tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan subsidi energi dan kompensasi tahun ini akan melonjak mencapai Rp698 triliun. Sehingga dibutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp195,6 triliun dari sebelumnya disediakan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98/2022 sebesar Rp502,4 triliun.
Estimasi tambahan tersebut, memperhitungkan harga kurs Rupiah meningkat dari Rp14.450 ke Rp14.700 per dolar AS. Serta konsumsi pemakaian BBM bersubsidi yang meningkat. Misalnya, Pertalite dari 23,05 juta kilo liter (KL) menjadi 29,07 juta KL dan Solar dari 15,1 juta KL ke 17,44 juta KL.
"Apabila dibiarkan terus dan volumenya terus melampaui kuota, maka kita masih akan perlu lagi menambah anggaran subsidi. Artinya jumlah subsidi kita akan mencpaia Rp698 triliun dengan volume, kurs dan harga minyak sekarang," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, dikutip Sabtu (27/8/2022).
Sri Mulyani mengatakan dengan subsidi besar tersebut, durian runtuh atau windfall profit yang diterima negara dari lonjakan harga-harga komoditas tidak akan cukup menutupi subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp698 triliun. Hal ini karena total windfall yang masuk ke penerimaan negara hanya mencapai Rp420,1 triliun.
Untuk diketahui, penerimaan negara dalam APBN awal 2022 ditetapkan sebelumnya sebesar Rp1.846,1 triliun menjadi Rp2.266,2 triliun. Keputusan itu tertuang dalam Perpres 98 tahun 2022 sebagai dasar hukum perubahan APBN 2022.
"Dengan penerimaan yang nambah Rp420 triliun pun yang kita pakai semua untuk subsidi energi, Pertalite, Solar dan LPG 3 kilogram dan listrik itu enggak akan cukup. Seluruh windall profit dipakai semua tidak akan cukup karena akan habis," katanya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto