Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Pengertian Thaharah, Cara & Hikmah Berthaharah Menurut Agama Islam

Pengertian thaharah, hikmah thaharah, tata cara thaharah, pengertian thaharah menurut bahasa dan istilah.

Pengertian Thaharah, Cara & Hikmah Berthaharah Menurut Agama Islam
Ilustrasi Wudhu. foto/istockphoto

tirto.id - Thaharah (taharah) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah suci, bersih atau kesucian badan yang diwajibkan bagi orang yang beribadat.

Pengertian Thaharah

Thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti bersih atau suci dan ini sudah disarikan ke dalam bahasa Indonesia. Pengertian thaharah secara bahasa adalah an-Nadafatu yang artinya bersih atau suci.

Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari najis dan hadas, sehingga seseorang diperbolehkan beribadah yang ditentukan harus dalam keadaan suci.

Bersuci dari hadas dapat dilakukan dengan berwudu, (untuk hadas kecil), atau mandi (untuk hadas besar) dan tayamum bila dalam keadaan terpaksa.

Bersuci dari najis meliputi suci badan, pakaian, tempat, dan lingkungan yang menjadi tempat beraktivitas bagi kita semua.

Islam memberi perhatian yang sangat besar terhadap bersuci (thahârah). Bersuci merupakan perintah agama yang bisa dikatakan selevel lebih tinggi dari sekadar bersih-bersih. Sebab, tidak semua hal yang bersih itu suci.

Hukum Thaharah

Hukum thahârah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan melaksanakan shalat.

Bersih dari najis dan menghilangkannya merupakan suatu kewajiban bagi yang tahu akan hukum dan mampu melaksanakannya.

Allah SWT berfirman:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ

Wa siyaabaka fatahhir

Artinya: "Dan bersihkanlah pakaianmu". (QS.Al-Muddassir: 4)

Lalu terdapat juga dalam surah berikut ini:

اَنۡ طَهِّرَا بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِيۡنَ وَالۡعٰكِفِيۡنَ وَالرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ....

...An tahhiraa Baitiya littaaa'ifiina wal'aakifiina warrukka'is sujuud

Artinya: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!! (Qs. Al Baqarah: 125)

Sementara bersih dari hadas merupakan suatu kewajiban yang sekaligus sebagai syarat sah shalat.

Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:

“Shalat tidak diterima tanpa -didahului dengan bersuci.” (HR. Muslim no. 224)

Tata Cara Thaharah

Thaharah secara umum dapat dilakukan dengan empat cara berikut ini:

1. Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan.

2. Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.

3. Membersihkan hati dari akhlak tercela.

4. Membersihkan hati dari selain Allah.

Hikmah Thaharah

Thahârah terbagi menjadi dua, yakni bersuci dari najis dan bersuci dari hadas. Bersuci dari najis dilakukan dengan berbagai cara tergantung dengan tingkatan najis: berat (mughalladhah), sedang (mutawassithah), atau ringan (mukhaffafah).

Dikutip dari NU Online, ada empat hikmah tentang disyariatkannya thahârah sebagaimana disarikan dari kitab al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji.

Pertama, bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia. Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok.

Karena Islam adalah agama fitrah, maka ia pun memerintahkan hal-hal yang selaras dengan fitrah manusia.

Kedua, menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai kehidupan bermasyarakat yang aman dan nyaman.

Islam tidak menginginkan umatnya tersingkir atau dijauhi dari pergaulan lantaran persoalan kebersihan. Seriusnya Islam soal perintah bersuci ini menunjukkan komitmennya yang tinggi akan kemuliaan para pemeluknya.

Ketiga, menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang memelihara seseorang dari terserang penyakit.

Ragam penyakit yang tersebar umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Karena itu tidak salah pepatah mengungkapkan, "kebersihan adalah pangkal kesehatan".

Anjuran untuk membersihkan badan, membasuh wajah, kedua tangan, hidung, dan kedua kaki, berkali-kali saban hari relevan dengan kondisi dan aktivitas manusia.

Sebab, anggota-anggota tubuh itu termasuk yang paling sering terpapar kotoran.

Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah: tidak hanya bersih tapi juga suci.

Dalam shalat, doa, dan munajatnya, seorang hamba memang seharusnya dalam keadaan suci secara lahir batin, bersih jasmani dan rohani, karena Allah yuhhibbut tawwâbîna yayuhibbul mutathahhirîna (mencintai orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri).

Baca juga artikel terkait PENGERTIAN THAHARAH atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH