tirto.id - Pihak militer Myanmar diduga memasang ranjau di wilayah perbatasan Rakhine. Dalam hasil investigasi yang dilakukan langsung oleh Amnesty Internasional mendapati informasi dari sejumlah pihak bahwa pemerintah menanamkan ranjau di sekitar perbatasan.
Direktur Amnesty Internasional Usman Hamid menerangkan, tim respon Amnesty Internasional sudah menemukan indikasi ranjau tersebut sejak pertama konflik pecah. Kala itu, tim mewawancarai langsung para korban tidak lama setelah kejadian penyerangan berlangsung.
"Di dalam kunjungan pertama kami temukan 3 orang yang terkena ranjau," kata Usman Hamid dalam konferensi pers di Menteng, Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Mereka menemukan potongan kaki dari seorang perempuan yang berusia puluhan tahun dan anak-anak berumur 10-13 tahun. Info terakhir, mereka pun tewas akibat ranjau. Namun, mereka kala itu baru sebatas wawancara dengan para korban.
Temuan tersebut dibuktikan secara resmi oleh peneliti Amnesty Internasional yang ditugaskan khusus ke Myanmar. Dalam temuan tersebut, mereka menemukan bukti kuat bahwa militer Myanmar menggunakan ranjau.
"Kami memiliki bukti bahwa kelompok militer Myanmar memang telah menanam ranjau di suatu petak tanah kecil perbatasan antara Bangladesh dan Myanmar," kata peneliti Amnesty Internasional untuk Myanmar Laura Haigh menambahkan penjelasan Usman Hamid.
Laura menerangkan, salah satu saksi mata yang menyatakan bahwa mereka melihat militer Myanmar melakukan patroli di sekitar pagar pembatas. Mereka berhenti di satu tempat kemudian menggali tanah untuk menanam ranjau. Bahkan, narasumber mereka menunjukkan barang mirip ranjau.
"Salah seorang narasumber kami menyatakan bahwa mereka melihat seperti mangga yang berwarna hitam di mana ketika kami cocokkan itu sesuai dengan karakter dari ranjau," ujar Laura.
Pihak Amnesty pun sudah memastikan dengan membawa kepada ahli senjata. Tim ahli senjata pun menyebutkan bahwa benda mirip mangga sebagai ranjau darat.
Penanaman ranjau tersebut diduga untuk mengamankan perbatasan. Pemerintah Myanmar ingin agar tidak ada warga memasuki perbatasan. Namun, ranjau tersebut diduga juga digunakan untuk memaksa etnis Rohingya untuk tidak kembali ke Myanmar.
Sampai saat ini, pihak Amnesty Internasional mendapat informasi sejumlah masyarakat Rohingya menjadi korban ranjau. Saat ini, sudah ada 5 orang menjadi korban dari ranjau tersebut. Bahkan, kemarin kembali terdengar ledakan ranjau di wilayah perbatasan. Akan tetapi, mereka belum tahu detil karena tengah mengonfirmasi ledakan tersebut. Namun, sampai saat ini, baru satu orang meninggal dunia akibat ranjau selama ini.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Agung DH