika dahulu drakor selalu bertemakan tentang jatuh cinta dan percintaan maka belakangan, menurut Eka, ia mempertimbangkan bagaimana jalan cerita dan karakter dibangun. Ia mencontohkan seri drama Reply 1988 yang berkisah tentang bagaimana kita memandang keluarga beserta segala lika-likunya.
Goblin merupakan drama televisi kabel Korea dengan rating tertinggi kedua dalam sejarah, yaitu 18,68% pada episode akhir. Sedangkan, Reply 1988 merupakan drama dengan rating tertinggi dalam sejarah televisi kabel Korea dengan rating pada episode akhirnya mencapai 18,8%. Descendants of the Sun merupakan drama yang sangat populer sepanjang 2016.
Rating nasional pada episode terakhirnya mencapai 38,8%. Lantas bagaimana penonton di Indonesia bisa mengakses tontonan mereka?
Riset Tirto menyebut bahwa media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Line, merupakan sumber masyarakat penyuka drama Korea untuk mencari informasi drama yang akan ditonton (55,13 persen). Hhanya 2,66 persen masyarakat yang mendapatkan informasi drama Korea dari keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa penyuka drama Korea di Indonesia lebih suka mencari informasi sendiri dibandingkan bertanya kepada kerabat maupun lingkungan sosial lainnya.
Eka mengaku secara rutin mencari tahu melalui Pinterest atau bergabung dengan grup fandom di Line untuk mendapatkan info terbaru dari idolanya. Sejauh ini, dari riset Tirto diketahui pemain drama pilihan masyarakat juga dipengaruhi oleh drama yang menjadi tren. Seperti yang terlihat dari Gong Yoo (21,29 persen) dan Lee Dong Wook (7,98 persen) yang merupakan pemeran Goblin. Song Hye Kyo dan Song Joong Ki yang merupakan pemeran Descendants of the Sun. Lee Min Ho menjadi favorit selain karena membintangi Boys Before Flower juga menjadi bintang iklan kopi asli Indonesia.
Renne menjelaskan beragam judul drama Korea muncul setiap tahun. Ia ingat serial yang paling awal ia tonton adalah Oh My Destiny, karena salah seorang pemainnya adalah Yoona dari grup K-Pop SNSD. Riset Tirto menyebutkan bahwa sebanyak 61,98 persen masyarakat penyuka drama Korea di Indonesia menyatakan sudah menonton lebih dari 16 judul drama.
Untuk urusan menonton masyarakat Indonesia bisa menghabiskan satu sampai dua jam per hari (38,78 persen) dan 3-4 jam (33,08 persen) untuk menonton drama Korea. Untuk waktu menonton, mayoritas masyarakat penyuka drama Korea menonton sebelum tidur malam (41,06 persen). Ada pula yang pada akhir pekan atau hari libur digunakan untuk menonton drama Korea (37,26 persen).
Untuk mendapatkan drama favoritnya mayoritas masyarakat mengunduh sendiri drama Korea yang mereka tonton (55,13 persen). Biasanya, mereka mengunduh dilakukan melalui situs-situs penyedia drama yang sudah diberikan subtitle/terjemahan, baik dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris. Selain mengunduh, sebanyak 35,36 persen masyarakat melakukan streaming dari beberapa situs seperti Youtube, viki, dan lainnya.
Sebagai pembanding, tim riset Tirto juga melakukan survei kepada masyarakat Korea tentang serial pilihan mereka. Survei yang dilakukan pada 17 Februari hingga 7 Maret 2017 ini punya responden sebanyak 158. Survei dilakukan di Korea Selatan dengan mayoritas responden bertempat tinggal di Seoul (64,56 persen), diikuti oleh Incheon (13,92 persen), dan Busan (12,03 persen).
Rentang usia responden mulai dari 21 hingga 40 tahun, dengan responden terbanyak berada pada usia 24-30 tahun (57,59 persen). Masyarakat Korea lebih memilih menonton drama Korea dibandingkan dengan drama dari negara lainnya (3.66; range 1-5). Sebanyak 50 persen dari masyarakat Korea menghabiskan waktu kurang dari 2 jam per hari untuk menonton drama Korea. Seperti penonton drama Korea di Indonesia, mayoritas masyarakat Korea juga menonton drama Korea sebelum tidur malam (51,9 persen)
Selain serial Korea, masyarakat Korea juga menonton serial asing. Sebanyak 41,77 persen masyarakat menyatakan menonton serial Amerika Serikat. Ada 32,91 persen menyatakan menonton serial dari Cina/Taiwan. Jalan cerita dipilih oleh mayoritas (67,09 persen) masyarakat Korea sebagai alasan menonton serial non Korea. 59,49 persen menyatakan menonton serial non Korea untuk belajar bahasa.
sRenne mengaku sampai hari ini kegemaran menonton Drakor belum sampai tahap mengganggu pekerjaan. "Sejauh ini nggak sih, gue nonton sepulang kerja dan sebelum tidur kalo weekdays, kalo weekend bisa dari pagi sampe malem,” katanya.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani