tirto.id - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, resmi menetapkan Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional (National Cancer Control Plan atau NCCP) 2024–2034 di ajang Indonesia International Cancer Conference (IICC) 2024 di Nusa Dua, Bali, Kamis (03/10/2024). Rencana jangka panjang ini merupakan yang pertama semenjak Indonesia merdeka.
“Saya baru menyadari bahwa kita belum mempunyai Cancer Control Plan sampai tahun ini. Penelitian tentang ini sudah dilakukan selama beberapa tahun, tetapi belum diformulasikan secara resmi. Jadi, saya langsung arahkan untuk diformulasikan,” kata Budi Gunadi setelah membuka acara IICC.
Menurutnya, penyempurnaan NCCP membutuhkan waktu 6 bulan dan melibatkan sejumlah pihak hingga lingkup internasional, seperti World Health Organization (WHO) dan MD Anderson Cancer Center. Waktu tersebut terbilang cukup cepat, sebab Menkes selalu mendorong hadirnya NCCP sebagai upaya pengendalian kanker di Indonesia.
“Saya terus mendorong. Hal baik dari mendorong [formulasi NCCP] sendiri adalah semuanya jadi kenyataan. NCCP sudah selesai diformulasikan. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam prosesnya karena akhirnya Indonesia memiliki rencana pengendalian kanker,” ungkapnya.
NCCP mencakup 6 strategi utama yang meliputi upaya promotif dan preventif, deteksi dini dan skrining, peningkatan akses layanan dan tata laksana kanker, penguatan registri dan penelitian kanker, kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker.
Secara spesifik, Budi menyebutkan deteksi dini merupakan kunci dari strategi pengendalian kanker. Menurutnya, masyarakat masih takut untuk melakukan deteksi dini terhadap kondisi kesehatan, sehingga proses diagnosis kanker menjadi terlambat.
“[Pemeriksaan kesehatan] itu yang harus dilakukan masyarakat karena sekarang masyarakat takut ketahuan kanker. Paling bagus kanker strateginya deteksi dini. Kalau kanker ketahuan telat, fatality rate-nya tinggi. Base cancer, kalau ketemu stadium I, itu 90 persen bisa sembuh,” beber Budi.
Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia, bahkan menduduki peringkat ketiga di Indonesia setelah penyakit kardiovaskular dan stroke dengan total kurang lebih 200.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya.
Selain itu, berdasarkan data BPJS Kesehatan tahun 2023, kanker dikategorikan sebagai penyakit katastropik dengan pembiayaan sekitar Rp5,9 triliun.
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Irfan Teguh Pribadi