tirto.id - Serdadu muda bernama Edgar A. Perry ditempatkan di Fort Moultrie, South Carolina, Amerika Serikat sejak November 1827. Di sana ia dipromosikan menjadi artificer, tamtama yang bertugas menyiapkan peluru untuk artileri. Ia juga merilis buku pertama, kumpulan puisi setebal 40 halaman. Meski buku tidak laku, kariernya tidak ikut mandek. Selama dinas dua tahun, ia mencapai pangkat sersan mayor.
Belakangan ia membuka nama aslinya, Edgar Poe, atau kelak dikenal luas sebagai Edgar Allan Poe.
Semasa ditempatkan di Fort Moultrie itulah Poe mendengar kisah para bajak laut, salah satunya Kapten Kidd. Legenda William Kidd, terutama soal hartanya yang dikubur, mengilhaminya untuk menulis cerpen berjudul The Gold-Bug. Karakter-karakter dalam cerpen tersebut berusaha memecahkan kriptogram yang merupakan petunjuk letak harta karun. Cerpen itu kelak menjadi karya Poe yang paling sukses.
The Gold-Bug kemudian menjadi kisah pertama yang mempopulerkan kriptografi, yang, singkatnya, merupakan teknik merahasiakan pesan agar tidak dibaca pihak ketiga. Poe sendiri hingga kini dikenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam sastra AS, pionir fiksi detektif, dan salah satu figur di balik kemunculan genre sci-fi.
Namun, bagaimana dengan kisah William Kidd sendiri? Apakah benar ada kode-kode yang mesti dipecahkan demi menemukan penunjuk lokasi harta karunnya? Atau, yang lebih mendasar, apakah ia betul-betul meninggalkan harta karun?
Dari Privateer ke Pirate
William Kidd lahir pada suatu hari di 1654. Lokasinya mungkin di Dundee, atau barangkali Belfast di Irlandia Utara. Namun Kidd mengklaim bahwa ia berasal dari Greenock, Skotlandia.
Yang jelas adalah tanggal dan lokasi kematiannya. Kidd digantung dalam sebuah eksekusi publik di London pada 23 Mei 1701.
Dia digantung dua kali. Pada percobaan pertama tali gantungannya putus dan ia selamat. Meski sebagian penonton mendesak agar Kidd dilepaskan lantaran percaya tali putus adalah pertanda dari Tuhan, beberapa menit kemudian ia tetap digantung. Jasadnya lalu dipamerkan di atas Sungai Thames selama tiga tahun, sebagai peringatan untuk siapa saja agar tidak menjadi perompak. Kidd sendiri tidak pernah mengakui bahwa ia adalah bajak laut.
Catatan kisah Kidd bermula ketika ia menjadi privateer, swasta yang biasa disewa negara-negara imperial atau pihak mana pun. Privateer direstui untuk menyerang lawan (negara musuh dan bajak laut) di lautan.
Beberapa pihak menyebut bahwa sebelum menjadi privateer Kidd sudah berlayar di kapal perompak, termasuk di kapal yang dikapteni Jean Fantin. Di kapal itu ia dan beberapa awak memberontak, mengganti nama kapal menjadi Blessed William, dan berlayar menuju Nevis, suatu pulau di Karibia yang jadi koloni kerajaan Inggris. Kidd lantas menjadi kapten, entah karena pemilihan yang biasa dilakukan di atas kapal bajak laut atau karena ditunjuk Gubernur Nevis saat itu, Christopher Codrington.
Sebagai privateer, empat perlima biaya pelayaran Kidd ditanggung oleh para bangsawan, termasuk orang-orang paling berkuasa di Inggris. Salah satu investor bernama Richard Coote, Lord Bellomont yang kelak menjadi Gubernur New York.
Dengan kapal berkekuatan 34 meriam bernama Adventure Galley, Kidd berlayar menuju Madagaskar dan Samudra Hindia, yang pada masa itu menjadi salah satu titik golden age of piracy.
Kesialan datang pada September 1696. Sepertiga krunya tewas di Komoro karena wabah kolera. Kapal barunya juga bocor di sana-sini. Bisnis resminya gagal total.
Putus asa untuk menutupi biaya pelayaran, Kidd memutuskan menjadi perompak untuk bertahan hidup.
Pada Agustus 1697 Kidd menyerang konvoi kapal harta karun India, tetapi berhasil dihalau oleh kapal Man of War milik East India Company. Ini adalah pembajakan dan jelas tidak ada dalam izin privateer Kidd (memburu kapal Prancis dan bajak laut). Pada sekitar waktu yang sama, penembak meriam di kru Kidd memberontak. Kid menghantam kepala kru tersebut dengan ember besi hingga tewas.
Peruntungan Kidd berubah pada 30 Januari 1698, ketika berhasil membajak Quedagh Merchant, kapal seberat 400 ton penuh harta yang baru pulang dari Timur Jauh. Itu adalah kargo milik pedagang Armenia yang dikapteni seorang Inggris. Kidd dan krunya mengambil alih kapal dengan muatan seperti sutra, calico, opium, dan sebagainya yang dikabarkan bernilai 70 ribu pound.
Nasib baik hanya mampir sebentar. Kabar Kidd menjadi bajak laut telah sampai ke Inggris. Satu per satu teman atau mitranya menarik diri, termasuk Robert Livingston, sesama orang Skotlandia yang sangat terlibat dengan urusan-urusan Kidd. Dia mengenal raja secara pribadi dan tak ingin namanya terseret. Sebagai salah satu orang yang membantu Kidd menyiapkan pelayaran, Livingston juga akhirnya berkhianat dan melaporkan aksi Kidd.
Harapan terakhir Kidd untuk membersihkan namanya ada di New York, pada Lord Bellomont. Sebelum berangkat Kidd mengubur hartanya di Pulau Gardiners, Long Island. Harta itu mulanya bakal digunakan sebagai alat tawar-menawar.
Namun ternyata Lord Bellomont menolak mendengarkan Kidd. Bagaimanapun Bellomont dan para bangsawan lain turut menjauhkan diri agar tak terafiliasi Kidd. Bellomont bahkan mengecualikan Kidd dan "King of Pirates" Henry Avery dari daftar amnesti untuk para bajak laut di Samudra Hindia.
Setelah ditangkap, Kidd diadili dan dinyatakan bersalah atas semua tuduhan (pembunuhan dan lima pembajakan). Ia dijatuhi hukuman mati.
Hukum laksamana Inggris abad k-17 memberikan kapten kelonggaran besar dalam menggunakan kekerasan terhadap kru mereka, tetapi pembunuhan langsung tidak diizinkan. Ketika Kidd diadili, dua mantan anggota kru bersaksi melawan Kidd dengan imbalan pengampunan.
Kidd dipenjara selama setahun, menjadi gila berkala, lalu dikirim ke Inggris. Di sana Kidd menemui ajal di tiang gantungan, sementara beking Inggrisnya tetap berkuasa.
Kisah yang Berkembang Liar
Harta yang dikubur gagal menyelamatkan nyawa Kapten Kidd. Gubernur Bellomont dilaporkan telah menemukan harta itu dan ternyata jumlahnya tak banyak. Harta tersebut digunakan sebagai bukti untuk melawan Kidd dalam persidangan. Tidak ada kriptografi atau puzzle yang mesti dipecahkan. Tidak ada pula kabar lebih lanjut soal harta Kidd yang lain.
Namun kisah harta karun yang dikuburkan sudah kelewat liar. Ia memicu perburuan tak hanya di seputar New York, tapi juga mencapai Nova Scotia di Kanada hingga Phú Quốc di Vietnam.
Sampai sini mudah saja untuk menyimpulkan bahwa Kapten Kidd tidak sesukses bajak laut lain seperti Bartholomew Roberts, dan jelas tidak sekaya Samuel Bellamy. Jangankan sama mengerikannya dengan Edward Teach alias Blackbeard, profil Kidd bahkan bisa dibilang tidak perompak-perompak amat. Dia bahkan tak mengibarkan jolly roger kala membajak musuh sebagaimana dilakukan bajak laut lain. Dia merompak semata demi melanjutkan pelayaran.
Selain diabadikan oleh Edgar Allan Poe, kisah Kapten Kidd juga menginspirasi Robert Louis Stevenson dalam novel bajak laut terpopuler, Treasure Island. Dia mengilhami karakter dalam seri manga/anime populer One Piece, Eustass "Captain" Kid. Kapten Kidd juga dikenang lewat sederet lagu termasuk milik Bob Dylan, serta diabadikan sebagai karakter gim video seperti Persona 5, seri Assassin's Creed, hingga Doraemon: Nobita's Great Adventure in the South Seas.
Peninggalan Kidd sejatinya "hanyalah" ihwal legenda harta karun dan riwayat skandal orang-orang berkuasa di baliknya, tetapi itu sudah cukup untuk membuatnya menjadi salah satu bajak laut paling populer dalam sejarah.
Editor: Rio Apinino