Menuju konten utama

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Australia

Indonesia dan Australia ibarat pasangan yang selalu bertengkar, tetapi kemudian rujuk. Masalah selalu muncul, tetapi kemudian menghilang seiring berjalannya waktu. Untuk kali ini, keduanya bertengkar gara-gara dugaan penghinaan Pancasila.

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Australia
Presiden RI Joko Widodo Menerima Kunjungan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull di Istana Merdeka. FOTO/Setpres

tirto.id - Jalinan hubungan harmonis Indonesia Australia kembali diuji. Terbaru, Pemerintah Indonesia memutuskan sebagian kerja sama militer dengan Australia. Keputusan ini diambil merespons laporan yang menyebutkan adanya bahan pelatihan yang menjelek-jelekkan TNI serta temuan tulisan lain yang isinya menghina lambang negara Pancasila.

Bukan sekali ini saja hubungan Indonesia dan Australia memanas. Pada November 2013, hubungan Indonesia - Australia tengah memanas akibat kasus penyadapan. Kasus penyadapan yang baru terungkap pada 2013 ini diklaim oleh Badan Intelejen Indonesia terjadi pada kurun waktu 2007 hingga 2009. Indonesia juga memanggil pulang Duta Besar Nadjib Riphat dari Canberra. Tony Abbott selaku Perdana Menteri Australia saat itu juga menolak untuk meminta maaf menyikapi tuduhan tersebut.

Dalam periode ketegangan karena terungkapnya penyadapan yang dilakukan Australia kepada pejabat Indonesia termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono, militer Indonesia akhirnya menghentikan kerja sama dengan pihak militer Australia, seperti dilaporkan Sydney Morning Herald.

Pembatalan kemitraan terkait militer juga pernah terjadi pada tahun 1999 antara pasukan elit kedua negara, SAS dan Kopassus. Pihak Australia menuduh Kopassus melakukan serangkaian pelanggaran HAM dan kekerasan selama konflik Timor Leste.

Hubungan Indonesia dan Australia juga sempat menegang karena kasus yang menimpa Schapelle Corby, yang dihukum 20 tahun penjara lantaran dalam tasnya terdapat 4.2 kilogram ganja saat tiba di Bandara Ngurah Rai pada 8 Oktober 2004. Pemerintah Australia kemudian mengupayakan negosiasi yang alot untuk meringankan salah satunya dengan menjajaki pertukaran tahanan, pun juga cerita versi Corby mengenai ketidakadilan yang menimpanya telah membawa simpati bagi orang Australia di awal-awal penangkapannya dan sebaliknya, unjuk rasa agar diberatkan hingga hukuman mati digelar di Indonesia. Kedua belah pihak saling memiliki argumen masing-masing.

Jajak pendapat bahkan diselenggarakan untuk publik Australia, beberapa kali sejak ditangkapnya Corby pada 2004. Salah satunya pada Agustus 2010 Sunday Age bersama Nielsen merilis satu dari sepuluh responden menganggap Corby tidak bersalah, 41 persen mengatakan bersalah dan 48 persen mengatakan tidak tahu dalam jajak pendapat yang melibatkan 1400 responden.

Infografik Hubungan Tegang Indonesia

Terkait masalah Papua Barat, Australia sebagai tetangga dekat dari wilayah tersebut tampaknya lebih berhati-hati dalam menempatkan isu kemerdekaan wilayah ujung timur Indonesia ini. Secara resmi, Australia memang mengakui kedaulatan Indonesia atas tanah Papua Barat. Namun, Australia tetap menyisakan kelompok suara tak senada dalam menyoroti pelanggaran HAM serta tertutupnya jurnalis asing dan pengamat meliput keadaan di Papua Barat.

Insiden krisis diplomatik terkait Papua Barat pernah terjadi. Surat kabar The Australian memuat karya kartunis Bill Leak mengarah kepada sindiran terhadap Susilo Bambang Yudhoyono yang memprotes pemberiaan visa bagi pengungsi yang menyeberang dari Merauke dan juga terkait situasi Papua Barat.

Kejadian pada tahun 2006 ini dikenal sebagai krisis pengungsi Papua Barat. Merespons tindakan pemberian visa terhadap pengungsi Papua Barat, Duta Besar Indonesia untuk Australia ditarik pulang. Menurut laporan The Age, sekitar 42 orang diberi visa perlindungan setelah sebelumnya dianiaya di Merauke terkait aspirasi kemerdekaan.

Selain militer dan hukum, sektor perekonomian juga pernah kekisruhan. Pada 2011, Australia pernah menghentikan ekspor sapinya ke Indonesia. Tayangan program investigasi dari ABC tentang praktik penyembelihan sapi di sejumlah rumah potong hewan di Indonesia memicu seruan publik Australia untuk menghentikan ekspor ternak hidup ke Indonesia. Laporan dari BBC mengungkapkan, situs-situs kelompok pelindung binatang di Australia menampung banyak sekali petisi menentang kekejaman terhadap hewan.

Atas desakan publik yang meluas, pemerintah Australia akhirnya menghentikan ekspor sapi ke 12 rumah pemotongan hewan di Indonesia yang ditayangkan ABC, setidaknya hingga rumah pemotongan tersebut menerapkan standar yang telah ditentukan dan disepakati.

Namun terlepas dari serangkaian pertengkaran dalam hubungan tersebut, seperti yang sudah disinggung bahwa keadaan dengan cepat bisa membaik mesra dan rujukan. Bom Bali dan sederet aksi teror berikutnya mendorong kedua negara ini untuk menyepakati kerja sama penanganan terorisme transnasional. Bencana alam Tsunami 2004 membuka pintu bantuan logistik dan pesawat evakuasi untuk membantu warga Aceh yang terdampak. Disusul tahun 2005 saat pasukan elit kedua negara telah mengumumkan untuk berlatih bersama melupakan perkara Timor Leste.

Australia pada akhirnya juga memasok kembali sapi-sapi mereka lantaran peternak mereka juga mengeluh. Soal penyadapan, tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk kembali pulih. Dan dapat dipastikan hubungan Indonesia Australia terkait temuan materi pelatihan militer yang merendahkan Pancasila dan unsur lainnya akan berakhir dengan baik-baik saja ataupun tetap menyimpan api dalam sekam yang siap memunculkan asap kembali di lain kesempatan waktu.

Baca juga artikel terkait AUSTRALIA atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti