Menuju konten utama

Mungkinkah Pilkada Jakarta 2024 Diisi Tiga Poros seperti 2017?

Beberapa pengamat menilai kecil kemungkinan ada tiga poros dalam Pilkada Jakarta 2024. Dinamika masih cair.

Mungkinkah Pilkada Jakarta 2024 Diisi Tiga Poros seperti 2017?
Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-jufri (kanan) bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kedua kanan), Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kiri) dan mantan capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kedua kiri) berfoto bersama saat milad ke-22 PKS di kantor DPP PKS, Jakarta, Sabtu (27/4/2024). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/nym.

tirto.id - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memantapkan langkah politik untuk mengarungi kontestasi Pilkada Jakarta 2024 dengan mengusung Anies Rasyid Baswedan sebagai calon gubernur dan eks Presiden PKS, Sohibul Iman, sebagai calon wakil gubernur.

Pengusungan pasangan AMAN tersebut diumumkan langsung oleh Presiden PKS, Ahmad Syaikhu pada Selasa (25/6/2024).

"Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) PKS pada rapat di Kamis, 20 Juni 2024, telah memutuskan mengusung Bapak Anies rasyid Baswedan sebagai bakal cagub dan Bapak Sohibul Iman sebagai bacagub," kata Syaikhu dikutip Tirto dalam akun Youtube PKS TV.

Syaikhu pun mengatakan bahwa PKS sadar tidak bisa mengusung duet AMAN sendirian. Maka PKS berupaya membangun komunikasi dengan Partai Nasdem dan mendapat sinyal positif.

"Selanjutnya, rencana pertemuan dengan PKB juga sudah dirancang dan akan dilaksanakan. Kami optimis insyaallah sosok Bapak Anies Rasyid Baswedan dan Bapak Mohammad Sohibul Iman adalah kandidat yang memiliki peluang menang besar," tutur mantan Wakil Walikota Bekasi itu.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP, Eriko Sotarduga, menilai wajar belaka bila PKS ingin kadernya sendiri maju Pilkada DKI Jakarta 2024. Namun, menurutnya, upaya pengusungan duet AMAN itu masih belum final. Konstelasi politik masih bisa berubah karena tidak ada partai yang bisa mengusung cagub-cawagub sendirian di Jakarta.

"Apakah itu jadi calon terakhir? Belum tentu. Karena, sekali lagi belum tentu maju sendiri. Sama siapa sekarang sudah bekerja?" kata Eriko, Selasa (25/6/2024).

Eriko juga mengatakan bahwa PDIP lebih mengutamakan prinsip kerja sama daripada koalisi dalam mengusung kandidat. Terkait kandidat cagub, dia mengatakan bahwa PDIP telah mempersiapkan sejumlah nama, yakni Menteri Sosial, Tri Rismaharini, mantan Panglima TNI, Andika Perkasa, hingga politikus PDIP, Charles Honoris.

Respons PKB atas pengusungan duet AMAN juga bakal memberi pengaruh penting. Namun, hingga saat ini, Tirto belum mendapat konfirmasi dari petinggi PKB tentang sikap partainya usai duet AMAN dideklarasikan.

Peluang Tipis Tiga Poros

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, menilai pendeklarasian duet AMAN adalah bentuk political bluffing agar PKS dapat mengusung kadernya di Pilkada Jakarta mendatang.

Sebelumnya, PKB sudah mengumumkan dukungannya untuk Anies Baswedan. Mempertimbangkan hal itu, PKS tentu tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengusung kader mereka sendiri seperti yang terjadi pada Pilkada Jakarta 2017 lalu. Karena itulah, PKS ambil manuver mendeklarasikan duet AMAN.

Musfi juga menilai bahwa di situasi saat ini, peluang terbentuknya tiga poros politik di Jakarta seperti halnya pada 2017 cukup sulit.

"Pada pilkada yang memiliki petahana yang kuat, sangat berat untuk mengusung tiga poros. Kecuali, itu dimaksudkan untuk memecah perolehan suara seperti yang terjadi di Pilkada Jakarta 2017," kata Musfi, Rabu (26/6/2024).

Musfi menilai bahwa PKS hampir tidak mungkin membuat poros sendiri. Dia mengingatkan bahwa pemilu tidak hanya berkuat pada elektabilitas dan popularitas, tapi juga perlu modal kuat.

"PKS butuh partai lain untuk 'patungan biaya kampanye'. Anies juga kita tahu sendiri bukan pengusaha kaya raya," kata Musfi.

Menurut Musfi, duet AMAN adalah kuncian PKS untuk menaikkan daya tawarnya sebagai pemenang Pileg DKI Jakarta 2024. Dari aspek politik, itu adalah langkah tepat karena PKS pasti memperhitungkan sikap Nasdem yang kemungkinan akan tetap bersama Anies.

Yang menarik untuk dicermati dalam beberapa waktu ke depan adalah langkah PDIP. Pasalnya, deklarasi AMAN kemungkinan membuat PDIP gamang.

"Ada kemungkinan PDIP akan pisah. Di beberapa daerah, PDIP-PKS memang koalisi, tapi di Jakarta tensinya sama dengan pusat. Saya kira agak berat PDIP koalisi dengan PKS di Pilkada Jakarta 2024," tutur Musfi.

Koalisi PKS-PDIP, Mungkinkah?

Menurut Musfi, PDIP pasti juga ingin mengusung kadernya sendiri sebagai cagub. Bahkan nama Andika Perkasa, Ahok, hingga Risma pun sudah dimunculkan. Di sisi lain, PKS tentu tidak ingin posisi wakil Anies diambil PDIP.

Terlepas dari langkah politik PKS, beberapa opsi sebenarnya masih terbuka untuk PDIP.

Partai berlambang banteng itu bisa saja memutuskan untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM). PDIP mestinya juga sadar tak mungkin mengusung kadernya sendirian. Lagi pula, daya tawar politiknya saat ini sedang tidak begitu baik.

Atau, bisa saja PDIP memberanikan diri menginisiasi poros ketiga.

"Dengan melihat respons PKB yang mengatakan PKS seperti menutup pintu, bisa jadi PDIP mengajak PKB [membuat poros sendiri]. Koalisi ini cukup untuk mengusung paslon," kata Musfi.

Sementara itu, analis politik dari Universitas Padjajaran, Kunto Adi Wibowo, menilai PKS ingin mengambil kendali dan tidak ingin ketinggalan momentum di Pilkada Jakarta mendatang. Namun, pengusungan duet AMAN sebenarnya juga membuat PKS kesulitan bergerak.

Pasalnya, PKS butuh partai lain untuk berkoalisi. Jika ia bermaksud mengusung Anies untuk posisi cagub, PKS mestinya membuka posisi cawagub sebagai ruang negosiasi dengan partai lain.

Namun, PKS justru mendeklarasikan AMAN sebagai satu paket yang malah membuat kesan ia menutup diri.

"Kalau soal realistis bisa memenangkan Pilgub Jakarta, sih, saya pikir kemungkinannya ada karena pada akhirnya orang akan memilih calon gubernur, bukan calon wakil gubernur. Calon wakil gubernur, kan, memang tempat negosiasi untuk membangun koalisi sebenarnya," kata Kunto, Selasa (25/6/2024).

Meski begitu, seperti halnya Musfi, Kunto juga menilai kondisi politik masih cukup cair. PDIP dan PKS masih berpotensi untuk berkubu dalam satu poros. Pasalnya, kedua partai ini punya kompetitor yang nisbi sama, yakni partai-partai yang tergabung dalam KIM.

Menurutnya, yang justru berpotensi pecah justru KIM lantaran ada perbedaan pilihan kandidat, antara Kaesang Pangarep atau Ridwan Kamil.

"Kalau hitung-hitungan poros dan segala macam, justru sangat mungkin KIM-lah yang pecah karena Kaesang harus diperhitungkan. Sangat mungkin, Kaesang maju sebagai satu poros, sedangkan KIM bisa tetap skenario [mengusung] Ridwan Kamil. Atau, ya banyak yang maju juga dari KIM untuk menjadi calon gubernur," kata Kunto.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fadrik Aziz Firdausi