tirto.id - Satu hari pada medio April lalu, di Bandara Xiamen, Cina, Feby berhenti di depan sebuah rak minuman yang tertutup kaca. Mahasiswa Xiamen University ini merogoh ponselnya dan menjulurkan ke QR code di pintu benda berbentuk lemari yang sering disebut vending machine.
Setelah itu, ia menekan beberapa tombol digital di ponsel, dan berselang beberapa detik sebuah botol minuman segar keluar secara otomatis dari bawah rak mesin, minuman pun siap dinikmati. Feby, yang merupakan mahasiswa asal Indonesia ini memanfaatkan digital payment pada vending machine. Tak ada lagi koin-koin uang yang dimasukkan ke mesin ini, kini vending machine sudah menyatu dengan uang elektronik atau e-money khususnya di Cina.
Vending machine, oleh Sussane Gruber dalam paper berjudul “The Commodity Vending Machine,” didefinisikan sebagai mesin untuk menjual barang dalam kuantitas kecil, berkembang dengan bermacam produk yang dijajakan seiring zaman. Merujuk sejarahnya, vending machine dapat ditarik hingga sekitar tahun 100 SM. Kala itu, Heron dari Alexandria, mendeskripsikan dan mengilustrasikan mesin yang dapat mengeluarkan air suci (sacrificial water) ketika koin dimasukkan.
Gruber, masih dalam papernya, menyebut vending machine modern berbasis koin lahir di akhir abad ke-19. Kala itu, di tahun 1883, Percival Everitt menciptakan vending machine yang menjajakan beragam benda pos, seperti amplop, kartu pos, dan kertas catatan, dengan memasukkan koin dengan nilai tertentu.
Vending machine yang menjual minuman kali pertama lahir di tahun 1890. Mesin model ini muncul di Paris, Perancis, orang-orang dapat membeli bir, wine, atau minuman keras lainnya menggunakan vending machine.
National Automatic Merchandising Association, asosiasi penerbit vending machine di Amerika Serikat, mencatat alat penjualan yang biasanya ditemukan di lokasi-lokasi keramaian, seperti bandara dan stasiun, memiliki slogan yang erat dengan jenis barang yang dijajakan. Slogan itu ialah “Coffee, Candy, Cola” alias 3C. Kata “Coffee” merepresentasikan berbagai jenis minuman hangat, “Candy” merepresentasikan berbagai jenis makanan ringan, dan “Cola” merepresentasikan berbagai jenis minuman dingin. Slogan 3C, seiring perkembangan keinginan konsumen, ditambah dengan kata lain, salah satunya “Cigarettes.”
Slogan tersebut merepresentasikan jenis barang yang dijual. Namun, secara umum, Gruber mengatakan bahwa vending machine terdiri atas dua jenis, product-oriented vending machine dan service-oriented vending machine. Product-oriented merupakan vending machine yang menjual barang jadi, semisal makanan. Sementara service-oriented merupakan vending machine yang menjual jasa. Jika melihat kembali definisi vending machine yang tertera di atas, telepon berbasis koin yang berada di pinggir jalan bisa disebut vending machine, yang berjenis service-oriented.
Yoshihiro Higuci dalam papernya berjudul “History of the Development of Beverage Vending Machine Technology in Japan” menyebut bahwa vending machine, terutama yang menjajakan minuman ringan, memiliki tiga mesin berbeda. Ketiga mesin itu ialah Pump-type, Pressurized-type, dan BIB-type.
Sebagaimana nama mesin itu, vending machine bermesin Pump-type mengelaurkan produk seperti minuman ringan dengan teknik pompa. Pada vending machine bermesin Pressurized-type, minuman ringan dikeluarkan dengan teknik tekanan. Terakhir, pada BIB-type alias Bag in Box, mesin mengeluarkan minuman dengan kantong-kantong yang telah terlebih dahulu terisi minuman yang dikehendaki.
Secara umum, vending machine yang menjual minuman dingin adalah yang paling populer. Mengutip data yang dipublikasi Statista, di Amerika Serikat, vending machine jenis ini menghasilkan penjualan senilai $23,7 miliar. Unggul dibandingkan makanan ringan yang menghasilkan penjualan senilai $9,7 miliar.
Sementara itu, negara yang termasuk paling banyak memiliki vending machine ialah Jepang. Data Statista menyebut bahwa negara tersebut memiliki 4,8 juta vending machine di tahun 2018 ini. Sementara mengutip paper Higuci, satu vending machine yang ada di Jepang, melayani 30 orang.
Vending Machine dan Digital Payment
Di Agustus 2013, ada fitur baru bagi pengguna WeChat, layanan perpesanan seperti WhatsApp. Fitur baru tersebut ialah WeChat Pay, sistem pembayaran digital atau digital payment. Di awal kemunculannya, publik Cina kurang meminati. Namun, pada 2014, saat layanan itu mencoba memasarkan WeChat Pay untuk berkirim hongbao alias angpao, layanan digital payment tersebut jadi fenomenal.
Paul Mozur, wartawan New York Times, menyebut bahwa di segala lini transaksi, mulai dari memberi tip pada musisi jalanan hingga membeli barang di supermarket, warga Cina lebih menyenangi menggunakan sistem digital payment.
Pada 2016 lalu, uang senilai $5 triliun berputar dalam transaksi digital di Cina, dengan dua pemain utama yang berkuasa, yakni WeChat Pay dan AliPay. WeChat Pay punya 963 juta pengguna aktif bulanan, disusul oleh AliPay yang punya 520 juta pengguna aktif bulanan.
Kebiasaan warga Cina menggunakan digital payment mengubah cukup banyak hal di negeri itu, tak terkecuali vending machine. Tepat sebulan selepas WeChat Pay diluncurkan, Tencent, perusahaan di balik WeChat, merilis vending machine yang dapat mengelurkan barang dagangannya bukan dengan memasukkan koin atau uang kertas, melainkan memanfaatkan WeChat Pay.
Vending machine generasi terbaru itu akan mengeluarkan barang yang dikehendaki pembeli ketika ia membayar memanfaatkan layanan digital payment, seperti WeChat Pay atau Alipay. Menggunakan WeChat Pay, pengguna tinggal memindai QR Code pada barang yang dikehendaki di vending machine.
Dalam laporan Tech in Asia, terdapat 300 vending machine yang dirilis Tencent di awal kemunculannya di stasiun-stasiun di Cina. Yang menarik, guna merayu konsumen, kala itu Tencent memotong biaya barang-barang yang dijual. Minuman soda yang kala itu umumnya dijual seharga RMB 3 hingga RMB 5, dijual seharga RMB 1 jika menggunakan WeChat Pay.
Aksi salah satu perusahaan teknologi Cina tersebut diikuti Apple. Pada Maret 2015 lalu, perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs dan memiliki layanan digital payment bernama Apple Pay tersebut, bekerjasama dengan pihak penerbit vending machine untuk memungkinkan para pengguna Apple Pay membayar barang yang dikehendakinya melalui layanan tersebut. Di saat peluncuran, terdapat 40 ribu vending machine yang menjual minuman dingin yang mendukung Apple Pay.
Kahadiran vending machine yang mendukung digital payment menguntungkan. Terutama karena vending machine konvensional umumnya tidak mengeluarkan kembalian. Pada barang-barang berharga tak genap, tanpa memiliki satu uang pecahan, umumnya pihak penerbit vending machine melakukan pembulatan harga.
Dengan kehadiran digital payment, barang yang dijual vending machine memakai harga yang presisi. Vending machine yang sudah berkolaborasi dengan digital payment menjadi wajah baru di bidang penjualan otomatis dengan mesin otomatis.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra