Menuju konten utama

Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 17 Mei, Lebaran 15 Juni

Muhammadiyah menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1439 H jatuh pada 17 Mei 2018, sedangkan Lebaran Idul Fitri 1 Syawal pada 15 Juni.

Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 17 Mei, Lebaran 15 Juni
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima berkas dari Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) saat pertemuan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (8/11). Pertemuan tersebut diantaranya membahas sinergi pemerintah dengan Muhammadiyah dalam menyalurkan aspirasi politik umat Islam. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan tahun 1439 Hijriyah atau pada Kamis, 17 Mei 2018. Penetapan ini merujuk hasil perhitungan astronomi atau hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sebagaimana maklumat yang diterima di Jakarta, Selasa, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan penetapan soal 1 Ramadan itu agar dapat menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah.

Panduan itu penting bagi warga Muhammadiyah untuk menyambut bulan suci Ramadan 1439 Hijriyah dan hari besar keagamaan lain.

Berdasarkan maklumat tersebut, 1 Syawal atau hari Idul Fitri 2018 jatuh pada Jumat, 15 Juni. Kemudian 1 Zulhijah tahun ini bertepatan dengan Senin, 13 Agustus. Dengan begitu, Hari Arafah atau 9 Zulhijah bersamaan dengan Selasa, 21 Agustus.

Hari Arafah sendiri menjadi acuan umat Muslim untuk melaksanakan puasa sunah Arafah sebelum Idul Adha. Selanjutnya, Idul Adha 10 Zulhijah jatuh pada Rabu, 22 Agustus.

Muhammadiyah sendiri dikenal mengeluarkan penetapan awal puasa, hari Idul Fitri dan Idul Adha mendahului keputusan pemerintah. Alasannya, Muhammadiyah memiliki metode tersendiri dalam menetapkan hari besar keagamaan yaitu dengan perhitungan pasti ilmu astronomi atau falak.

Lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi perhitungan astronomi penanggalan hari besar keagamaan Islam adalah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sementara itu, pemerintah menetapkan hari besar keagamaan Islam setelah melakukan sidang isbat atau penetapan yang diikuti sejumlah ormas dan perwakilan instansi, termasuk Muhammadiyah.

Sidang isbat mempertimbangkan hasil perhitungan hisab dan juga menggunakan metode melihat bulan (rukyat). Keduanya dipadupadankan untuk menjadi landasan penetapan hari besar keagamaan Islam.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam banyak kesempatan, kerap meminta pengertian masyarakat umum untuk saling menghargai metode penetapan hari besar keagamaan.

Baik pemerintah maupun Muhammadiyah, kata dia, memiliki dasar argumen yang kuat untuk penetapan hari keagamaan, seperti untuk menetapkan awal puasa dan lebaran.

Baca juga artikel terkait PUASA RAMADAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH