Menuju konten utama
Decode

PSSI dan STY: Menilik Tradisi Singkatnya Karier Pelatih Timnas

PSSI memang mempunyai tabiat gonta-ganti pelatih yang cukup getol. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, tercatat 15 nama yang pernah membesut timnas.

PSSI dan STY: Menilik Tradisi Singkatnya Karier Pelatih Timnas
Header Decode Pemecatan STY. tirto.id/Fuad

tirto.id - PSSI memang mempunyai tabiat gonta-ganti pelatih yang cukup getol. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, tercatat 15 nama yang pernah membesut tim nasional senior.Namun, jika dilihat dari datanya, apakah Shin Tae-yong sebenarnya malah pelatih terbaik Timnas Indonesia sejauh ini?

Sekira 55 ribu penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, berteriak dan saling berpelukan setelah Marselino Ferdinan melesakkan gol keduanya ke gawang Arab Saudi, November tahun lalu. Sejarah telah dicatat malam itu; untuk pertama kalinya, Indonesia mengalahkan skuad Arab Saudi. Terlebih, momen tersebut terjadi di tengah upaya tim nasional sepak bola Indonesia menembus Piala Dunia 2026.

Tak hanya gemuruh riuh di dalam stadion GBK, jutaan pasang mata penonton di balik layar, ikut basah karena bangga dan haru. Sebagaimana yang dialami Averus Kautsar (27). Pria yang getol menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia di stadion itu, sampai tak mampu menahan tangis bahagia atas kemenangan 2-0 Timnas Indonesia. Meski pada malam itu ia cuma menonton pertandingan lewat gawai, Averus merasa jadi saksi momen penting dalam sejarah Timnas Indonesia. Menurutnya, capaian bersejarah tersebut mampu tercapai karena peran besar satu figur penting: Shin Tae-yong.

Averus menilai Shin Tae-yong adalah pelatih terbaik yang pernah dimiliki Indonesia hingga hari ini. Pria asal Kota Depok itu memandang kepemimpinan Shin berhasil memperbaiki flow permainan timnas di lapangan. STY – sapaan Shin Tae-yong – disebut Averus telah sukses memberi harapan bagi pendukung timnas sepak bola Indonesia.

Maka, ketika Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), yang dipimpin Erick Thohir, memecat Shin Tae-yong dari jabatan pelatih tim nasional Indonesia, Senin (6/1/2025) lalu, Averus menilainya sebagai sebuah keputusan yang "kurang sabar". Menurutnya, memecat Shin Tae-yong di tengah sisa empat pertandingan Indonesia berlaga di ronde 3 kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah langkah yang buruk.

“Menurut gua, kalau Shin Tae-yong akhirnya dicabut gapapa, tapi sebaiknya sampai selesai kualifikasi Piala Dunia aja sekalian,” kata Averus kepada reporter Tirto, Kamis (9/1/2025).

Averus paham betul, Shin Tae-yong akan dievaluasi oleh PSSI atas penampilannya yang tak maksimal dalam laga Timnas Indonesia melawan Cina dan Bahrain di kualifikasi Piala Dunia 2026. Indonesia kalah dari tuan rumah Cina dengan skor 2-1, dalam laga yang seharusnya sangat mungkin dimenangkan skuad Garuda. Averus melihat, laga itu berujung buruk sebab strategi Shin Tae-yong yang tiba-tiba "berubah" dari pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Namun, ia tak menyangka PSSI mengambil langkah nekat langsung memecat STY. Maka, pertanyaan besar bagi Averus adalah bagaimana kalkulasi PSSI dalam mengambil kebijakan pemecatan tersebut. Pasalnya, Averus tidak puas dengan dalih dari PSSI saat konferensi pers yang terkesan ditutup-tutupi. Bahkan, kata dia, tidak menutup kemungkinan ada hal-hal berbau politis di balik keputusan tersebut.

“Walaupun alasannya pakai dinamika internal segala macam, ya intinya ini bad timing,” ucap Averus.

Shin Tae-yong saksikan Liga 1

Pelatih Tim Nasional Indonesia Shin Tae-yong menyaksikan pertandingan Liga 1 2023/2024 antara Bali United melawan PSS Sleman di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Sabtu (1/7/2023). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.

Senada, penonton setia Timnas Indonesia lainnya, Agni (26), merasa kecewa dan sedih mengetahui PSSI memutus kontrak kerja Shin Tae-yong yang seharusnya selesai di 2027 mendatang. Ia menilai Shin sudah membuat permainan Timnas Indonesia kembali "enak ditonton". Namun yang terpenting, Agni selalu merasa kagum dengan taktik yang disajikan STY.

Agni paham betul bahwa Shin Tae-yong bukan pelatih yang sempurna. Namun, Agni melihat perubahan signifikan Timnas Indonesia yang berkembang secara kualitas dan mentalitas. Ia kagum dengan perhatian STY yang dapat memperkuat pemahaman dan permainan timnas dalam hal-hal dasar, seperti memperbaiki passing dan dribbling. Keduanya, dalam kacamata Agni, menjadi jauh lebih keren saat ini.

Kendati begitu, Agni menilai keputusan federasi mengganti STY mungkin saja sudah melalui hasil evaluasi dan pertimbangan panjang. Meski tipis, ia berharap pelatih baru Timnas Indonesia bisa membawa skuad Garuda terbang tinggi di kualifikasi Piala Dunia 2026, melanjutkan apa yang sudah dibangun STY.

“Dia [Shin Tae-yong] juga berhasil membangun euforia masyarakat sehingga sekarang banyak masyarakat yang kembali nonton bola,” ucap perempuan asal Majalengka itu kepada Tirto, Kamis.

Shin Tae-yong tercatat sebagai pelatih paling lama kedua yang mengarsiteki timnas senior dengan total masa pengabdian selama 1.831 hari atau kurang lebih selama lima tahun, sejak ditunjuk pada 2019 lalu. Padahal, jika merujuk pada kontraknya yang diperpanjang hingga 2027 pada April 2024 lalu, jika ia tak diberhentikan pada Januari 2025, ia sebetulnya bisa saja menjadi pelatih timnas Indonesia selama 8 tahun.

Namun, secara riil, masa pengabdian STY sebagai pelatih timnas terlama berada di bawah Antun Pogacnik, sebagai pelatih timnas pada periode 1954-1963.

Shin Tae-yong resmi ditunjuk menjadi pelatih timnas mulai 28 Desember 2019 dan mengakhiri kontraknya pada 6 Januari 2025. Dalam periode itu, STY total memimpin timnas senior dalam 57 laga resmi dengan statistik: 26 kemenangan, 14 imbang dan 17 kalah.

Angka ini belum termasuk statistik STY saat memimpin timnas di level kelompok umur U-19, U-20, dan U-23.

Di sisi lain, PSSI sendiri memang mempunyai tabiat gonta-ganti pelatih yang cukup getol. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, tercatat 15 nama yang pernah membesut tim nasional senior. Menariknya, dari semua sosok yang pernah menukangi timnas dalam periode itu, hanya segelintir pelatih saja yang sanggup bertahan lebih dari 2 tahun.

Di sisi lain, PSSI sendiri memang mempunyai tabiat gonta-ganti pelatih yang cukup getol.

Tak hanya itu, sejumlah pelatih bahkan cuma bertahan beberapa bulan, seperti Aji Santoso, Rahmad Darmawan, Jacksen F. Tiago, Benny Dollo, Luis Manuel Blanco dan Pieter Huistra. Ada juga pelatih yang bahkan 3 kali menukangi tim Garuda dalam 3 kesempatan yang berbeda, yaitu Alfred Riedl pada 2010, 2013, dan 2016. Dua pelatih bahkan tercatat menjadi pelatih timnas senior dengan total 0 laga seperti Luis Manuel Blanco dan Pieter Huistra.

Luis Manuel Blanco, misalnya, ditunjuk di tengah dualisme yang terjadi di tubuh PSSI 2013 silam. Blanco diberhentikan tak lama setelah ditunjuk tanpa memimpin satupun laga resmi bersama Tim Garuda. Nasib serupa dialami Pieter Huistra. Mantan asisten pelatih Ajax Amsterdam ini sempat ditunjuk sebagai pelatih timnas senior, meskipun nyaris tidak bekerja, lantaran konflik internal PSSI yang menyebabkan Indonesia terkena sanksi skorsing dari FIFA.

Sejumlah nama pelatih timnas senior lainnya, seperti Wim Rijsbergen, Aji Santoso, Rahmad Darmawan, Benny Dollo, dan Bima Sakti turut tercatat hanya mengarsiteki pertandingan timnas selama kurang dari lima laga.

Indonesia di Bawah Asuhan STY

Tirto mencoba membandingkan pencapaian pelatih timnas dalam periode 15 tahun terakhir. Beberapa indikator yang coba kami gunakan adalah statistik rasio kemenangan (win rate), peringkat FIFA, dan prestasi. Hasilnya, nama STY dan Alfred Riedl nampak yang paling unggul dibandingkan pelatih lainnya.

Dari sisi rasio kemenangan, catatan Alfred Riedl, dalam 3 periode kepelatihannya di timnas, menjadi yang terbaik dengan angka 56,2 persen, dengan rincian 18 kemenangan dari total 32 laga resmi yang dimainkan.

STY menyusul dengan win rate 45,6 persen, yang diraih dari 26 kemenangan dari 57 laga.

Sementara itu, dari sisi peringkat Indonesia di FIFA, pada era kepelatihan STY, peringkat skuad Garuda Indonesia melesat secara signifikan sebanyak 46 peringkat, dari peringkat 173 per Februari 2020, menjadi 127 per Desember 2024. Angka kenaikan itu merupakan yang tertinggi dibanding pelatih timnas lain dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

STY juga berhasil mengantarkan timnas mencapai peringkat FIFA terbaik dalam periode 15 tahun terakhir, di posisi 125, pada November 2024 lalu. Secara pencapaian, pelatih yang menukangi Tim Nasional Korea Selatan di Piala Dunia 2018 ini pun, nampak lebih baik dibanding pelatih timnas sebelumnya. Sebelumnya, pencapaian terbaik timnas dalam 15 tahun terakhir adalah menjadi runner-up kompetisi sepak bola regional Asia Tenggara atau Piala AFF pada tahun 2010, 2016 dan 2020.

Pun, di era kepelatihan STY, timnas mulai bisa berbicara banyak di level Asia. Pada tahun 2023, STY berhasil membawa Tim Garuda kembali berkompetisi di Piala Asia, untuk pertama kalinya dalam 16 tahun terakhir. Dalam kompetisi tersebut, timnas bahkan berhasil lolos hingga babak 16 besar.

LATIHAN TIMNAS INDONESIA JELANG AFF 2022

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memberikan pengarahan saat melakukan sesi latihan jelang Piala AFF 2022 bersama Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (20/12/2022). Timnas Indonesia akan bertanding melawan Timnas Kamboja di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (23/12/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.

Tak hanya itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Timnas Indonesia berhasil menembus putaran ketiga kualifikasi piala dunia zona Asia, sekaligus mencatatkan diri sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang lolos hingga fase tersebut. Di level kelompok umur, STY berhasil mengantarkan timnas U-23 untuk pertama kalinya menembus semifinal Piala Asia U-23. Skuad asuhan STY bahkan nyaris menembus Olimpiade Paris 2024, sebelum dikalahkan oleh Guinea 0-1 dalam laga playoff olimpiade.

Kekecewaan Pendukung

Dengan segala pencapaian tersebut, La Grande Indonesia – kolektif suporter Timnas Indonesia – masih merasa sedih dan tidak menyangka PSSI memecat Shin Tae-yong. Presiden La Grande Indonesia, Unggul Indra, menilai PSSI membuat Timnas Indonesia kembali harus ke titik nol. La Grande Indonesia percaya bahwa Shin Tae-yong masih pantas dan berpeluang menelurkan prestasi bersama Timnas Indonesia.

Unggul meminta PSSI lebih transparan kepada para suporter yang konsisten menjadi pemain ke-12 di lapangan. Dia menyinggung bahwa PSSI kerap meminta suporter agar percaya terhadap proses. Pemecatan Shin Tae-yong dinilai justru membuat PSSI yang lebih terlihat mengincar hasil instan. Meskipun diliputi kekecewaan, La Grande Indonesia menegaskan akan selalu setia berada di belakang Timnas Indonesia.

“Intinya, logo Garuda di depan itu lebih besar ketimbang siapapun. Entah itu pelatih, entah itu pemain, selamanya La Grande Indonesia dukung timnas,” ucap Unggul kepada reporter Tirto, Kamis.

Sementara itu, pengamat sepak bola, Rossi Finza Noor, merasa pemecatan Shin Tae-yong terasa agak membingungkan. Utamanya, karena waktu yang kurang tepat, bila mengingat peluang Indonesia pada babak ketiga kualifikasi Piala Dunia belum betul-betul habis. Kedua, PSSI alias federasi sendiri tidak pernah transparan soal roadmap atau peta jalan sepak bola Indonesia.

Absennya peta jalan yang jelas dari PSSI ini tak ayal membuat spekulasi masyarakat terus berkembang. Apakah dalam roadmap memang target timnas adalah jangka pendek (misal: lolos ke Piala Dunia 2026) atau targetnya adalah jangka panjang: seperti pembinaan, perbaikan, dan meningkatkan level kompetisi lokal.

“Apabila, roadmap-nya memang mengatakan bahwa target federasi adalah pencapaian instan, ya, sudah. Walaupun saya bisa menganggap ini langkah yang tidak sustainable – buat saya yang sustainable adalah membenahi dari akar,” kata Rossi kepada reporter Tirto, Kamis.

Maka, konsekuensi dari target jangka pendek, logikanya pelatih pengganti Shin Tae-yong haruslah pelatih yang memiliki kemampuan lebih daripada Shin sendiri. Entah kecakapan memimpin ruang ganti atau dalam menerapkan taktik. Rossi melihat hal itu sebagai logika yang wajar, mengingat kerja suksesor Shin bakal berat karena ditargetkan sesuatu yang dari kacamata PSSI, sulit untuk digapai bersama Shin Tae-yong.

Pengganti STY dan Tanda Tanya Visi PSSI

Pengumuman pemecatan Shin Tae-yong memang berlangsung singkat dan dipenuhi tanda tanya. Konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta, Senin (6/1/2025), berlangsung hanya sekitar 20 menit. PSSI tidak langsung mengumumkan siapa sosok pelatih pengganti STY. Erick Thohir menyatakan baru akan memperkenalkan arsitek baru Tim Garuda pada Minggu 12 Januari 2025 mendatang. Saat itu, nama-nama pelatih asal Belanda digadang-gadang menjadi sosok pengganti Shin Tae-yong yang sudah lima tahun (2019-2025) melatih Timnas Indonesia.

Sosok legenda Timnas Belanda, Patrick Kluivert, kala itu disebut-sebut menjadi yang paling berpeluang melatih Timnas Indonesia. Tetapi, banyak pula warganet yang tidak setuju jika eks penyerang Ajax Amsterdam, AC Milan, dan Barcelona itu memimpin Timnas Indonesia.

Dalam konferensi pers, Erick Thohir mengatakan alasan pemecat Shin Tae-yong diwarnai oleh dinamika yang cukup kompleks. Ia menyebut, rencana PSSI menyudahi STY bahkan muncul sebelum pertandingan Indonesia vs Cina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tetapi, PSSI memutuskan untuk menunda pemecatan STY dengan alasan waktu persiapan menuju pertandingan berikutnya yang terlalu singkat.

PSSI berhentikan Shin Tae-yong dari pelatih Timnas Indonesia

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan keterangan pers terkait pemberhentian pelatih Shin Tae-yong (STY) di Jakarta, Senin (6/1/2024).ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

Erick tidak menyatakan secara jelas alasan utama Shin Tae-yong dipecat. Namun, berbagai hal disinggungnya: seperti persoalan komunikasi, evaluasi taktik, hingga soal implementasi program dari federasi. Yang pasti, semua berlindung di balik kata "dinamika".

“Kita melihat, perlunya ada bimbingan yang bisa lebih menerapkan strategi yang tentu disepakati oleh para pemain, komunikasi yang lebih baik, dan tentu implementasi program yang lebih baik juga,” ucap Erick.

Ia menepis pula anggapan pemecatan Shin Tae-yong berbau politis atau disetir oleh "mafia bola". Erick menyampaikan terima kasih kepada dedikasi Shin selama lima tahun memimpin Timnas Indonesia. Momentum menyudahi kontrak Shin Tae-yong juga bertepatan dengan gagalnya Indonesia tembus fase grup Kejuaraan ASEAN 2024. Salah satu capaian terburuk Indonesia di tingkat regional sepanjang tahun lalu.

Selain itu, ada indikasi bahwa komunikasi Shin Tae-yong yang belum juga bisa berbahasa Inggris atau Indonesia, menjadi kendala. Mengisyaratkan juga komunikasi dalam hal ini jadi tembok yang mengaburkan pemahaman antara pemain dan Shin Tae-yong selama ini.

“Dinamika yang terjadi di komunikasi ini harus lebih merata. Jadi tidak ada pemain yang terjebak, pemain ini baik, pemain ini kurang, menurut saya itu bukan judgement yang baik,” terang Erick.

Anehnya, rencana memperkenalkan pelatih anyar timnas yang dijadwalkan di akhir pekan, justru sudah lebih dulu diumumkan pada Rabu (8/1/2025), lewat laman resmi PSSI.

Seperti yang sudah diduga oleh banyak orang, Patrick Kluivert resmi didapuk jadi pelatih baru bagi Timnas Indonesia. PSSI menyebut pelatih asal Belanda tersebut dikontrak dua tahun dari 2025 hingga 2027 dengan opsi perpanjangan kontrak.

Debut Kluivert akan dimulai saat Indonesia melawan Australia di Sydney Football Stadium, pada 20 Maret 2025, dan Bahrain, di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta tanggal 25 Maret 2025 mendatang. Keduanya adalah laga lanjutan ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 grup C zona Asia.

Masalahnya, menurut Rossi, pelatih yang digaet PSSI menggantikan STY, Patrick Kluivert, tidak memiliki rekam jejak yang mentereng. Apalagi soal game model alias taktik/gaya permainan yang meyakinkan. Hal ini memperkeruh kebingungan pemecatan Shin Tae-yong.

Menurutnya, ini membuat visi PSSI semakin kabur dan pemilihan Kluivert dianggap layaknya perjudian.

Senada, pengamat sepak bola lainnya, Aun Rahman, menilai pergantian Shin Tae-yong berpotensi membuat langkah Indonesia di ronde 3 kualifikasi Piala Dunia 2026 semakin sulit.

“Kita nggak tau pelatih baru gaya mainnya seperti apa. Pendekatan taktisnya seperti apa. Kebijakan dia seperti apa. Kan jadinya memulai segala sesuatunya dari awal lagi,” ucap Aun kepada reporter Tirto, Kamis (8/1/2025).

Aun sebetulnya tidak mempersoalkan pemecatan Shin Tae-yong, sebab bisa jadi memang mengganti pelatih akan membuat Indonesia lebih berkembang. Namun, langkah PSSI yang memecat Shin di momen krusial ini, dinilai amat berisiko.

Menurut Aun, ini menjadi tabiat lama federasi yang memang tidak memiliki visi jelas untuk sepak bola Indonesia. Di era PSSI sat ini, tidak pernah ada upaya untuk menyampaikan visi yang ingin dicapai federasi dalam membangun masa depan sepak bola Indonesia. Erick Thohir justru terlihat masih meneruskan kebiasaan lama pimpinan PSSI sebelumnya yang kental dengan sikap memprioritaskan periode kepemimpinannya sendiri, tanpa mau pusing meninggalkan legasi.

“Selalu gitu kan, bukan mikirin kalau saya bikin ini, sepak bola Indonesia secara berkelanjutan dalam kurun waktu 50 tahun akan mencapai B, gitu, misalnya. Nggak kan, selalu ya pas 'zaman saya', selalu ke-aku-annya itu besar sekali gitu,” ucap Aun.

Pengamat hukum olahraga, Eko Noer Kristiyanto, menilai kepemimpinan PSSI saat ini justru sebetulnya sangat ideal untuk mulai membentuk visi jangka panjang atau peja jalan sepak bola Indonesia. Sosok Erick Thohir dinilai sudah amat tepat karena merupakan figur yang memiliki pengaruh secara politik, pergaulan internasional, dan punya pengalaman. Namun, langkah ini memang perlu konsistensi dan kerelaan untuk menyingkirkan egosentrisme demi masa depan sepak bola Indonesia.

“Ini cuma sekarang nih [momennya], Pak Erick Thohir jadi harus merancang ini, strategi jangka panjang bukan lagi 10 tahun, tapi 50 tahun ke depan gitu ya, meletakkan fondasinya,” kata Eko kepada reporter Tirto, Kamis.

Eko menilai, amat penting bagi federasi menyusun peta jalan sepak bola Indonesia dalam jangka panjang. Menurutnya ada dua hal utama yang wajib dibenahi: infrastruktur dan pembinaan. Infrastruktur tentu meliputi hal-hal yang berkaitan dengan fasilitas dan sistem sepak bola yang mumpuni. Termasuk menyediakan stadion atau lapangan sesuai standar, serta memperbaiki kualitas liga lokal.

Adapun pembinaan lebih berkaitan dengan pematangan potensi sumber daya manusia. Hal ini kerap jadi persoalan sebab sepak bola Indonesia masih belum mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Eko menegaskan, tugas berat ini cuma dapat dilakukan oleh sosok negarawan. Sosok yang rela meletakkan fondasi perbaikan, meskipun akan dilupakan.

Baca juga artikel terkait TIMNAS INDONESIA atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur & Alfitra Akbar

tirto.id - News
Penulis: Mochammad Fajar Nur & Alfitra Akbar
Editor: Farida Susanty