tirto.id - Pemerintah segera menerbitkan aturan yang menjadi payung hukum untuk pemberian golden visa. Aturan ini diperkirakan akan rampung dalam 1 sampai 2 minggu mendatang.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan, pemerintah tengah melakukan harmonisasi aturan pemberian golden visa.
"Sekarang kita harmonisasi. Jadi lagi kita susun mengenai golden visa. Saya kira mungkin dalam 1 sampai 2 minggu ini selesai," kata Luhut usai rapat.
Luhut mengaku, pemerintah tengah memasukkan kriteria pemberian golden visa. Sebagai contoh, pemberian golden visa untuk orang dengan kapasitas intelektual tinggi, punya peneliti dari universitas bagus atau orang berpengaruh. Ia mencontohkan seperti Sam Altman, tokoh di balik program CHAT GPT.
"Ya presiden tadi juga karena dia mau dan sering ke Indonesia ya kita kasih," kata Luhut.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno membenarkan bahwa pemerintah tengah memfinalisasi aturan golden visa. Saat ini, aturan tengah dalam tahap finalisasi.
"PP-nya akan difinalisasi dan segera akan difinalkan nanti setelah mendapat persetujuan dari bapak presiden," kata Sandiaga usai rapat.
Sebelumnya, Pemerintah mengundur rencana penerbitan Golden Visa yang sebelumnya bakal meluncur pada Juni 2023. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menurutkan, langkah tersebut dilakukan karena aturan masih dalam proses harmonisasi dengan Kementerian dan lembaga.
"Ini juga tadinya kita inginkan selesai akhir Juni. Ini mundur, karena beberapa aspek seperti penyesuaian kebijakan yang kita ingin pastikan agar tawaran Golden Visa ini menarik untuk wisatawan mancanegara memberi investasi di Indonesia dan tinggal lebih lama di Indonesia," ucap Sandi dalam di Kantor Kemenparekraf, Jakarta, Senin (31/7/2023).
Sandi optimistis Golden Visa bisa meluncur sebelum periode kuartal tiga. Diharapkan kebijakan tersebut bisa menarik wisatawan yang berkualitas.
"Kebijakan ini sudah kami sosialisasikan sebelumnya, karena kita ingin menarik pariwisata yang lebih berkualitas, tinggalnya lebih lama, spending kepada ekonomi lokalnya lebih besar dan juga aspek berkelanjutannya," ucapnya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Anggun P Situmorang