Menuju konten utama
Timnas Indonesia U-19

Pemecatan Indra Sjafri dan Sensasi Baru ala PSSI

PSSI memecat Indra Sjafri lalu menunjuk Cristian Gonzales untuk terlibat dalam Timnas Indonesia U-19.

Pemecatan Indra Sjafri dan Sensasi Baru ala PSSI
Pelatih Indra Sjafri memimpin latihan tim Bali United di Stadion Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Kamis (26/1). Indra Sjafri akan meninggakan tim Bali United setelah kembali ditunjuk PSSI untuk menjadi pelatih Tim Nasional U-19. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf.

tirto.id - "… Indra Sjafri seperti itu masih cocok atau tidak? Italia saja sudah langsung dipecat itu. Nasib dia (Indra Sjafri) bukan lagi di ujung tanduk, tapi di ujung kaki!" kata Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, pada 21 November 2017, seperti yang sempat ramai diberitakan.

Edy Rahmayadi membandingkan kalahnya Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri dari Korea Selatan (Korsel) dan Malaysia di dua laga terakhir babak kualifikasi Piala Asia U-19 2018 dengan kegagalan Gian Piero Ventura mengantarkan Italia lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia usai disingkirkan Swedia.

Bagi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ini, kesalahan Indra Sjafri boleh jadi setara dengan aib Ventura kendati kekalahan dari Korsel serta Malaysia tidak berarti apapun karena Indonesia tetap berhak tampil di Piala Asia U-19 2018 selaku tuan rumah.

Setelah sempat ada kabar yang belum pasti, Indra Sjafri akhirnya benar-benar dipecat alias tak diperpanjang kontraknya oleh PSSI. Sebagai gantinya, PSSI menunjuk Bima Sakti untuk menggantikannya sekaligus menyebut nama Cristian Gonzales yang turut disertakan di jajaran kepelatihan Timnas U-19.

Kekecewaan publik atas pemecatan Indra Sjafri belum juga mereda, PSSI sudah membuat manuver susulan yang tak kalah mengejutkan. Penunjukan Cristian Gonzales,yang oleh Edy Rahmayadi disebut sebagai asisten untuk membantu Bima Sakti di Timnas U-19– tentunya membuat pecinta sepakbola nasional bertanya-tanya.

Baca Juga: Bulan Madu Kedua Indra Sjafri

El Loco masih bermain untuk Arema FC di liga musim ini yang baru saja usai. Usianya memang sudah melampaui kepala empat, tapi untuk urusan mencetak gol, Cristian Gonzales tetap jago. Menjadi top skor klub dengan 9 gol di Liga 1 Indonesia 2017 menjadi buktinya, meskipun tim Singo Edan berakhir di urutan ke-9 alias di papan tengah.

Soal pengalaman dan torehan memukau di kancah sepakbola nasional, memang sulit untuk membantah apa yang sudah dicapai oleh Gonzales. Namun, menempatkanya sebagai pelatih, apalagi diserahi tanggung jawab di skuad sekelas tim nasional, tentunya menjadi hal yang sama sekali belum terpikir, bahkan oleh El Loco sendiri.

Pemain naturalisasi kelahiran Uruguay ini sama sekali tidak punya pengalaman melatih apapun. Apalagi Gonzales belum berencana gantung sepatu kendati tawaran turut membesut Timnas Indonesia U-19 juga tidak akan ditampik.

“Gonzales akan tetap bermain di klub tahun depan. Tapi, kami akan ajukan izin jika ada keperluan untuk Timnas Indonesia,” sebut istri sekaligus manajer El Loco, Eva Siregar, seperti dikutip dari BolaSport.com.

Baca Juga: Cara Mematikan Karier Cristian Gonzales

Banyak pihak urun suara terkait dilibatkannya Cristian Gonzales sebagai pelatih Timnas U-19, termasuk terkait lisensi kepelatihan yang tentu saja belum dimiliki oleh El Loco. Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, pun buru-buru menyatakan akan segera mengurus persoalan ini.

Joko Driyono juga meluruskan pernyataan Edy Rahmayadi yang sempat menyebut Cristian Gonzales sebagai asisten Bima Sakti. Orang lama PSSI ini menegaskan bahwa El Loco bukanlah asisten pelatih Timnas Indonesia U-19.

"Belum tepat disebut asisten pelatih karena untuk posisi itu harus ada standardisasi kepelatihan, mesti punya sertifikat,” kata Joko dikutip dari Antara.

Peran Gonzales di Timnas Indonesia U-19 nanti, dalam bahasa Joko Driyono, adalah sebagai sebagai pendamping, panutan, dan motivator bagi para pemain muda, khususnya yang berposisi sebagai penyerang.

Infografik nasib timnas U-19

Pertaruhannya Terlalu Besar

Bima Sakti barangkali bisa dicoba untuk menukangi Timnas U-19. Mantan kapten tim Merah Putih ini sedikit banyak sudah punya pengalaman melatih. Ia pernah menjadi asisten pelatih merangkap pemain di Persiba Balikpapan, sebelum ditarik PSSI untuk mendampingi Luis Milla di Timnas U-23 dan timnas senior.

Baca juga: Luis Milla, Dari Barcelona Kini Timnas Indonesia

Namun, keputusan PSSI menghentikan kinerja Indra Sjafri di tengah jalan tetap saja patut dipertanyakan. Terlalu besar risiko yang dipertaruhkan karena putaran final Piala Asia U-19 yang akan digelar pada 18 Oktober hingga 4 November 2018 mendatang Indonesia bertindak sebagai tuan rumah yang tentunya dibebani dengan ekspektasi yang sangat tinggi.

Alangkah lebih bijak, misalnya, jika PSSI memberikan kesempatan kepada Indra Sjafri untuk menuntaskan tugasnya. Apabila capaian di Piala Asia U-19 2018 tidak sesuai harapan, pemecatan terhadap Indra Sjafri barangkali lebih bisa dimaklumi jika dilakukan, ketimbang terlalu dini mencopotnya sekarang hanya karena martabat yang tersengat gara-gara dipermalukan Malaysia.

Baca Juga:Apa Bisa Membalas Malaysia dengan Cara Juara?

Dengan memecat Indra Sjafri sekarang, Timnas Indonesia U-19 harus mulai dari nol lagi lantaran pelatih asal Sumatera Barat itu sudah menanamkan pondasi yang cukup kuat kepada Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan, hanya tinggal disempurnakan lagi kendati soal prestasi memang butuh kesabaran tinggi.

Publik pecinta sepakbola nasional tentunya masih ingat ketika Indra Sjafri diberhentikan oleh PSSI setelah Timnas Indonesia U-19 tampil melempem di Piala Asia U-19 2014 silam sehingga gagal meraih tiket ke Piala Dunia U-20 2015.

Yang terjadi setelah pendepakan Indra Sjafri saat itu adalah krisis identitas Timnas U-19. Karakter yang sudah lama ditanamkan Indra Sjafri terhadap Evan Dimas dan kawan-kawan nyaris tidak nampak lagi.

PSSI pun kebingungan mencari pelatih pengganti Indra Sjafri. Fachri Husaini yang sempat merangkap menjadi juru taktik Timnas U-16 dan U-19, kemudian menolak saat ditawari lagi. Sejumlah nama lain yang dibidik pun ramai-ramai menampik, dari Sutan Harhara, Nil Maizar, juga Rahmad Darmawan.

Baca Juga: Problem Mentalitas Timnas Indonesia U19

Hingga akhirnya, pilihan terakhir jatuh kepada Eduard Tjong yang ironisnya baru saja dipecat PS TNI. Lantas, jadi apa Timnas U-19 di tangan pelatih muda ini? Selain kehilangan jatidiri, tim ini juga gagal total di Piala AFF U-19 2016, langsung kandas di fase penyisihan grup.

Skuad yang semula diperkuat barisan anak muda berpotensi tinggi macam Evan Dimas, Hansamu Yama, Maldini Pali, Ilham Udin Armaiyn, M. Hargianto, I Putu Gede Juni Antara, dan lainnya, bahkan semakin tidak terarah, terlebih dengan dimunculkannya Timnas Indonesia U-19 B asuhan Rudi Keltjes lalu Rully Nerre.

Kini, setelah Indra Sjafri dipecat PSSI untuk yang kedua kalinya, ancaman serupa juga dikhawatirkan bakal terulang lagi.

Memang, Indra Sjafri punya banyak kelemahan. Strateginya terkadang mudah dibaca, atau kerap mengumbar sesumbar yang kadangkala justru berakhir pahit. Namun, untuk membentuk timnas yang tangguh, tidak mungkin dilakukan secara instan. Butuh kesabaran yang tentu saja wajib diimbangi dengan progres yang terukur.

Baca Juga:Eks Timnas U-19 yang Meredup Setelah Juara

Indra Sjafri bukan pelatih sempurna, memang betul. Namun, terlalu cepat mendepaknya juga menimbulkan potensi kerugian yang cukup tinggi, apalagi dengan mempertaruhkan skuad muda Timnas U-19 yang kondisi psikisnya belum stabil, dan bukan mustahil bisa berdampak serius ke depannya, termasuk pada ajang Piala Asia U-19 2018 yang sudah di depan mata.

Baca juga artikel terkait TIMNAS U-19 atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Suhendra