Menuju konten utama

Menilik Kans Gus Yusuf Berebut Kursi Jateng 1 di Kandang PDIP

Jika ingin memperkuat posisi di Jateng, PKB punya opsi berkoalisi dengan PDIP. Tapi, maukah PKB menjadi wakil?

Menilik Kans Gus Yusuf Berebut Kursi Jateng 1 di Kandang PDIP
Ketua DPP PKB Yusuf Chudlori (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan usai Rapat Pleno Pemenangan Pilpres dan Pileg di Kantor DPP PKB, Jakarta, Senin (19/6/2023). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.

tirto.id - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terus berikhtiar dalam mengupayakan Ketua DPD PKB Jawa Tengah, Yusuf Chudlori, untuk maju ke Pilkada Jawa Tengah (Jateng) 2024 dan merebut kursi Jateng 1. Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, mengaku terus berupaya meyakinkan partai-partai lain untuk mendukung pria yang karib disapa Gus Yusuf itu di Pilkada Jateng.

Ya, (untuk Jateng) kami terus berikhtiar, terus berusaha mayakinkan partai-partai lain agar Gus Yusuf menjadi calon gubernur,” ucap Cak Imin usai menggelar konsolidasi dan pembekalan kepada para calon kepala daerah di Hotel Grand Arkenso Parkview, Semarang, Kamis (6/6/2024).

Saat ini, upaya PKB mencalonkan Gus Yusuf masih terhalang syarat pengusungan. Pasalnya, PKB hanya memiliki 20 kursi dari 120 total kursi DPRD Jateng sehingga belum memenuhi syarat pengusungan. Oleh karena itu, PKB terus berikthiar mencari mitra koalisi demi melancarkan Gus Yusuf maju di Pilkada Jateng.

PKB pun harus bersikap realistis terhadap modal elektabilitas dan popularitas Gus Yusuf.

Dalam survei Parameter Politik Indonesia (PPI) pada Mei 2024, popularitas Gus Yusuf di Jateng berada di peringkat keempat dengan 30,7 persen dari 800 responden. Angka ini masih di bawah Taj Yasin Maimoen (52,1 persen), Hendrar Prihadi (40 persen), dan Dico Ganinduto (38,1 persen).

Tingkat rekognisi Gus Yusuf di responden pedesaan sebesar 21,6 persen dan di responden perkotaan sebesar 39,2 persen. Elektabilitas Gus Yusuf pun di peringkat keempat dengan angka 6,4 persen. Dia masih kalah dari Taj Yasin (10,9 persen), Hendrar Prihadi (7,7 persen), maupun Dico Ganinduto (7,1 persen).

Peneliti dari Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, berpendapat bahwa Gus Yusuf memang punya potensi untuk menjadi Gubernur Jawa Tengah. Menurutnya, Jawa Tengah adalah medan tempur dengan berbagai kemungkinan yang sangat terbuka.

Pasalnya, Jateng saat ini tidak punya petahana lantaran Ganjar Pranowo tidak bisa maju. Selain itu, berbagai survei menunjukkan bahwa tidak ada calon yang benar-benar di atas angin di Jateng usai Gibran Rakabuming Raka maju dalam Pilpres 2014 lalu.

"Saya kira ini kesempatan baik bagi partai-partai di luar PDIP untuk mengakhiri dominasi PDIP di Jawa Tengah di level eksekutif," kata Bawono, Jumat (7/6/2024).

Bawono mengakui bahwa secara politik, PDIP memang kuat di legislatif dan eksekutif. Faktanya, mayoritas kepala daerah hingga legislatif di Jawa Tengah adalah kader PDIP. Akan tetapi, tetap ada beberapa daerah yang tidak didominasi PDIP.

Daerah tersebut umumnya adalah daerah pesantren, seperti Rembang, Magelang, dan Demak. Daerah-daerah itu merupakan daerah “hijau” yang merupakan salah satu ruang untuk PKB meraup suara. Gus Yusuf sendiri punya basis massa pesantren di Magelang.

Maka PKB punya dua opsi, melawan PDIP atau berkoalisi dengan PDIP.

"Sekarang tinggal keberanian itu, apakah PKB berani menyodorkan Gus Yusuf untuk posisi nomor 1 atau sekadar jadi ban serep di posisi wagub," kata Bawono.

Menimbang Opsi yang Ada

Jika ingin mendorong Gus Yusuf menjadi calon gubernur, Bawono menyarankan PKB mencari wakil yang mampu menarik pemilih di luar market santri. Wakil tersebut harus mampu menarik suara pemilih dari kelompok nasionalis abangan di Jawa Tengah.

Dia mencontohkan strategi Ganjar dalam Pilgub Jateng 2018 yang menarik Taj Yasin sebagai wakilnya dan berhasil. Upaya Ganjar tersebut nisbi bisa diduplikasi oleh PKB dan Gus Yusuf.

Bawono mencontohkan beberapa nama yang layak mendampingi Gus Yusuf dan bisa meningkatkan elektabilitasnya. Di antaranya Sudaryono (Gerindra) atau Dico Ganinduto (Golkar). PKB hampir tidak mungkin menggandeng PDIP lantaran partai banteng moncong putih itu pasti ingin menyorongkan kadernya sendiri.

"Ya paling mungkin tokoh-tokoh warna merah, yang nasionalis. Tinggal posisi tawar seperti apa. Sejauh ini, memang belum terlalu kelihatan. PDIP sendiri punya banyak nama ada Hendrar Prihadi, ada Bambang Pacul, Heru Sudjatmoko wagub periode pertama Ganjar. Nama-nama di luar itu ada Bupati Kendal, Dico, ada nama Ketua Gerindra, Sudaryono," kata Bawono.

"Memang yang ideal kalau di Jawa Tengah adalah perpaduan merah dan hijau. Merah itu pasti orang nasionalis PDIP dan hijau orang santri, PPP maupun PKB. Sekarang apa bisa ketemu komunikasi politiknya sama negosiasinya yang perlu dilihat. PDIP tentu tidak mau posisi nomor 2, sementara PKB punya ambisi juga mendudukkan Gus Yusuf di nomor 1," kata Bawono.

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, menilai Gus Yusuf punya modal untuk menjadi Gubernur. Dia mengingatkan bahwa elektabilitas Gus Yusuf dibandingkan mantan Wagub Jateng, Taj Yasin, hanya terpaut 5 persen bila mengacu hasil survei PPI.

"Melihat temuan survei, saya kira cukup besar peluang Gus Yusuf untuk mendapatkan tiket Jateng 1. Sisanya ada pada PKB. Apakah PKB mampu menarik partai lain untuk ikut mendukung Gus Yusuf," kata Musfi, Jumat (7/6/2024).

Musfi mengatakan bahwa Gus Yusuf punya basis kekuatan di Magelang. Gus Yusuf adalah pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo dan Yayasan Syubbanul Wathon yang berpusat di Magelang.

Sementara itu, PKB sebagai partai yang dipimpinnya di Jateng punya basis massa di wilayah eks Karesidenan Kedu yang mencakup Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Wonosobo.

Lantas bagaimana komposisi kemenangan untuk Gus Yusuf? Komposisi terkuat di Jateng, dalam kacamata Musfi, adalah perpaduan nasionalis dan religius. Gus Yusuf sebagai tokoh religius perlu merangkul tokoh nasionalis demi meningkatkan suara.

Jika melihat komposisi terkuat, PKB tentu harus bersatu dengan PDIP. PDIP dan PKB adalah partai peraih suara tertinggi di Pileg 2024 di Jateng. Di DPRD Jateng, PDIP mendapatkan 33 kursi, sedangkan PKB 20 kursi.

Namun, seperti sudah disebut pula oleh Bawono, berkoalisi dengan PDIP sama dengan menyerahkan kursi gubernur kepada PDIP.

"Jika target PKB adalah Jateng 1, opsi koalisi dengan Gerindra yang akan diambil. Selain ke PDIP, PKB juga menawarkan Gus Yusuf ke Gerindra untuk berpasangan dengan Sudaryono. Dengan elektabilitas Sudaryono yang kecil, PKB memiliki daya tawar tinggi untuk meminta posisi Jateng 1," kata Musfi.

Terlepas dari semua dinamika tersebut, Musfi melihat nama Gus Yusuf belum tentu membuat peta politik Jateng terang. Dia menilai semua masih bisa berubah hingga akhir pendaftaran.

"Saya kira semuanya masih cair. Batas pendaftaran di bulan Agustus, sedangkan sekarang masih bulan Juni. Partai politik umumnya akan memberikan SK di akhir waktu. Partai masih melihat dinamika dan perkembangan elektabilitas berbagai kandidat. Saya kira baru akan mengental 1-2 bulan ke depan," kata Musfi.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fadrik Aziz Firdausi