Menuju konten utama

Menjajal Ojek Online Zendo Milik Muhammadiyah di Yogyakarta

Kontributor Tirto menjajal ojek online Zendo milik Muhammadiyah di Yogyakarta. Simak perjalanan serunya.

Menjajal Ojek Online Zendo Milik Muhammadiyah di Yogyakarta
Taufik Ainun saat mendemokan Zendo Jogja di PWM Muhammadiyah Gedongkuning, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). tirto.id/SITI FATIMAH

tirto.id - Tangan kanan saya mengalami keram beberapa waktu belakangan. Padahal, tangan ini memiliki fungsi vital untuk berkendara. Mengatasi itu, saya kemudian terpikir untuk menjajal ojek online yang dikembangkan oleh Muhammadiyah, yaitu Zendo. Kebetulan, ada sebuah agenda peliputan untuk lokasi yang cukup jauh dari rumah.

Saya memulai pencarian untuk mendapat driver dengan membuka Instagram. Pada bio akun tersebut tertulis, "Spesialis pesen opo wae gas!"

Awalnya saya pikir, akan mendapat informasi terkait aplikasinya. Tetapi yang saya temukan di akun resmi Zendo Yogyakarta adalah link untuk terhubung dengan admin melalui aplikasi WhatsApp. Jadi, tidak perlu membebani memori gawai.

Begitu mengontak, pesan saya segera dibalas oleh admin. Selain menyebut bantuan yang saya butuhkan, saya langsung mengirimkan lokasi jemput. Admin yang menjawab pesan saya, pun langsung memberikan nominal tarif.

Setelah meyetujui nominal yang diterapkan, respons berikutnya, saya diberikan tawaran untuk dijemput driver perempuan atau laki-laki. Saya memilih untuk dikirimkan driver perempuan. Jadilah, saya dijemput oleh Ichi Rahma Kusumawati.

Rahma datang beberapa menit sebelum waktu pesanan. Dalam perjalanan, kami berbincang banyak. Perempuan 32 tahun itu, ternyata mulai bergabung dengan Zendo sejak September 2024, setelah mendapat informasi dari rekannya sesama anggota Muhammadiyah.

"Katanya ada ojek dari Muhammadiyah, terus saya daftar. Waktu itu belum ada perempuannya [driver perempuan]," ujar Rahma, Jumat (17/1/2025).

Rahma sebelumnya memang pernah menjadi driver ojek online. Waktu itu, dia tergabung di Get Indonesia. "Tapi terus tumbang kan itu, habis itu enggak ngojek lagi," Rahma bercerita.

Ia sempat terpikir untuk menjajal sebagai driver ojek aplikasi hijau. Tapi kemudian dia mendapat informasi, bahwa aplikasi tersebut menerapkan target layanan. "Nggak bisa aku, kalau harus ditarget. Soalnya saya harus mengurus ibu saya," ungkap warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu.

Rahma pun makin enggan bergabung dengan aplikasi ojek hijau dan kuning, karena banyaknya pemberitaan order fiktif. "Alhamdulillah, kalau pakai Zendo itu tersaring. Bahkan penggunanya langsung pakai WhatsApp kan. Jadi betul tahu orangnya," sebut dia.

Ia mengaku nyaman, dengan bergabung ke Zendo dia tetap bisa fleksibel mengurus ibunya yang sudah sepuh. Dia pun menerima order dengan pengguna yang minim kejahatan.

Selain menyediakan diri sebagai driver sepeda motor, Rahma juga memberikan jasa layanan menemani ke kondangan. "Pernah sekali, saya menemani pelanggan kondangan. Ibu-ibu sudah tua juga, harus pergi sendirian," bebernya.

Mayoritas langganan Rahma merupakan anak sekolah. Dia biasa menerima pesanan mulai pukul 06.30 WIB. Kemudian mulai kembali sibuk saat jam pulang sekolah dan pulang kerja. "Saya nggak pernah sampai malam. Soalnya, pemesan driver perempuan mayoritas juga berkegiatan siang," kata dia.

Pola pelanggan Rahma yang demikian, membuatnya dapat libur di hari Minggu. "Kalau hari Minggu itu sepi banget, aturan baru juga di Zendo kalau hari Minggu libur," ucapnya.

Sampai di lokasi tujuan. Pembayaran yang awalnya saya sepakati menggunakan QRIS. Namun, kemudian saya memilih untuk pembayaran tunai. Dan ternyata, langsung diterima.

Driver Zendo

Driver Zendo saat bertugas. tirto.id/SITI FATIMAH

Beberapa waktu lalu, saya bincang dengan Manajer Zendo Jogja, Taufik Ainun. Pria kelahiran 1993 menceritakan secara singkat lahirnya Serikat Usaha di bawah Organisasi Keagamaan Muhammadiyah ini.

Taufik bercerita, bahwa Zendo lahir dari buah pikir Lutfhi Azizah asal Tulungagung, Jawa Timur (Jatim) sekitar tahun 2015. Lutfhi merupakan lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Tulungagung, juga pernah menjadi guru TK Aisyiyah Bangau Putih.

"Zendo murni dari alumni Muhammadiyah di Tulungagung, semoga masyarakat bisa menggunakan Zendo untuk bisa lebih bermanfaat," ujar Taufik.

Zendo yang awalnya berkembang di tingkat lokal Tulungagung, terpantau oleh Sekretaris Jendral Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), Ghufron Mustaqim. "Ghufron melihat ada potensi Zendo untuk dinasionalkan, akhirnya Gufron dan Luthfi menjalin kerja sama dengan SUMU. Kemudian memasukkan Zendo sebagai salah satu program kerja di SUMU," papar Taufik.

Setelah berada di bawah SUMU, Zendo menerapkan sistem franchise yang lisensinya dipegang oleh SUMU. Tapi secara garis besar, sistem yang diterapkan oleh Zendo di seluruh Indonesia sama. Kini, Zendo telah menyebar dengan sebanyak 70 franchise.

"SUMU buka lisensi siapa yang mau buka Zendo di daerahnya masing-masing. Khusus untuk anggota Muhammadiyah [yang bisa beli franchise]," beber Taufik.

"Kebetulan yang di Jogja yang ambil LP UMKM ambil lisensi Zendo Jogja. Kalau Zendo yang lain perorangan. Sistem, brand, dan SOP sudah ada pusat," imbuhnya.

Taufik pun menjelaskan, bahwa Zendo sebetulnya merupakan badan usaha jasa serba bisa. Meskipun memiliki lima program andalan, yaitu ojek motor, ojek mobil, delivery, send, dan cleaning service," sebutnya.

Berbagai layanan jasa ini, contohnya seperti membelikan BBM, membetulkan genting rumah, memperbaiki dinding rumah, sampai menguras saptic tank serta desain grafis.

"Jadi kami jasa apa saja, sampai kemarin menguras saptic tank kami juga bisa, menebang pohon. Kita jasa semua kebutuhan. Zendo menyiapkan segala kebutuhan pokoknya ada order apa kita akan mencoba menyiapkan," tegasnya.

Selain menjadi penyedia jasa serba bisa, Zendo rupanya membidik pasar yang berbeda dari aplikasi ojek serupa. Mayoritas pengguna Zendo ternyata adalah masyarakat yang awam teknologi. "Kami ambil segmen yang di luar target mereka, sekitar 75 persen, di atas 40 tahun yang order layanan Zendo," sebutnya.

"Karena mereka lebih nyaman dan tidak harus install aplikasi. Terus verifikasi email dan lain-lain," imbuhnya.

Salah satu, kata Taufik, keunggulan lain dari Zendo adalah menyediakan driver perempuan. "Bisa request. Itu paling banyak diminati. Apalagi banyak anggota Muhammadiyah yang pakai Zendo. Pasti yang perempuan request driver yang perempuan," ujarnya.

Taufik berharap, Zendo, sebagai badan usaha di bawah Muhammadiyah tidak hanya memikirkan dunia, tapi juga akhirat. "Bukan sekadar lini bisnis dari Muhammadiyah. Dalam arti kata, juga membantu orang yang kesusahan," kata dia.

"Ini jadi ladang ibadah karena kita membantu orang yang membutuhkan. Termasuk driver yang mencari nafkah, dan dari customer kami membantu menyelesaikan berbagai masalah karena menyediakan segala jenis kebutuhan jasa," tambahnya.

Taufik berharap, masyarakat Yogyakarta dapat beralih menggunakan layanan bisnis lokal. Termasuk memiliki Zendo ketimbang layanan lain.

"Ada kebanggaan bisa pakai produk asli Muhammadiyah. Murni dari akumni Muhammadiyah dari Tulungagung, Jogja, dan Muhammadiyah. Kami murni ingin menaikkan produk lokal dari lini usaha Muhammadiyah. Semoga masyarakat bisa menggunakan Zendo untuk bisa lebih bermanfaat," tandasnya.

Baca juga artikel terkait OJEK ONLINE atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - News
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Anggun P Situmorang