Menuju konten utama

Minyak Anjlok Lebih Dari 3% Dipicu Kekhawatiran COVID-19 di Cina

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari terpuruk 3,08 dolar AS atau 3,3 persen, menjadi menetap di 89,78 dolar AS per barel.

Minyak Anjlok Lebih Dari 3% Dipicu Kekhawatiran COVID-19 di Cina
Suasana dari kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (15/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Harga minyak anjlok lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Hal itu dipicu kekhawatiran kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif dan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Cina.

Dikutip dari Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari terpuruk 3,08 dolar AS atau 3,3 persen, menjadi menetap di 89,78 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah merosot 1,1 persen sehari sebelumnya.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 3,95 dolar AS atau 4,6 persen, menjadi ditutup pada 81,64 dolar AS per barel New York Mercantile Exchange, setelah jatuh 1,5 persen pada Rabu (16/11/2022).

"Ini semacam pukulan tiga kali lipat. Kami memiliki kasus COVID-19 yang meningkat di Cina, suku bunga terus meningkat di sini di AS dan sekarang kami memiliki pelemahan teknis di pasar," kata Wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, Dennis Kissler dikutip dari Antara, Jumat (18/11/2022).

Kissler menjelaskan pada indikator teknis, kontrak berjangka bulan depan AS turun di bawah rata-rata pergerakan 50 hari. Memicu likuidasi oleh para dana, dia memprediksi tekanan akan berlanjut awal minggu depan.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard mengatakan aturan kebijakan moneter dasar akan mengharuskan suku bunga naik setidaknya ke sekitar 5,0 persen. Sementara asumsi yang lebih ketat akan merekomendasikan suku bunga di atas 7,0 persen.

Dolar AS juga naik karena investor mencerna data ekonomi AS. Faktor tersebut membuat minyak berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Dalam laporan Reuters, Cina terjadi peningkatan infeksi COVID-19 setiap hari. Akibatnya kilang-kilang diminta mengurangi volume minyak mentah Saudi pada Desember.

"Pasar benar-benar terperangkap dalam potensi kehancuran permintaan yang serius, dan kami pasti melihat perubahan mood ke sisi negatifnya," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures.

Minyak mendapat dukungan dari angka resmi yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan 5 juta barel dalam pekan terakhir. Pasokan juga mengetat pada November karena OPEC dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, menerapkan kontrol produksi terbaru mereka untuk mendukung pasar.

Baca juga artikel terkait HARGA MINYAK MENTAH DUNIA

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin