tirto.id - Bagi beberapa pekerja, email merupakan medium yang saat ini sering digunakan. Isi email yang beragam seperti file laporan, foto, grafis, termasuk beberapa pemberitahuan atau notifikasi lain yang masuk seperti iklan dari situs penjualan online ini akan terus menumpuk jika tidak segera dibereskan.
Diawal, notifikasi serta file-file itu tidak menjadi masalah. Tetapi kemudian setelah ia menumpuk hingga ribuan, kita kemudian kewalahan untuk mengatasinya.
Penelitian menunjukkan penimbunan digital atau ‘sampah’ digital dampak dari pekerjaan dan file pribadi ini dapat membuat kita merasa stres sama dengan kita mencoba mengatasi file-file yang berbentuk fisik.
Istilah penimbunan digital dijelasskan dalam penelitian berjudul Is Digital Hoarding a Mental Disorder? Development of a Construct for Digital Hoarding for Future IS Research. Penelitian ini mengatakanbahwa penimbunan digital merupakan akumulasi file digital itu akan mengarah ke titik kehilangan perspektif, yang akhirnya menghasilkan stres dan disorganisasi.
Dalam penelitian ini, Darshana Sedera dan rekan penulisnya Sachithra Lokuge bertanya kepada 846 orang tentang kebiasaan menimbun digital, serta tingkat stres yang mereka rasakan. Gangguan menimbun berkas ini dapat menyulitkan orang untuk membuat keputusan dan dapat memunculkan masalah emosional seperti kesedihan dan kecemasan.
"Apa yang kami temukan sebenarnya, di ruang digital, tanpa sadar kita semua memasuki kondisi tertekan,” jelas Sedera.
Nick Neave, direktur kelompok riset penimbunan di Universitas Northumbria, mengatakan dia telah memperhatikan bahwa alasan kebanyakan orang dalam menyingkirkan penimbunan data atau file fisiknya juga sama dengan alasan orang di terhadap berkas digital.
"Ketika Anda berbicara dengan penimbunan fisik dan berkata, 'Mengapa Anda merasa sulit untuk menyingkirkan barang-barang? Salah satu hal pertama yang mereka katakan adalah, 'Yah, itu mungkin berguna di masa depan' yang itu persis sama dengan yang dikatakan orang-orang di tempat kerja tentang email mereka,” katanya.
Sementara itu, penelitian Neave dan rekan-rekannya berjudul Digital hoarding behaviours: Underlying motivations and potential negative consequences menjelaskan, alasan orang bergantung pada efek digital mereka beragam yaitu termasuk kemalasan, berpikir sesuatu mungkin berguna, kecemasan jika berkas itu masih ada mungkin akan berguna sebagai "amunisi" terhadap seseorang.
Penelitian melibatkan 203 orang yang menggunakan komputer sebagai bagian dari pekerjaan mereka. Hasilnya, email tampaknya menjadi masalah khusus yang di antara peserta, rata-rata kotak masuk memiliki 102 email yang belum dibaca dan 331 yang sudah terbaca.
"Orang-orang sangat sadar bahwa ini adalah masalah, tetapi mereka terhambat oleh cara organisasi mereka untuk biasanya melakukan sesuatu. Mereka menerima banyak sekali email ini dan mereka tidak bisa menyingkirkannya dan berkas itu terus meningkat dalam banyak," kata Neave
Jadi bagaimana Anda bisa tahu jika Anda memiliki masalah penimbunan digital?
Dilansir BBC, Jo Ann Oravec, profesor teknologi informasi dan pendidikan bisnis di University of Wisconsin-Whitewater mengatakan, penimbunan belum tentu mengenai jumlah file atau berkas yang kita simpan. Tetapi itu adalah soal apakah kita memiliki rasa kendali yang didukung secara empiris atas data ini.
Dia berpendapat bahwa ketika kita semua mulai mengumpulkan lebih banyak data, lebih banyak dari kita akan kehilangan kendali akan tumpukan berkas ini. “Murid-murid saya mengatakan kepada saya bahwa ini adalah perasaan disekuilibrium ketika mereka mulai melihat banyaknya foto yang mereka miliki,” katanya.
Jadi mengapa kita semua membiarkan tetap berada dalam kekacauan ini sejak awal?
“Platform seperti Google Drive adalah "godaan terbuka" untuk melakukan penimbunan ini, karena hal itu membuat kita sangat mudah untuk mengakumulasi file dan hampir tidak pernah meminta kita untuk meninjaunya. Perasaan bahwa sesuatu dapat diambil jika kita hanya menyimpannya di suatu tempat memberikan rasa aman yang salah," kata Oravec
Oravec berpendapat, perusahaan teknologi harus membantu memperbaiki kecenderungan penimbunan digital kita. Ia percaya segera akan ada platform yang mengindeks dan mengkurasi semua data di seluruh perangkat, mirip dengan bagaimana kontak di ponsel kita disinkronkan di seluruh aplikasi.
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani