tirto.id - Pemilihan umum (Pemilu) 2024 dijadwalkan akan diselenggarakan secara serentak pada 14 Februari tahun depan. Jelang pesta demokrasi tersebut, sejumlah lembaga mulai dengan intens merilis hasil survei yang mulai sering mereka selanggarakan.
Tidak hanya hiruk-pikuk dan keramaian calon presiden dan wakil presiden yang mendapat perhatian. Hasil survei mengenai popularitas dan elektabilitas partai politik juga cukup rutin dilakukan.
Survei elektabilitas partai politik ini dapat menjadi gambaran kasar mengenai kondisi pemilu legislatif tahun depan. Sebagai catatan, pemilihan anggota legislatif juga masuk rangkaian Pemilu 2024.
Di Indonesia, terkait dengan anggota pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) ini, digunakan aturan ambang batas perolehan suara alias parliamentary threshold. Sejak tahun 2019, besarannya empat persen dari jumlah suara sah secara nasional. Artinya setiap partai politik yang telah resmi terdaftar harus mengumpulkan setidaknya empat persen suara masyarakat untuk bisa menaruh perwakilan di kantor DPR di Senayan.
Untuk gelaran tahun 2024 mendatang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 18 partai politik yang telah memenuhi syarat dan berhak menjadi peserta Pemilu 2024. Adapun jabarannya, terdapat sembilan peserta dari partai politik yang saat ini punya perwakilan di parlemen, lima partai politik non-parlemen, dan empat partai politik baru.
Adu Strategi Partai Politik Gaet Pemilih Gen Z pada Pemilu 2024
Apa Itu Parliamentary Threshold? Ambang Batas Kursi dalam Pemilu
Rangkuman Tirto, setidaknya sudah ada sembilan lembaga survei yang sudah mempublikasikan hasil riset mereka terkait dengan preferensi masyarakat terkait partai politik pada Pemilu 2024 mendatang.
Secara umum, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menjadi dua partai unggulan dan punya elektabilitas tertinggi menurut kebanyakan hasil survei. Tidak tanggung-tanggung, dari sembilan hasil survei, dua partai ini dominan dengan perolehan suara selalu di atas 10 persen.Selain itu, temuan yang cenderung seragam adalah soal jumlah partai yang menebus parliamentary threshold empat persen. Tujuh dari sembilan hasil survei menunjukkan hanya akan ada tujuh partai yang lolos ambang batas perolehan suara minimal untuk menempatkan wakilnya di Senayan, yaitu PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB, Partai Demokrat, PKS, dan Partai NasDem.
Terlihat juga akan dibutuhkannya upaya yang besar dari partai-partai baru (Partai Buruh, Partai Gelora, Partai Ummat, dan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN)) untuk bisa menembus ambang batas suara parlemen, lantaran hasil survei sejauh ini menunjukkan jumlah suara yang mereka dapat sejauh ini masih sangat kecil, di bawah satu persen.
Hasil survei paling anyar yang dilakukan dari 31 Maret hingga 4 April 2023 oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas PDIP yang cukup dominan, mencapai 17,7 persen.
Elektabilitas partai tertinggi kedua ditempati oleh Gerindra dengan perolehan suara 12,8 persen. Selanjutnya ada Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan masing-masing 7,8 persen dan 7,6 persen. Melengkapi partai yang bisa menaruh nama di parlemen ada Partai Demokrat (5,4 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (4,4 persen), dan Partai NasDem (4,1 persen).
Namun, survei terhadap 1.229 orang responden dengan metode random digit dialing (telepon acak) ini juga mencacat terdapat lebih dari 30 persen responden yang belum menentukan pilihan. Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi suara yang bisa dikeruk dari partai-partai politik lain untuk bisa menembus ambang batas.
Survei LSI juga menemukan adanya penurunan persentase suara dari PDIP, Golkar, dan PKB dibanding hasil survei Februari 2023. Sementara Gerindra dan PKS mengalami peningkatan.
Baca selengkapnya di artikel "Elektabilitas Ganjar Anjlok versi LSI, Imbas Piala Dunia U-20?", https://tirto.id/gEBn
Menurut hasil survei LSI, elektabilitas Ganjar menurun sejak kontroversi tersebut, dan ada kemungkinan hal ini pula yang mempengaruhi penurunan persentase suara PDIP.
Sebelumnya, pada akhir Maret 2023 lalu lembaga Indikator Politik Indonesia juga mempublikasikan hasil survei yang mereka lakukan pada bulan Februari dan Maret 2023. Hasil wawancara tatap muka dengan lebih dari 2.000 responden ini menunjukkan hasil yang serupa dengan LSI.
PDIP kian dominan dengan perolehan suara mencapai 23,5 persen diikuti Gerindra 14 persen. Pun dengan partai-partai di bawahnya yang berhasil menembus parlemen, meski urutannya agak sedikit berbeda. Berturut-turut Golkar (9,6 persen), Demokrat (9,1 persen), PKB (8,2 persen), NasDem (6,4 persen), dan PKS (5,8 persen), melengkapi tujuh partai yang melewati ambang batas empat persen.
Indikator juga menyoroti ada tren sedikit menurun dari elektabilitas PDIP, sementara Gerindra meningkat antara Februari (11 persen) ke Maret 2023 (14 persen). Bukan hanya Gerindra, NasDem juga mencuri perhatian.
"Nah yang menarik trennya, NasDem mengalami peningkatan yang sangat tajam. Kalau kita lihat data sebelum pemilu 2019 ataupun 2014, elektabilitas NasDem 6,4 persen ini tertinggi dalam sejarah persiapan mereka jelang pemilu," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat Rilis Survei Nasional, 26 Maret 2023 lalu.
Dia menambahkan kondisi-kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari calon presiden yang diusung masing-masing partai. Seperti kenaikan suara NasDem, menurutnya erat kaitan dengan deklarasi partai dalam mencalonkan Anies Baswedan sebagai calon presiden mereka. Sementara kenaikan suara Gerindra juga tidak lepas dari semakin populernya Prabowo Subianto.
Berhubungan dengan calon presiden, Indikator Politik juga menyimpulkan Ganjar Pranowo dominan dari basis pemilih PDIP, Perindo, dan PPP. Sementara basis di PKB cukup seimbang antara Ganjar dan Prabowo Subianto. Sementara Prabowo juga dominan di basis pemilih Gerindra. Terakhir Anies Baswedan unggul dari basis pemilih NasDem, PKS, PAN, dan Demokrat.
Lebih lanjut, lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga membagikan hasil survei mereka pada pertengahan Maret 2023 lalu.
Survei tatap muka terhadap 1.220 responden pada 2-11 Maret 2023 ini menunjukkan adanya peningkatan elektabilitas partai dibanding capaian kursi di parlemen dari Pemilu 2019.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menyoroti tiga partai yang mengalami peningkatan suara sementara dibanding hasil Pemilu 2019. Mulai dari PDIP yang memperoleh 23,4 persen pada survei Maret 2023 berbanding 19,3 persen di Pemilu 2019, diikuti Gerindra yang mengantongi 14,1 persen suara berbanding dengan 12,6 persen suara di gelaran pemilu sebelumnya, serta PKB yang memperoleh 10,3 persen suara berbanding dengan 9,7 persen dari pemilihan 2019.
Sementara berdasar hasil survei, partai-partai lain justru mendapat dukungan suara yang lebih rendah dibanding Pemilu 2019.
“Elektabilitas sebagian besar partai belum pulih,” kata Deni dalam keterangannya dikutip Tirto, Minggu (19/3/2023).
Kondisi ini menjadi kurang ideal terutama bagi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang masing-masing baru mengumpulkan 2,4 persen dan 1,0 persen suara dari survei ini. Jika kondisi ini berlanjut sampai Pemilu Februari 2024 mendatang, maka dua partai ini akan keluar dari Senayan.
Meski, masih besar juga peluang menaikkan suara mengingat masih cukup besarnya kelompok masyarakat yang belum tahu akan memilih calon dari partai apa.
“Setiap partai masih punya peluang menaikkan dukungan karena masih ada sekitar 15,3 persen pemilih yang belum menentukan pilihan,” tambah Deni lagi.
Deni juga menyebut kalau sewajarnya terjadi penurunan persentase masyarakat yang belum memilih. Dalam survei ini menjadi 15,3 persen dibanding saat survei Desember 2022 saat jumlahnya masih 20,9 persen. Menariknya dijelaskan juga kalau tren elektabilitas partai non-parlemen maupun partai baru cenderung juga turun. Ini menunjukkan kalau para undecided voters banyak yang kemudian memilih partai-partai besar jelang Pemilu 2024.
Kesimpulan serupa juga disampaikan dari hasil survei Indo Barometer 12-24 Februari 2023 lalu. Lewat kuisioner yang dibagikan ke 1.190 orang responden secara langsung ini didapatkan kalau dominasi PDIP, berpeluang menjadikan partai banteng moncong putih mengumpulkan suara terbanyak dari tiga gelaran pemilu terakhir.
"PDIP berpeluang untuk hattrick juara, karena konsisten peringkat satu," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari mengutip Tirto.
Survei Indo Barometer menempatkan PDIP teratas dengan 20,1 persen suara responden, diikuti Gerindra dengan 11,9 persen, PKB 8,7 persen, Golkar 7,7 persen, Demokrat 7,5 persen, NasDem 6 persen, dan PKS 5,8 persen. Sementara partai lainnya masih berada di bawah ambang batas. Adapun dari survei ini terdapat 26,5 persen responden yang belum menentukan pilihannya atau memilih tidak menjawab.
"Partai-partai baru belum ada yang tampil menonjol dan menyodok konstelasi yang ada," ucap Qodori lagi.
Menakar dari Loyalis
Sedikit berbeda dengan lembaga riset lainnya, Litbang Kompas menyertakan ukuran untuk loyalitas pemilih.
Hasilnya, survei yang dilakukan terhadap 1.202 orang responden antara 25 Januari-4 Februari 2023 ini menunjukkan elektabilitas PDIP yang tertinggi mencapai 22,9 persen, diikut Gerindra 14,3 persen, Golkar 9 persen, Demokrat 8,7 persen, NasDem 7,3 persen, PKB 6,1 persen, PKS 4,8 persen, dan Perindo 4,1 persen.
Angka ini kemudian dibandingkan dengan tingkat loyalitas. Partai poltik dengan elektabilitas tinggi dan loyalitas tinggi dapat diartikan punya modal dasar pendukung yang besar, sementara loyalitas yang rendah akan menunjukkan ikatan yang kurang kuat. Parpol yang punya modal dasar pendukung kuat ini akan lebih mudah mengkonversi menjadi elektabilitas.
Dalam upaya mengukur loyalitas ini, Litbang Kompas membuat lima kategori untuk dipilih; potensi loyalis, mereka yang mengenal baik dan menyukai parpol; potensial tambahan, mereka yang sekadar tahu tapi punya ketertarikan dengan parpol, netral; tidak tahu, mereka yang belum mengenal parpol; dan resistan, mereka yang menyatakan tidak suka dengan parpol tertentu.
Dari angka potensi loyalis yang dirangkum Litbang Kompas terlihat kalau PDIP dan Gerindra punya dukungan pemilih yang solid dan elektabilitas yang tinggi. Sementara Demokrat dan Golkar punya elektabilitas yang lebih rendah dari loyalis. Hal ini bisa menjadi indikasi adanya pendukung loyal yang masih ragu dengan dua partai ini.
Litbang Kompas menyoroti Partai NasDem dan Perindo. NasDem punya potensi loyalis yang sama besar dengan tingkat elektabilitas. Hal ini dinilai dampak dari pencalonan Anies Baswedan sebagai calon presiden mereka yang menarik pendukung Anies menjadi pendukung NasDem. Sementara Perindo punya loyalis yang cukup besar, di atas ambang batas parlemen. Kondisi ini diprediksi bisa membantu partai ini merebut kursi di DPR pada Pemilu 2024.
Tren
Populi Center menjadi salah satu lembaga yang mempublikasikan tren elektabilitas partai cukup lengkap dari tahun ke tahunnya. Mereka mencatat tren elektabilitas dari tahun 2017, tahun 2018, tahun 2020, dan tiga kali pada tahun 2022, serta teranyar pada Februari 2023.
Dari survei-survei mereka ini terlihat bagaiman PDIP yang menjadi partai pemenang pada Pemilu 2019 memang kian dominan sejak tahun 2019. Lebih lanjut jika tren yang terjadi juga masih sama seperti Pemilu 2019, kemungkinan Gerindra juga akan kembali menjadi juara 2 pada Pemilu 2024.
Berdasar hasil survei teranyar mereka pada 25 Januari - 2 Februari 2023, terhadap 1.200 orang responden, didapat PDIP menempati peringkat teratas sebagai partai dengan suara terbanyak (24,5 persen). Diikuti oleh Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, PKS, dan Demokrat.
Yang menarik, PDIP sendiri sempat mengalami naik turun cukup ekstrim sejak periode survei tahun 2020 hingga yang terbaru pada Februari 2023. Pada Oktober 2022, misalnya, elektabilitas PDIP sempat turun hingga 15,7 persen, sebelum melonjak kembali ke angka 24,5 persen pada Februari 2023.
Tidak ada partai lain yang elektabilitasnya naik turun seekstrim itu pada periode 2022-2023.
Survei Populi Center juga menunjukkan dari partai di luar parlemen atau partai baru, ada Perindo yang punya suara 1,8 persen (unggul dari PAN). Sementara partai lain belum ada yang mampu mengumpulkan suara lebih dari 1 persen.Median
Sementara lembaga survei Media Survei Nasional (Median) melakukan elaborasi lebih jauh mengenai basis pendukung partai. Dari survei yang mereka lakukan antara 9 - 17 November 2022 terhadap 1.200 orang responden didapat sejumlah temuan unik.
PDIP disebut sebagai partai nasionalis dengan basis masa terbesar. Hasil survei menunjukkan mereka mendapat 22,5 persen suara. Sedangkan PKB menjadi partai nasionalis religius (Islam) terbesar dengan suara 10,2 persen responden. PKB juga menjadi satu-satunya partai nasionalis religius Islam yang punya basis pemilih non-Muslim.
Median juga melihat persebaran pendukung partai politik secara demografis. Survei ini menemukan bahwa PDIP unggul di Sumatra bagian selatan (Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung), Kalimantan, Jawa Tengah, Bali dan Nusa Tenggara.
Sementara Gerindra punya basis masa yang kuat di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, serta Banten, DKI Jakarta serta Jawa Barat.
PKB juga disebut punya basis masa terkuat di Jawa Timur, sementara Golkar kuat di Sulawesi, dan Demokrat unggul di Maluku dan Papua.
Editor: Farida Susanty