tirto.id - Arisan kini menjadi suatu kegiatan yang sedang banyak diminati oleh berbagai kalangan. Tak sedikit masyarakat menjadikan arisan sebagai salah satu investasi atau untuk mempererat silaturahmi antar keluarga maupun teman.
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang. Kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya. Undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho menilai, secara khusus arisan memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri. Dari sisi keuntungan arisan ini menjadi momentum untuk berkumpul dan silaturahmi.
Karena biasanya, kata Andy, dalam lingkup pertemanan dan keluarga arisan ini dijadikan aktivitas agar mereka tetap bisa berkumpul dan semakin seru. Sebagai imbalannya, mereka akan mendapatkan uang sesuai dengan nilai disepakati.
"Ada yang seperti itu. Jadi mempererat tali silaturahmi pertama itu," kata Andy saat dihubungi Tirto, Jumat (13/1/2023).
Keuntungan kedua tentu dari finansial. Menurutnya tak sedikit juga ada beberapa admin arisan itu menguntungkan. Misalnya keanggotaan mengikuti arisan 10 orang dengan nilai masing-masing iuran Rp100.000, maka dari yang seharusnya mendapatkan Rp1 juta bisa menjadi lebih di atas itu.
"Jadi selain nabung juga hasilnya lebih," imbuhnya.
Kemudian ada lagi model arisan Lebaran. Biasanya arisan ini selain masyarakat nabung menyetorkan uang setiap bulannya mereka akan mendapatkan sembako atau parcel ketika mendekati hari Lebaran.
"Jadi keuntungannya kalau menurutku di situ ya, pertama adalah mempererat silaturahmi. Kemudian kedua ada keuntungan finansial bisa didapatkan oleh kita selaku yang ikut arisan ini," jelasnya.
Sementara dari sisi kerugiannya, lebih kepada arisan bodong. Seperti halnya, arisan sudah berjalan beberapa waktu ternyata admin tiba-tiba kabur membawa uang member dan tidak bisa dihubungi kembali. "Jadi kita rugi di situ, lebih pada di situ," imbuhnya.
Untuk menghindari hal tersebut, Andy meminta masyarakat lebih berhati-hati dan bisa mengenali apakah arisan tersebut bodong atau tidak. Pertama pastikan admin dan member-member arisan itu sebagian ada yang dikenal.
Karena biasanya ada arisan secara online yang bahkan member itu belum kenal satu sama lain. Menurutnya, risiko tersebut sangat riskan. Apalagi buat orang seperti itu, mereka mungkin hanya ambil keuntungan dan meterinya saja, bukan tujuannya menjalin silaturahmi.
Selain itu dia juga meminta agar masyarakat jangan tergiur imbal hasil besar atau janji-janji surga. Misalnya dari 10 orang member dengan iuran arisan masing-masing Rp100.000, keuntungan atau pendapatnya Rp5 juta itu sudah pasti bodong.
"Misalnya dapatnya jadi Rp1,1 - Rp1,5 juta masih masuk akal lah. Apalagi nanti admin bilang diputerin bisnis atau apalah. Kita sendiri sebetulnya harus jujur sama diri kita sendiri, ini sebenernya masuk akal tidak seperti ini hasil penarikannya gede banget kan harus kita curiga juga," jelasnya.
Pilihan Tepat Investasi?
Bagi Andy, arisan sendiri memang bisa dikategorikan bentuk investasi, tapi berisiko tinggi. Karena tidak pernah ada kontrak kerja sama. Terlebih sifat arisan hanya berdasarkan saling percaya saja.
"Bisa dengan gampang admin kabur dan member tidak mau bayar itu bisa aja terjadi seperti itu. Sementara imbal hasil apakah tinggi ya lumayan juga 10 persen dalam tempo berapa bulan itu lumayan. Makanya dikategorikan sebagai investasi kategori tinggi," jelasnya.
Dengan risiko tinggi tersebut, dia pun menyarankan untuk lebih memilih produk investasi lebih jelas. Atau investasi yang memang ada perjanjian hitam di atas putihnya
"Dengan risiko tersebut apakah kita mau ambil atau tidak kembali ke diri kita masing masing. Kalau si arisan ini kan lebih pada spekulasi dan kesepakatan bersama," pungkas dia.
Lantas instrumen investasi seperti apakah yang aman dan memiliki imbal hasil besar?
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini Sutikno menjelaskan, secara umum tujuan orang melakukan investasi atau menyimpan tabungan adalah agar simpanan mereka berkembang dan tidak tergerus. Masyarakat, bisa saja menggunakan jenis tabungan rencana.
Jenis tabungan ini, menurutnya bisa beragam jenis penamaannya tergantung daripada niatan dan tujuan si penabung. Misalnya, ada tabungan jenis pendidikan anak yang bisa diakses oleh para orang tua dengan jangka waktu tertentu.
Dia menjelaskan, tabungan ini memang dikhusukan menyimpan dan mendapatkan bunga sampai nanti pada saat dicairkan. Sehingga uang tersebut bisa membayar tujuan dari si penabung di depan.
"Itu menjaga niatan si penabung disiplin agar tujuan tabungan spesifik ini digunakan niatnya nanti untuk pendidikan anak. Coba tabungan transaksional digunakan untuk tabungan pendidikan anak, tidak bakal sampai niatnya," jelas dia saat dihubungi Tirto.
Selain jenis tabungan rencana pendidikan anak, dalam jangka pendek bisa memberikan pertumbuhan imbal hasil dan aman adalah deposito. Deposito adalah salah satu produk yang ditawarkan oleh bank kepada masyarakat yang ingin menabung.
"Kalau masih mau aman deposito. Namanya juga aman hidup tenang. Itu alternatifnya," saran Mike.
Deposito memiliki tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan sebelumnya dengan bunga bank. Jadi, uang yang dideposito harus tetap disimpan dalam bank untuk jangka waktu tertentu agar dapat memperoleh tingkat bunga yang telah disepakati.
Deposito merupakan jenis investasi sederhana dari bank yang menjanjikan suku bunga tetap dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu untuk mendepositokan uang juga bermacam-macam, mulai dari 1 bulan, 2, 3, hingga setahun atau bahkan 2 tahun.
Untuk bunganya, produk simpanan deposito berbeda dengan tabungan biasa. Suku bunga dalam deposito hanya dibayarkan pada akhir periode dari investasi. Selain itu, setiap bank juga memiliki suku bunga yang berbeda, dan hal ini bisa menjadi salah satu pertimbangan sebelum Anda memilih untuk deposito.
Selain depostito, Mike juga menyarankan untuk mencoba reksadana. Dasarnya, reksa dana merupakan produk investasi yang berasal dari kumpulan dana masyarakat pemodal dan diolah menjadi investasi dalam bentuk portofolio efek, seperti saham, obligasi, pasar uang ataupun efek lainnya.
Ada berbagai macam jenis reksa dana, yaitu Reksadana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Terproteksi, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Index (RDI), dan Reksa Dana Saham.
Dari berbagai jenis reksa dana, reksadana pasar uanglah yang memiliki tingkat risiko yang lebih minim dibandingkan reksa dana lainnya. Dengan memilih berinvestasi menggunakan reksadana pasar uang, dana yang diinvestasikan akan 100 persen diolah menjadi instrumen pasar uang, seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Obligasi dengan masa batas waktu tidak lebih dari satu tahun.
"Lebih aman lagi apa yang terjangkau. Reksadana Rp100 ribu bisa. Apalagi yang terjangkau tabungan emas Pegadaian bisa," jelasnya.
"Jadi kalau tujuannya nabung menyimpan, orang itu kan ingin uangnya aman dan berkembang kalau investasi pertumbuhan tinggi tapi harganya fluktuatif. Dalam konteks ini karena kebutuhannya menabung kita sarankan tadi jenisnya. Satu dia tetap memberikan perkembangan dana simpanan, tapi aman," pungkas dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang