tirto.id - Konsep ekonomi sirkular menjadi salah satu solusi bagi pelaku industri untuk dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya energi dan dampak lingkungannya.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun gencar mendorong industri untuk menerapkan konsep ekonomi sirkular, tidak hanya bagi industri skala besar, tetapi juga perlu diaplikasikan oleh industri kecil dan menengah (IKM).
“Pelaku IKM dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar dan dapat bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan oleh pelaku industri besar maupun produk yang berasal dari luar negeri. Hal inilah yang mendorong kami untuk berkomitmen terus mengembangkan potensi IKM yang ada di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Menurut Reni, salah satu potensi yang dapat digarap oleh pelaku IKM adalah dengan menggali bahan baku lokal yang menjadi kekayaan kearifan daerah tersebut. Misalnya, membuat kain tradisional sebagai identitas dan ciri khas produk pakaian jadi dalam negeri.
“Sebagai contoh, dengan memanfaatkan serat daun nanas sebagai salah satu serat tumbuhan yang dapat diolah menjadi kain tenun atau kerajinan lainnya. Di Indonesia, tanaman nanas banyak dibudidayakan di beberapa daerah di Jawa dan Sumatera, salah satunya di Kota Prabumulih," ungkapnya.
Pemanfaatan serat nanas oleh kelompok IKM di Kota Prabumulih harus terus dimaksimalkan sesuai dengan prinsip efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan sumber daya alternatif yang berkelanjutan. “Ini sesuai dengan konsep ekonomi sirkular atau industri hijau yang digulirkan oleh Kemenperin dan adaptasi di tengah green lifestyle,” ujar Reni.
Kemenperin melalui Direktorat Jenderal IKMA rutin menggelar program penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru (WUB) di berbagai daerah Indonesia, salah satunya di Kota Prabumulih yang terkenal dengan potensi serat alam dari nanas.
“Serat alam sangat erat kaitannya dengan sektor industri tekstil dan pakaian jadi, yang perannya sangat besar bagi perekonomian nasional,” tutur Reni.
Kemenperin mencatat, laju pertumbuhan sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan III-2022 mencapai angka 8,09 persen. Sementara itu, kinerja ekspor sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada periode Januari-Juni 2022 sebesar 7,4 miliar dolar AS, meningkat 26,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu di angka 5,85 miliar dolar AS.
Penggunaan serat daun nanas untuk diolah menjadi bahan baku tekstil merupakan salah satu contoh implementasi sustainable fashion dari segi pemanfaatan bahan baku alternatif untuk meningkatkan daya saing industri tekstil dan pakaian jadi pada masa mendatang.
“Fesyen berkelanjutan ini dapat pula diaplikasikan dengan penggunaan fiber rayon yang ramah lingkungan, pengolahan dari limbah plastik, serta pengolahan bahan baku dari sisa tekstil (benang atau kain),” imbuhnya.
Ditjen IKMA terus berkolaborasi dengan berbagai pihak demi mengembangkan potensi IKM serat nanas di sektor industri tekstil nasional agar para pelaku IKM yang berusia muda semakin kreatif dan inovatif.
“Pelaku IKM yang sistem produksi dan promosinya masih tradisional harus dikolaborasikan dengan industri lain dan desainer muda,” lanjut Reni.
Kemenperin memberikan fasilitas mesin dekortikor (pemecah serat alam) kepada kelompok IKM penghasil tekstil serat nanas. Kelompok serat nanas dengan nama Riyadi terdiri atas empat anggota menerima satu unit dekotikator, dan kelompok serat nanas Sejahtera yang terdiri atas enam anggota menerima dua unit mesin.
“Kemenperin sebagai fasilitator nantinya akan sangat membutuhkan bantuan Pemerintah Daerah untuk membina dan mengawasi perkembangan WUB IKM yang telah difasilitasi melalui pelatihan bimbingan teknis maupun fasilitasi mesin peralatan ini,” tandasnya.
Editor: Intan Umbari Prihatin