tirto.id - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyindir usul capres nomor urut 02 Prabowo Subianto agar mengimpor guru dari luar negeri. Menurut Hasto, kebijakan tersebut tak tepat karena guru-guru tersebut belum tentu tahu kondisi sosial-budaya di Indonesia.
Hasto kemudian mengaitkan pemahaman sosial budaya itu dengan insiden cawapres Sandiaga Uno yang melangkahi pendiri Nahdlatul Ulama.
“Kalau kita terlalu banyak impor [guru] nanti seluruh makam diloncatin kan enggak bagus karena [mereka] enggak paham budaya kita,” kata Hasto di Jalan Proklamasi, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Menurut Hasto, yang paling penting bagi sebuah bangsa adalah membangun rasa percaya diri. Daripada mengimpor guru, Hasto menekankan pentingnya mendorong dedikasi pengajar dalam negeri untuk pendidikan di Indonesia.
“Jadi kami enggak setuju dengan impor itu,” tegas Hasto lagi.
Keinginan pasangan Prabowo-Sandiaga untuk mengimpor tenaga pengajar ini disampaikan oleh Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN), Mardani Ali Sera. Selain meningkatkan gaji guru, Mardani merasa akan lebih efektif apabila ada transfer knowledge dari luar negeri.
Salah satu cara untuk saling menukar ilmu pengetahuan itu adalah dengan mengimpor guru. Bukan hanya guru tingkat Asia, tetapi merekrut guru dari Finlandia dan Eropa.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto