Menuju konten utama

Pakar LIPI: Pilgub DKI 2017 Terburuk dalam Sejarah Pilkada

Pakar politik LIPI, Siti Zuhro menilai Pilgub DKI Jakarta 2017 merupakan pemilihan kepala daerah yang terburuk dalam sejarah pemilihan kepala daerah di Indonesia karena didominasi politisasi isu SARA.

Pakar LIPI: Pilgub DKI 2017 Terburuk dalam Sejarah Pilkada
(Ilustrasi) Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Jami' Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Pakar politik LIPI, Siti Zahro Zuhro menilai Pilkada DKI Jakarta pada 2017 merupakan yang terburuk dalam sejarah. Sebabnya, materi kampanye subtantif di pilkada ini sangat minim dan lebih didominasi politisasi isu Suku, Ras, Agama dan Antargolongan (SARA).

"Pilkada DKI Jakarta kali ini adalah yg terburuk. Karena tidak mampu mengedepankan akal sehat. Kita ditarik ke isu-isu yang sensitif dan primordial, bukan yang substantif," kata dia saat berbicara dalam diskusi di Menteng, Jakarta pada Senin (10/4/2017).

Zuhro menyatakan politisasi SARA di Pilkada DKI Jakarta sebenarnya merugikan warga Ibu Kota. Semestinya, menurut Zuhro, kampanye Pilkada DKI Jakarta berfokus ke isu-isu yang berkaitan dengan penuntasan pelbagai masalah sosial dan ekonomi warga Jakarta.

"Ada lebih dari satu juta warga DKI Jakarta yang tidak memiliki jamban di rumahnya. Itu contoh masalah ketimpangan sosial," kata Zuhro mencontohkan.

Di tempat yang sama, Direktur Riset Lembaga survei Polmark Indonesia, Eko Bambang Subiantoro, yang juga konsultan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, mengklaim kliennya tidak pernah meraup keuntungan dari isu SARA.

Menurut Eko, Anies-Sandiaga justru dirugikan oleh politisasi isu SARA. "Setiap kali Anies-Sandiaga dituduh melakukan politisasi agama, itu menciderai (perolehan suara) kami," kata Eko.

Padahal, dia melanjutkan, banyak sekali faktor yang mendorong masyarakat untuk memilih pasangan Anies-Sandiaga. Misalnya, menurut dia, isu reklamasi.

Berdasar survei Polmark Indonesia, Eko menyatakan masyarakat Jakarta yang menolak reklamasi lebih tinggi daripada yang menyetujui proyek itu. "Ada 53 persen masyarakat Jakarta menolak reklamasi. Hanya 20% yang setuju," kata dia.

Hal ini berbanding terbalik dengan hasil survei Polmark mengenai dorongan pemilih kliennya berdasarkan agama. Menurut Eko, hanya ada 21,6 persen pemilih Anies-Sandiaga yang memilih atas alasan agama.

"Tantangan terbesar kami melawan isu politisasi agama yang dituduhkan ke Anies-Sandiaga," kata dia.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Addi M Idhom