tirto.id - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan pabrik pipa seamless terbesar di Asia Tenggara. Pabrik ini merupakan hasil kerja sama operasional (KSO) PT Artas Energi Petrogas dengan Inerco Global International (KSO AEP-IGI).
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin), Faisol Riza, mengatakan pabrik dengan kapasitas 250 ribu ton per tahun itu dibangun menggunakan investasi dalam negeri senilai Rp2,5 triliun.
“Murni melalui investasi dalam negeri, ini luar biasa. Inisiatif ini merupakan bentuk nyata dari sinergi pemerintah dan pelaku usaha dalam mengembangkan produk yang berstandar tinggi, mampu bersaing di pasar global, tetapi juga produk dalam negeri,” ujarnya dalam acara 1st Indonesia Seamless Tube Summit, Rabu (6/11/2024).
Faisol mengatakan, saat ini terdapat sebanyak 14 produsen pipa seamless dalam negeri dengan kapasitas lebih dari 800.000 ton per tahun dan utilisasi sekitar 40 persen.
Menurutnya, dengan dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan pelarangan dan pembatasan dan regulasi lainnya, dia optimistis industri pipa seamless akan semakin mampu memenuhi kebutuhan sektor migas.
“Namun kami juga perlu mengatasi tantangan penyediaan bahan baku untuk mendukung produksi pipa. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 tahun 2024 mengatur tata cara importasi besi dan baja termasuk pipa jadi,” ujarnya.
Kebijakan tersebut dibuat sebagai komitmen Kemenperin untuk memastikan bahwa impor hanya dilakukan ketika pasokan dalam negeri belum mencukupi atau spesifikasi produk masih sulit dipenuhi oleh produsen lokal.
“Dengan ini, kami berkomitmen mendukung industri pipa agar memiliki peluang lebih besar untuk mengisi kebutuhan sektor migas dan menjadi tuan rumah di pasar domestik,” tutur Faisol.
Pada kesempatan yang sama, CEO Indonesia Seamless Tube, PT Artas Energi Petrogas, Jose Antonio Rayes, mengatakan dirinya optimistis produksi pipa seamless dari pabriknya dapat mendukung pencapaian target lifting minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.
Dalam rinciannya, pabrik ini memiliki dua line, yakni hard rolling mill dengan kapasitas 200 ribu ton per tahun, dan heat treatment line sebanyak 100 ribu ton per tahun, dengan nilai investasi Rp 2,5 triliun.
“Nilai investasinya sendiri cukup besar, terus terang mungkin pabrik ini Rp2,5 triliun investasi. Tetapi kembali lagi komitmennya kami tidak berhenti di sini saja,” jelasnya.
Jose mengatakan ingin melakukan kerja sama hingga ke hulu produksinya yakni memproduksi sendiri billet, alias bahan baku pipa seamless berupa sebongkah baja silinder padat. Menurutnya, sejauh ini Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pabrik tersebut tercatat masih di kisaran 43 persen.
“Kalau sampai kita bangun ke pabrik billetnya sendiri artinya mungkin ini bisa sampai 90 persen (TKDN), jadi bahan baku kita punya di Indonesia mau itu iron ore atau scrap metal, tinggal investasinya kita di peralatannya sehingga billet ini dapat kita produksi di sini,” katanya.
Jose juga menyatakan, hampir seluruh produksi pipa seamless pabriknya dapat digunakan di berbagai sektor industri, seperti manufaktur dan pertahanan. Namun, saat ini hampir seluruhnya diserap oleh sektor migas.
“Boleh dikatakan hampir 80-90 persen di sektor migas dan itu sekarang sementara waktu sudah yang tertinggi di Indonesia,” pungkasnya.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Irfan Teguh Pribadi