tirto.id - Bumi merupakan planet tempat tinggal manusia serta berbagai makhluk hidup lainnya. Dalam Tata Surya, Bumi adalah planet ketiga dari Matahari setelah Merkurius dan Venus.
Hingga saat ini, belum ditemukan planet lain yang memiliki tanda-tanda makhluk hidup di dalamnya selain Bumi.
Gaya dan proses yang terjadi di dalam bumi akan dapat menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentuk muka bumi, seperti terjadinya daratan (benua), pegunungan dan perbukitan, cekungan, lembah, tebing, dan lain-lainnya yang merupakan relief muka bumi.
Bumi Sebagai Planet
Kondisi Bumi pada awal terbentuknya berbeda dengan kondisi sekarang. Pada saat itu, bahan Bumi masih homogen atau seragam tanpa benua dan samudra.
Mengutip modulGeografi Kelas X (2020), unsur yang ada di dalamnya terdiir dari silikon, oksida besi, magma dan sebagian kecil berupa unsur kimia lainnya.
Pada awal pembentukan seluruh bagian planet Bumi relatif dingin, namun lama kelamaan meningkat suhunya menjadi seperti saat ini.
Sejumlah ahli memberikan penjelasan dengan mengajukan tiga faktor penyebab naiknya suhu di Bumi, yaitu karena adanya akresi, kompresi dan disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif.
Akresi adalah penambahan panas karena bumi dihujani oleh benda-benda angkasa. Energi dari benda-benda angkasa tersebut berubah menjadi panas. Kompresi adalah proses pemadatan Bumi karena gaya gravitasi.
Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibanding bagian luarnya. Tingginya suhu pada bagian inti Bumi mengakibatkan unsur besi mencair. Sedangkan disintegrasi adalah proses penguraian unsur-unsur radioaktif seperti uranium, thorium dan potasium, di mana pada saat proses penguraian diiringi dengan proses pelepasan panas.
Penjelasan Rotasi dan Revolusi Bumi
Pergantian musim dan perbedaan waktu tiap daerah merupakan contoh akibat yang ditimbulkan oleh gerakan bumi. Gerakan bumi ini ada yang disebut rotasi dan ada pula revolusi.
Berikut ini adalah penjelasan tentang kedua fenomena tersebut, seperti dikutip dari modul Bumi Tempat Kita Hidup (2017).
1. Rotasi Bumi
Rotasi Bumi adalah perputaran bumi pada sumbunya. Arah rotasi bumi dari barat ke timur. Untuk melakukan satu kali rotasi bumi memerlukan waktu 23 jam 56 menit 4 detik.
Waktu untuk satu kali rotasi disebut kala rotasi, yang secara umum disebut dengan istilah satu hari. Kemudian, waktu satu hari dibulatkan menjadi 24 jam.
Akibat yang ditimbulkan oleh adanya rotasi bumi adalah:
a. Perbedaan Waktu di Bumi
Perbedaan waktu antara satu tempat dengan tempat lain berdasarkan garis bujur tempat tersebut. Sekali rotasi bumi lamanya 24 jam, setiap tempat di permukaan bumi telah berputar sebesar 360° bujur. Dengan demikian, setiap 15° atau kelipatannya disebut bujur standar.
Waktu bujur standar disebut waktu lokal, yang masing-masing berselisih 1 jam dengan waktu lokal berikutnya. Oleh karena itu, di permukaan bumi terdapat 24 waktu lokal.
b. Batas Penanggalan Internasional
Karena penghitungan waktu didasarkan pada garis bujur, yaitu bujur barat dan bujur timur, maka ditetapkan batas penanggalan internasional, yaitu pada bujur 180° yang terletak di Samudra Pasifik.
Akibatnya apabila di belahan timur bujur 180° (bujur timur) tanggal 15 maka di belahan barat bujur 180° (bujur barat) masih tanggal 14, seolah- olah melompat satu hari.
c. Adanya Pergantian Siang dan Malam
Bagian bumi yang menerima sinar matahari dinamakan siang dan bagian bumi yang tidak menerima sinar, disebut malam. Siang dan malam bergantian di setiap tempat, seperti halnya pergantian waktu atau jam.
d. Adanya Pergerakan Semu Matahari
Matahari seakan bergerak dari timur ke barat, demikian juga dengan benda-benda langit lainnya, mereka bergerak melawan rotasi bumi dari barat ke timur.
e. Terjadinya Pemampatan pada Kedua Kutub Bumi
Karena bumi berputar pada porosnya, maka bagian ekuator berputar lebih cepat bila dibandingkan bagian kutub. Hal ini menyebabkan pada bagian kutub memampat, sedangkan bagian ekuator menonjol.
f. Adanya Pembelokkan Arah Angin
Arah angin dari lintang tinggi yang menuju khatulistiwa akan berbelok karena pengaruh perputaran bumi. Sesuai dengan hukum Buys Ballot, angin yang datang dari utara sesampai di lintang 23 ½° membelok ke kanan dan yang datang dari selatan membelok ke kiri.
Angin yang datang dari utara menjadi angin Pasat Timur Laut dan yang datang dari selatan menjadi angin Pasat Tenggara.
2. Revolusi Bumi
Revolusi bumi adalah peristiwa bergeraknya bumi mengelilingi matahari. Waktu yang diperlukan bumi untuk satu kali revolusi disebut kala revolusi. Kala revolusi bumi adalah 365¼ hari atau selanjutnya disebut 1 tahun.
Dalam waktu satu tahun tersebut bumi bergerak mengelilingi matahari sambil melakukan rotasi. Sehingga posisi bumi berubah dalam lintasannya. Lintasan revolusi bumi berbentuk elip, matahari terletak pada salah satu titik fokusnya.
Akibat yang ditimbulkan dari revolusi bumi adalah:
a. Perbedaan Lama Siang dan Malam
Kombinasi antara revolusi bumi serta kemiringan sumbu bumi terhadap bidang ekliptika yang besarnya 23½°, menimbulkan beberapa gejala alam yang diamati berulang setiap tahunnya.
Gejala alam itu misalnya pada 23 September sampai dengan 22 Desember panjang siang di belahan bumi utara lebih pendek bila dibandingkan panjang siang di belahan bumi selatan.
Sehingga bagi umat muslim yang menjalankan puasa di daerah lintang tinggi, sering mengalami puasa lebih lama karena matahari beredar lebih dari 12 jam.
b. Gerak Semu Tahunan Matahari
Akibat revolusi bumi, pada waktu tertentu matahari berada di belahan bumi utara, dan waktu yang lain matahari berada di belahan bumi selatan. Dalam bola langit, lintasan gerak semu matahari itu disebut ekliptika.
c. Perubahan Musim
Akibat dari revolusi bumi yang lain adalah terjadinya perubahan musim. Belahan bumi utara dan selatan atau daerah lintang tinggi, mengalami empat musim. Empat musim itu adalah; musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
d. Perubahan Kenampakan Rasi Bintang
Akibat adanya revolusi bumi, bintang-bintang yang tampak dari bumi selalu berubah. Perubahan gugusan atau rasi bintang inilah yang kemudian digunakan sebagai tanda zodiak.
e. Tahun Kabisat
Hitungan kalender masehi didasarkan pada kala revolusi bumi, di mana satu tahun ditempuh dalam waktu 365¼ hari.
Untuk memudahkan penanggalan, maka setiap tahun lamanya hari adalah 365, sedangkan pada tahun ke 4, sisa ¼ hari dijumlahkan menjadi 1 hari, yang diletakkan pada tanggal 29 Februari. Inilah yang disebut tahun kabisat, atau yang disebut juga dengan istilah tahun kelipatan 4.
Editor: Addi M Idhom