Menuju konten utama

Menguji Klaim Produk-produk Pembersih Vagina

Produk pembersih vagina konon bisa membikin vagina segar, wangi, dan mencegah infeksi menular seksual. Benarkah begitu?

Menguji Klaim Produk-produk Pembersih Vagina
Ilustrasi perawatan vagina. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sabun pembersih vagina adalah produk saniter yang jamak dipakai perempuan untuk menjaga kebersihan genitalnya. Di Indonesia, produk ini lazim disisipkan komposisi herbal yang dipercaya memiliki beragam manfaat. Produsen mengklaim produknya bisa membikin vagina jadi keset, rapat, putih, dan wangi. Tapi benarkah klaim-klaim tersebut?

Jika pergi ke toko ritel, Anda akan menemukan jajaran produk pembersih vagina terpampang memenuhi lebih dari satu rak displai. Produk-produk tersebut ditawarkan dengan klaim kesehatannya masing-masing, ada Manjakani, Godokan Sirih, Manjakani, Godokan Sirih, whitening (pencerah), Keset Wangi, Godogan Madura, Ekstrak Susu, dan masih banyak jenis lainnya.

Pembersih vagina pada umumnya terbuat dari campuran air dan asam. Produk-produk yang dijual di bebas umumnya menambahkan kandungan antiseptik dan wewangian dalam ramuan tersebut. Mereka dijual dalam bentuk gel atau cairan dalam botol, semprotan, roll on, yang terbaru, berbentuk tisu. Ketersediaan produk dalam jumlah banyak dan jenis yang beragam menandakan bahwa pembersih vagina laris di pasaran.

Ima, 24 tahun, adalah salah satu perempuan yang sehari-hari memakai produk pembersih vagina. Biasanya, Ima membeli produk tersebut secara bulanan, sepaket dengan produk kebersihan tubuh lain seperti sabun, sampo, sikat gigi, dan odol. Ia memilih produk pembersih vagina yang mengandung ekstrak susu dan pencerah dari sebuah merek yang mengklaim produknya memiliki pH asam 3,5.

“Aku selalu bawa kemanapun pergi, rasanya risih dan kurang bersih kalau enggak pakai sabun,” katanya.

Ima tidak sendirian. Dilansir dari laman WebMD, diperkirakan sekitar 20-40 persen perempuan di Amerika Serikat berusia antara 15-44 memakai pembersih vagina. Mereka percaya produk tersebut dapat membikin area genital terasa lebih segar, membersihkan darah menstruasi, menghilangkan bau tak sedap, menghindari penyakit menular seksual, dan mencegah kehamilan setelah berhubungan intim.

Padahal, klaim-klaim tersebut hanyalah mitos. Para ginekolog menyepakati risiko kesehatan yang ditimbulkan produk pembersih vagina justru lebih besar dibanding klaim manfaatnya.

Risiko Pembersih Vagina

Para ginekolog percaya produk pembersih vagina meningkatkan risiko kesehatan genital, di antaranya infeksi vagina, radang panggul, komplikasi kehamilan, sampai kanker serviks. Produk pembersih vagina justru akan mengganggu keseimbangan alami bakteri dalam vagina (flora vagina). Perubahan ini menjadikan kondisi vagina jadi tempat ideal bagi pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Walhasil risiko persalinan prematur dan infeksi menular seksual pun semakin meningkat.

Berbagai macam penelitian juga menyepakati bahwa perempuan yang rutin memakai produk pembersih vagina memiliki risiko 73 persen lebih tinggi terkena penyakit radang panggul (PID), yakni infeksi yang terjadi di rahim, saluran tuba atau ovarium. Mereka juga berisiko terkena kehamilan ektopik (kehamilan yang berkembang di luar rahim) lebih tinggi sebanyak 76 persen.

“Perempuan yang menggunakan produk pembersih vagina setidaknya seminggu sekali dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks,” tulis laporan WebMD.

Dr. Suzy Elneil, konsultan urogynaecology di University College Hospital, London, melarang produk pembersih vagina yang mengandung wewangian, gel, dan antiseptik. Ketiga komposisi tersebut bisa merusak keseimbangan bakteri dan pH di vagina sehingga menyebabkan iritasi. Elneil mengatakan, lendir yang keluar dari vagina (selain menstruasi), atau lazim disebut keputihan dan bau pada vagina tidak selalu menjadi pertanda buruk infeksi atau penyakit.

Bau vagina dan lendir tersebut dapat berubah tergantung situasi hormonal atau siklus reproduksi, seperti menstruasi, hamil, atau menopause. Lendir vagina diproduksi secara alami dari leher rahim, yang dikenal sebagai serviks. Lendir alami yang normal tidak memiliki bau dan warna yang menyengat. Jika keluar, ia tidak akan menimbulkan gatal atau rasa pegal di sekitar vagina. Sebaliknya, jika ada perubahan warna atau mulai berbau dan gatal, kondisi tersebut bisa jadi merupakan gejala infeksi.

“Vagina dirancang untuk menjaga dirinya tetap bersih dengan bantuan sekresi alami (keputihan). Organ tersebut tidak membutuhkan produk pembersih atau tisu vagina,” kata Elneil dikutip dari laman NHS.

Cara Ideal Membersihkan Vagina

Pada kondisi normal, vagina mengandung lebih banyak bakteri dibanding bagian tubuh lainnya, setelah usus. Profesor Ronnie Lamont, juru bicara Royal College of Obstetricians and Gynecologists (organisasi profesi para ahli kandungan dan kebidanan di Inggris) menyebut bakteri tersebut berfungsi untuk melindungi vagina.

Mereka membantu menjaga keseimbangan pH vagina (kurang dari 4,5) asam agar keseimbangan koloninya terjaga dan mencegah pertumbuhan buruk organisme lain. Jika pH vagina meningkat (menjadi kurang asam), jumlah bakteri baik (lactobacilli) akan menurun dan bakteri jahat berkembang biak. Kondisi ini menyebabkan infeksi seperti vaginosis bakteri atau sariawan, yang dapat membikin gejala gatal, iritasi, dan keputihan tidak normal.

Infografik Bersih Bersih Ms V

Infografik Bersih-bersih Ms. V

“Produk pembersih vagina justru membersihkan semua yang ada di vagina, termasuk bakteri baik,” jelas Lamont.

Padahal bakteri baik bertugas untuk mengurangi atau membunuh bakteri lain yang masuk ke vagina. Mereka juga menghasilkan zat yang mampu menghentikan bakteri lain menyerang jaringan atau menempel di dinding vagina. Lebih aman membasuh vagiha dengan air hangat atau sabun biasa tanpa aroma, alih-alih menjaga kebersihan genital dengan produk pembersih. Produk yang mengandung parfum, pewarna, pengawet, dan bahan kimia keras juga perlu dihindari.

Jika kulit terasa iritasi, konsultan ginekolog dr. Sangeeta Agnihotri, menyarankan penggunaan emolien sebagai pengganti sabun. Secara umum kesehatan vagina dapat dijaga dengan memperhatikan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Lakukan diet sehat dan olahraga normal, jalan kaki, atau berlari bisa menguatkan dasar panggul.

"Banyak perempuan mengalami iritasi, nyeri, dan gatal justru karena terlalu bersemangat menjaga kebersihan vagina mereka," kata Agnihotri.

Baca juga artikel terkait VAGINA atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Windu Jusuf