Menuju konten utama

Menimbang Potensi Mobil Listrik Xiaomi SU7 Jadi Tesla Killer

Xiaomi berani tancap gas bertarung di industri kendaraan listrik. Sejumlah faktor memungkinkannya jadi Tesla Killer.

Menimbang Potensi Mobil Listrik Xiaomi SU7 Jadi Tesla Killer
Mobil listrik Xiaomi SU7 diperkenalkan menjelang awal tahun 2024. FOTO/Xiaomi Indonesia

tirto.id - Tesla Killer. Begitulah istilah yang sering digunakan media untuk melabeli mobil atau pabrikan mobil listrik yang berpotensi untuk menjadi pendobrak dominasi Tesla.

Jika Anda mengetik kata kunci "tesla killer" di kolom pencarian Google, entri yang muncul bakal sangat bervariasi. Beberapa situs akan menyebut Lucid Air dari Lucid Motors. Ada pula yang menyebut Avtotor Amber. Bahkan, Toyota pun disebut-sebut memiliki produk yang bakal menjadi Tesla Killer.

Kenyataannya, sampai saat ini, belum ada yang benar-benar bisa “membunuh” Tesla. Bahkan, raksasa BYD sekali pun. Seturut pemberitaan Kompas, kendati berhasil meraih profit US$4,2 miliar pada 2023 sekaligus menjadi produsen mobil listrik terbesar di dunia, BYD nyatanya belum betul-betul sanggup menyaingi perusahaan milik Elon Musk tersebut.

Menurut laporan CNBC, predikat mobil listrik terlaris justru dipegang oleh Tesla Model 3. Artinya, BYD boleh saja menjadi penguasa, tapi Tesla memang tidak bisa ditundukkan begitu saja. Lagi pula, BYD dan Tesla sebenarnya menyasar pasar yang berbeda. Tak seperti Tesla, BYD sebenarnya lebih menyasar pasar mobil-mobil compact serta city car.

Sekali lagi, banyak media yang terlalu gegabah dalam memberi label Tesla Killer. Meski begitu, tak ada salahnya kita menimbang potensi dari mobil listrik keluaran terbaru raksasa teknologi Xiaomi, yakni SU7.

Cukup Tiga Tahun

Xiaomi pertama kali mengumumkan intensinya untuk terjun ke dunia mobil listrik pada 2021. Menurut CEO Xiaomi, Lei Jun, perusahaannya telah berinvestasi kurang lebih US$10 miliar untuk mengembangkan proyek tersebut. Pada Agustus 2023, Xiaomi akhirnya mendapat izin memproduksi kendaraan dari Pemerintah Tiongkok.

Tanpa banyak ba-bi-bu, pada Desember 2023, Xiaomi langsung memulai produksi SU7 dengan menggandeng perusahaan mobil pelat merah Cina, BAIC. Kapasitas produksi BAIC sendiri mencapai 200.000 unit per tahun. Dengan kerja sama tersebut, seturut Kompas, Xiaomi diprediksi akan mampu menjual hingga 60.000 unit SU7 pada 2024 ini.

Dari 60.000 unit tersebut, seturut CNBC, 50.000 di antaranya terjual hanya dalam 27 menit sejak Xiaomi pertama kali mengumumkan penjualan.

Lei Jun pendiri dan CEO perusahaan ponsel Xiaomi Tiongkok

lei jun, pendiri dan ceo perusahaan ponsel tiongkok, menunjukkan xiaomi mi 5 di upacara peluncurannya di beijing, tiongkok, rabu (24/2). antara foto/reuters/jason lee/cfo/16

Nantinya, Xiaomi bakal memiliki pabrik mereka sendiri. Menurut pemberitaan Autoevolution, ketika pabrik itu sudah beroperasi secara penuh, Xiaomi bakal bisa memproduksi satu unit SU7 atau Speed Ultra 7 setiap 76 detik.

Meski begitu, lini masa dari rencana ini belum jelas. Lei belum bisa memastikan kapan pabrik tersebut akan selesai dibangun.

Xiaomi sendiri memosisikan SU7 sebagai kompetitor bagi Tesla Model S dan Porsche Taycan. Artinya, SU7 bukan sedan biasa, melainkan sedan berperforma tinggi. Dalam uji coba yang dilakukan Xiaomi, terlihat bahwa SU7 bisa mencapai kecepatan 100 km/jam hanya dalam waktu 2,8 detik—sama seperti Porsche Taycan S dan hanya kalah 0,3 detik dari Tesla Model S.

Kendati kalah tipis dari segi akselerasi, SU7 menang telak atas Model 3 dalam urusan jarak tempuh. Dengan daya baterai penuh, SU7 bisa menempuh jarak hingga 800 kilometer, sementara Model 3 cuma bisa dibawa sejauh 650 kilometer.

Fitur fast charging pun jadi daya tarik lain SU7. Pasalnya, dengan mengisi daya selama lima menit, pengguna bisa memperoleh jarak tempuh hingga 220 kilometer. Untuk pengisian selama 15 menit, jarak tempuh yang didapat bisa mencapai 510 kilometer.

Sebagai perbandingan, dengan pengisian daya 25-30 menit dengan SuperCharger, jarak tempuh Tesla Model 3 "hanya" bertambah sekitar 438 kilometer.

Walau begitu, bukan berarti Model 3 tidak memiliki keunggulan atas Xiaomi SU7. Untuk urusan, sistem bantuan pengemudi (driver's assistance) dan efisiensi powertrain, Lei sendiri mengakui bahwa Tesla masih unggul. Namun, Lei optimistis pihaknya akan mampu menutup gap tersebut dalam kurun 3-5 tahun.

Xiaomi sendiri saat ini tengah mengembangkan mesin baru yang akan mereka lepas ke pasaran pada 2025. Jika saat ini SU7 digerakkan oleh HyperEngine V6/V6s dengan putaran maksimum 21.000 rpm, tahun depan bakal ada HyperEngine V8s yang putaran maksimumnya mencapai 27.200 rpm.

Sepertinya, HyperEngine V8s itu dipersiapkan Xiaomi untuk bersaing dengan Porsche. Sebab, pada 2025 juga, Porsche bakal meluncurkan varian terbaru dari Porsche Taycan, yaitu Taycan Turbo GT, yang digadang-gadang bakal jadi Porsche paling cepat dan paling kuat sepanjang masa.

Selain itu, Xiaomi SU7 masih punya beberapa fitur menarik lainnya. Unit hiburan, misalnya, dimotori oleh prosesor Qualcomm Snapdragon dan dijalankan dengan sistem operasi HyperOS yang dikembangkan Xiaomi sendiri. Kemudian, Xiaomi menggandeng Nvidia untuk membuat sistem bantuan pengemudi.

Berani Jual Rugi

Dari semua fitur dan keunggulan yang ditawarkan, yang paling menarik barangkali adalah harganya. Xiaomi SU7 edisi perdana—telah mulai dikirimkan ke pembeli pada April 2024 ini—dibanderol dengan harga sekitar US$30 ribu atau sekitar Rp494 juta untuk pasar domestik Tiongkok. Harga ini jelas lebih rendah dari Tesla Model 3 yang dipasangi label harga sekitar Rp549 juta.

Banderol Xiaomi SU7 itu, diakui Lei, lebih rendah dari harga yang semestinya disematkan pada mobil tersebut. Dengan kata lain, Xiaomi saat ini sedang berada dalam fase "bakar duit" untuk masuk dan bertarung di gelanggang industri kendaraan listrik.

Pertanyaannya, mengapa Xiaomi bisa begitu berani dan yakin?

Hal itu tidak lepas dari strategi "premiumisasi" yang telah diinisasi Xiaomi sejak 2020. Mobil-mobil listrik Xiaomi, termasuk SU7, adalah bagian dari sebuah ekosistem digital yang mereka beri nama Human x Car x Home. Melalui ekosistem digital itu, Xiaomi punya misi “meng-Xiaomi-kan” umat manusia. Tak cuma lewat ponsel, tapi juga berbagai perabotan rumah tangga, bahkan kendaraan.

Sebagian besar produk Xiaomi merupakan produk dengan harga terjangkau, termasuk ponsel-ponsel mereka yang masih jadi penyumbang terbesar pendapatan perusahaan (30 persen). Namun, menurut Presiden Xiaomi, Lu Weibing, ada ceruk pasar kelas atas berjumlah 20 juta pengguna yang sangat mungkin berminat untuk membeli mobil seperti SU7.

Sebagai gambaran, pada Mei 2023, ada 600 juta pengguna aktif MIUI (tampilan antarmuka bikinan Xiaomi) di seluruh dunia. Dari data itulah, mereka melihat peluang 20 juta orang yang mungkin bisa digaet untuk membeli produk otomotif mereka.

Selain itu, meski sangat kompetitif, pasar mobil listrik di Cina sendiri sangatlah besar. Menurut data Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok, sepertiga dari mobil baru yang terjual di negara tersebut merupakan mobil berenergi baru, termasuk mobil listrik.

Terlebih, pasar kendaraan listrik global diperkirakan bakal terus berkembang. Seturut pemberitaan Bloomberg, pada 2024 ini, pasar kendaraan listrik diprediksi bakal berkembang hingga 22 persen lebih besar.

Maka menjadi masuk akal bagi Xiaomi untuk tancap gas di segmen kendaraan listrik, khususnya mobil. Lagipula, sebagai perusahaan berbasis teknologi raksasa, mereka punya keuntungan dibandingkan perusahaan teknologi rintisan atau perusahaan otomotif tradisional.

Perusahaan teknologi rintisan memang mampu menciptakan kendaraan super canggih dengan fitur luar biasa. Namun, mereka tidak mempunyai ketahanan finansial yang cukup untuk terus berkembang. Di sisi lain, perusahaan otomotif tradisional cenderung malu-malu untuk beralih sepenuhnya ke teknologi ramah lingkungan. Bisa dikatakan, cuma Porsche yang berani melakukan ini.

Oleh karena itu, kendati menghadapi persaingan ketat di Tiongkok (ada 100 pabrikan mobil listrik di sana), Xiaomi masih bisa menarget pasar-pasar lain, termasuk Eropa, Amerika Utara, serta tentunya Asia. Jadi, jangan heran kalau nantinya Xiaomi-lah yang betul-betul menjadi Tesla Killer.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI KENDARAAN LISTRIK atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Gearbox
Reporter: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi