Menuju konten utama

Olivier Levasseur, Bajak Laut yang Menginspirasi Kisah Gol D. Roger

Olivier Levasseur menginspirasi tokoh fiktif dalam One Piece, Gol D. Roger. Ia dipercaya meninggalkan harta karun yang sampai sekarang belum ditemukan.

Olivier Levasseur, Bajak Laut yang Menginspirasi Kisah Gol D. Roger
Ilustrasi bajak laut. FOTO/iStockphoto

tirto.id - "Harta karunku? Kalau kau menginginkannya, kau bisa memilikinya. Carilah! Aku meninggalkan semuanya di sana."

Ucapan Gol D. Roger sesaat sebelum dieksekusi itu memicu Golden Age of Pirates, masa di mana orang-orang menahbiskan diri sebagai perompak demi harta karun terbesar di dunia. Itu adalah alur yang mengantarkan kita kepada One Piece, manga karya Eiichiro Oda yang tetap kencang berkibar selama lebih dari dua dekade.

Di dunia nyata, seorang perompak bernama Olivier Levasseur juga dipercaya mengatakan hal serupa. "Find my treasure, the one who may understand it!" ujar Levasseur seraya melemparkan kalung berisi kriptogram yang mesti dipecahkan agar lokasi harta karun diketahui ke arah orang ramai.

Kata-kata itu menjadi ucapan terakhir Levasseur sebelum pungkas dan orang-orang berkumpul demi satu tujuan: menyaksikan eksekusi mati sang perompak.

Legenda aksi dramatis itu diangkat dalam banyak catatan kisah sang perompak. Kalung yang dikenakan Levasseur telah hilang, tetapi kriptogramnya tinggal. Untuk waktu yang lama, para ahli pembaca sandi berusaha memecahkannya dan untuk berabad-abad para pemburu harta masih mencari peninggalan tersebut.

Menurut yayasan yang bergiat pada sandi dan kode-kode historis, The Cipher Foundation, kisah rampasan yang dikubur Levasseur kembali menghebohkan komunitas pemburu harta karun setidaknya sejak 1934. Saat itu sejarawan kelautan Prancis Charles Bourel de la Roncière mengklaim telah memecahkan 17 baris kriptogram Levasseur dalam buku berjudul Le Flibustier Mysterieux. Namun kata-kata dalam bahasa Prancis itu dikatakan sama sekali tak ada hubungannya dengan lokasi harta karun. Ia dinilai lebih menyerupai resep ramuan obat rakyat tradisional, atau bahkan mungkin mantra pelet belaka.

The Buzzard, The Flying Gang, Perompakan Terbesar

Selain dipercaya menimbun harta rampasan dalam jumlah besar, Levasseur juga diyakini mengenakan eyepatch (penutup mata) untuk menutupi bekas luka—yang menginspirasi banyak penggambaran bajak laut fiktif di masa depan. Menurut Jack Goldstein dalam 101 Amazing Facts about Pirates (2014), karena "tidak punya rasa takut, mencuri banyak emas, dan punya bekas luka di mata," Levasseur menjadi "stereotip hampir sempurna dari bajak laut." Ia juga dijuluki La Buse (dari buzzard, burung pemangsa) lantaran keberanian dan kecepatan dalam menyerang.

Levasseur diperkirakan lahir antara 1688-1690 di Calais, Prancis, dari keluarga kaya yang memungkinkannya menempuh pendidikan tinggi dan menjadi arsitek. Tidak jelas bagaimana La Buse bisa banting setir, namun yang jelas selama Perang Suksesi Spanyol (1701–1714) ia mendapatkan surat izin menjadi privateer (swasta yang biasa disewa negara-negara imperial atau pihak mana pun, direstui untuk menyerang lawan di lautan) dari Raja Louis XIV.

Ketika perang berakhir (The post-Spanish Succession Period), Levasseur dan banyak privateer beralih profesi menjadi bajak laut. Mereka meramaikan periode terakhir Golden Age of Piracy 'Masa Keemasan Perompakan'.

Di Karibia, kisahnya berkelindan dengan para bajak laut lain yang kelak menjadi wajah era ini. Karier perompaknya bermula dengan bergabung di bawah pirate company bentukan Benjamin Hornigold yang juga membangun Republik Bajak Laut di Nassau. Levasseur tergabung dalam The Flying Gang, grup kapten dan kru perompak di Republik Bajak Laut di mana turut bernaung nama-nama seperti Edward 'Blackbeard' Teach, Calico Jack, dan 'Prince of Pirates' Samuel Bellamy.

Usai berlayar di bawah Hornigold, Levasseur sempat pula berkolaborasi untuk beberapa waktu dengan Bellamy dan membajak sejumlah kapal. Aliansi itu bubar. Prince of Pirates bertahan di Karibia dan utara Amerika, sementara La Buse menjajal peruntungan di Amerika Selatan. Kelak pertautan keduanya berlanjut beberapa tahun setelah Bellamy tewas diempas siklon di Cape Cod. Ini lantaran eks quartermaster Bellamy, Palgraves Williams, melanjutkan karier perompaknya sebagai quartermaster di kapal Levasseur.

Di selatan, Levasseur menyerang sejumlah kapal. Salah satunya adalah kapal pengangkut budak yang berlayar dari Angola. Kapal itu dijarah, dirusak, dan para awaknya ditinggalkan tenggelam. Sebanyak 240 budak diangkut untuk kemudian ditinggalkan di sebuah pulau di lepas pantai Macae dekat Rio de Janeiro.

Levasseur lantas menuju Samudra Hindia dan perairan Afrika, titik-titik riuh lain di Zaman Keemasan Perompakan. Saat itulah luka di salah satu matanya kian memburuk dan ia harus mengenakan eyepatch.

Pembajakan terbesarnya terjadi di dekat Réunion, pulau teritori Prancis di timur Madagaskar pada 26 April 1721. Bersama perompak seperti John Taylor dan Jasper Seagar, La Buse menjarah kapal galiung seberat 700 ton bermuatan harta milik Uskup Goa dari India Portugis bernama Nossa Senhora do Cabo. Mereka mendapatkan batangan emas dan perak, berlian yang belum dipotong, lusinan kotak berisi emas Guinea, mutiara, sutra, dan benda-benda keagamaan milik Katedral Se di Goa yang nilainya diperkirakan mencapai 4,5 miliar euro—salah satu hasil perompakan terbesar dalam sejarah. Nama kapal pun diubah menjadi Le Victorieux.

Setelah semua petualangan tersebut, Levasseur memutuskan untuk pensiun pada 1724. Namun ia menolak untuk mengembalikan harta yang telah dikumpulkan selama ini. Pengembalian harta adalah syarat untuk mendapatkan amnesti dari raja Prancis kepada para perompak di Samudra Hindia.

Bertahun-tahun bersembunyi dan bekerja sebagai nakhoda di Teluk Antongil, Levasseur akhirnya ditangkap di dekat Benteng Dauphin, Madagaskar. Mengutip Baylus C. Brooks dalam Dictionary of Pyrate Biography ​(2020), dengan dakwaan berbagai perompakan, ia digantung di Saint-Denis, Réunion, pada 7 Juli 1730.

Harta yang Tak Pernah Ditemukan

Enam pulau di sebelah timur Afrika disebut menjadi kandidat tempat Levasseur mengubur seluruh hartanya: Mauritius, Pulau Réunion, Pulau Frégate, Mahé, Rodrigues, Sainte-Marie.

"Itu tidak tersentuh. Masih ada. Dan itu adalah tangkapan yang fantastis. Dan ketika semua ini muncul, itu akan seperti penemuan Tutankhamun di Mesir. Cawan sucinya para pemburu harta karun," ujar John Cruise-Wilkins, seperti dilansir CNN.

Tak berlebihan jika John menyebutnya cawan suci jika mempertimbangkan berapa sebenarnya nilai harta tersebut. Ada berbagai perkiraan yang pernah muncul: 130 juta dolar AS, 1 miliar paun, bahkan 4,5 miliar euro (angka yang ini sepertinya muncul dari total jarahan terbesar Levasseur). Angka mana pun akan membuat Olivier Levasseur merangsek ke jajaran perompak dengan pendapatan tertinggi. Jika ternyata mencapai miliaran euro, itu bakal membuatnya jadi perompak terkaya sepanjang sejarah, yang hingga kini masih dipegang eks mitranya, Samuel Bellamy.

Bagi John, pencarian harta Levasseur adalah obsesi keluarga. Ayahnya, Reginald Cruise-Wilkins, telah mempelajari dokumen-dokumen Levasseur sejak 1947. Dari sana, alih-alih kalung, Levasseur dipercaya mencatat kriptogram dalam perkamen yang ia simpan di balik baju eksekusi. Ketika Reginald meninggal pada 1977, John-lah yang melanjutkan pencarian.

Riset bertahun-tahun mengantar mereka ke negara kepulauan di timur Afrika, Seychelles. Namun, setelah puluhan ribu paun dikucurkan untuk pencarian, mereka baru hanya menemukan trade gun, pedang, beberapa patung, dan sejumlah koin.

Infografik Olivier Levasseur

Infografik Olivier Levasseur. tirto.id/Quita

Peninggalan yang Nyata

Harta karun yang tak kunjung ditemukan barangkali menjadi penyebab mengapa nama Levasseur kurang dikenal ketimbang perompak lain, bahkan di antara circle-nya sendiri, The Flying Gang. Selain dalam One Piece, Levasseur hanya ditemukan dalam segelintir kisah atau penggambaran dalam budaya populer.

Warisan Levasseur yang lebih nyata bisa didapati pada sebuah minuman keras jenis craft rum dari India bernama Segredo Aldeia, yang berangkat dari kisah dia dan harta karunnya. Levasseur juga menjadi salah satu dari sangat sedikit perompak yang tercatat dalam sejarah menggunakan jolly roger berwarna putih.

Kuburan simbolis dibangun (dan dikeramatkan) di Saint-Paul, Réunion, 58 tahun setelah kematian Levasseur. Buku perjalanan karya William Dalrymple, The Age of Kali, menyebut bahwa warga setempat percaya makam itu memiliki kekuatan spiritual. Sumber lain menyebutkan bahwa di balik nisan Levasseur tertulis penghormatan dari seorang budak yang pernah dibebaskan oleh sang perompak.

Jolly Roger putih dikibarkan. Operasi dilangsungkan di berbagai lautan. Kisahnya terkait dengan perompak-perompak terbesar. Satu mata tertutup. Rampasannya bisa jadi yang terbesar dalam sejarah. Kuburannya dikeramatkan. Tambahkan kisah legenda harta karun yang bisa dibilang lebih hebat ketimbang mitos serupa milik bajak laut lain seperti Kapten Kidd, maka Olivier Levasseur memenuhi segala syarat penggambaran bajak laut dalam kisah-kisah fiktif; memenuhi segala indikator untuk menjadi salah satu perompak terbesar.

Baca juga artikel terkait BAJAK LAUT atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Rio Apinino