Menuju konten utama

Pemimpin Partai Buruh Minta Theresa May Mengundurkan Diri

Partai Konservatif memimpin sementara dengan perolehan 318 dari 650 kursi dan berpotensi akan menjadi parlemen menggantung.

Pemimpin Partai Buruh Minta Theresa May Mengundurkan Diri
Pekerja dengan perlengkapan pelindung terrefleksi di jendela toko taruhan yang memajang ajakan kepada pelanggan untuk bertaruh atas hasil pemilihan umum dengan foto Perdana Menteri Inggris Theresa May dan oposisi pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn,di London, Rabu (7/6). ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica

tirto.id - Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan, sudah saatnya Perdana Menteri Theresa May mundur setelah hasil pemilihan menunjukkan dia telah kehilangan suara, dukungan dan kepercayaan para pemilih.

"Perdana menteri dalam pemilu ini menginginkan mandat. Mandat yang dia dapatkan, hilang dari kursi Konservatif, kehilangan suara, kehilangan dukungan dan kehilangan kepercayaan diri. Menurut saya cukup bagi dia untuk pergi, dan memberi jalan bagi pemerintah yang akan benar-benar mewakili semua orang di negara ini," ujar Corbyn, seperti dilansir dari BBC.

Prediksi terbaru BBC menyebut Partai Konservatif May akan memenangkan 318 dari 650 kursi House of Commons, kurang delapan dari mayoritas, sementara oposisi sayap kiri Partai Buruh akan memperoleh 267 - menghasilkan sebuah "parlemen menggantung"--dimana tidak ada partai yang menduduki mayoritas kursi dalam parlemen-- dan potensi jalan buntu.

Sky News juga memperkirakan May kehilangan mayoritasnya dengan memperoleh antara 315 hingga 325 kursi.

"Parlemen yang menggantung adalah hasil terburuk dari perspektif pasar karena ini menciptakan lapisan ketidakpastian menjelang perundingan Brexit dan memecah apa yang sudah pendek batas waktunya untuk mengamankan kesepakatan untuk Inggris," kata Craig Erlam, analis dari perusahaan pialang Oanda di London.

Perdana Menteri Theresa May menghadapi seruan untuk berhenti pada Jumat (9/6/2017), setelah pertaruhan pemilihan umum yang dia gelar untuk memenangkan mandat yang lebih kuat menjadi bumerang, dan membuat politik Inggris kacau serta berpotensi menunda dimulainya perundingan Brexit.

Dengan tidak adanya pemenang jelas dari pemungutan suara pada Kamis (8/6/2017), May berjanji menghadirkan stabilitas, sementara saingannya dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan bahwa partainya mampu mempertahankan stabilitas itu.

Di tengah kerumitan pembicaraan mengenai kepergian Inggris dari Uni Eropa yang dijadwalkan mulai hanya dalam sepuluh hari, ada ketidakpastian mengenai siapa yang akan membentuk pemerintahan berikutnya dan memberikan arahan fundamental terkait Brexit.

"Pada saat ini, lebih dari apa pun negara ini memerlukan periode stabilitas," kata May dengan wajah muram setelah memenangkan kursi parlemennya di Maidenhead, tenggara Inggris.

"Jika ... Partai Konservatif telah memenangkan kursi paling banyak dan mungkin suara paling banyak, maka akan menjadi kewajiban kita untuk memastikan bahwa kita memiliki periode stabilitas dan itulah yang akan kita lakukan," katanya, sebagaimana dikutip Antara dari kantor berita Reuters.

Alih-alih, dia mengambil risiko keluar dengan aib setelah hanya sebelas bulan di kantor PM Inggris No.10 Downing Street, yang akan menjadi masa jabatan tersingkat bagi perdana menteri di negara itu dalam hampir satu abad.

May, tujuh pekan lalu, secara mengejutkan meminta penyelenggaraan pemilihan umum yang lebih awal dari seharusnya, dan yakin itu bisa meningkatkan mayoritas yang dia warisi dari pendahulunya David Cameron sebelum meluncur ke dalam perundingan Brexit.

Baca juga artikel terkait INGGRIS atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Politik
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra