Menuju konten utama

Vaginitis, Infeksi Vagina yang Kerap Jadi Perkara Tiap Wanita

Sebagian besar wanita akan mengalami semacam vaginitis setidaknya sekali dalam hidup mereka.

Vaginitis, Infeksi Vagina yang Kerap Jadi Perkara Tiap Wanita
Ilustrasi implan vagina. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Perawatan daerah kewanitaan atau vagina menjadi hal yang kerap dikesampingkan, dibanding perawatan wajah atau badan. Padahal, meski tidak terpapar langsung dengan lingkungan luar, vagina adalah bagian tubuh yang rentan mengalami masalah, mulai dari keputihan, gatal-gatal, hingga infeksi vagina.

Infeksi vagina sendiri juga berbeda-beda jenisnya, bergantung pada penyebab dan tingkat peradangannya. Jika Anda mempunyai gejala gatal-gatal, nyeri, dan keluar cairan di daerah kewanitaan, bisa jadi itu vaginitis, satu jenis peradangan pada vagina.

Apa itu vaginitis?

Vaginitis adalah peradangan vagina yang dapat menyebabkan keluarnya cairan, gatal dan nyeri. Sebagian besar wanita akan mengalami semacam vaginitis setidaknya sekali dalam hidup mereka.

Salah satu penyebab vaginitis adalah vaginosis bakterial (bacterial vaginosis/BV) yang memiliki prevalensi sebesar 32% di antara wanita Asia di India dan Indonesia.

Penyebab Vaginitis

Ketika keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri jahat terganggu, bakteri jahat tumbuh terlalu cepat dan menyebabkan infeksi. Dan terkadang bakteri jahat inilah yang menyebabkan vaginitis dapat menyebar melalui seks.

Seperti dilanisr dari Medline Plus, hal-hal lain yang dapat mengganggu keseimbangan vagina adalah antibiotik (obat-obatan), kehamilan, douching, pakaian basah, celana ketat, diet yang buruk, serta produk untuk vagina (semprotan, pelumas, alat kontrasepsi)

Penyebab lainnya adalah infeksi ragi (kandidiasis) yang terjadi ketika terlalu banyak candida yang tumbuh di vagina. Candida adalah nama ilmiah untuk ragi, jamur yang hidup hampir di mana saja, termasuk di tubuh.

Selain itu, trikomoniasis juga bisa menyebabkan vaginitis. Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual umum yang disebabkan oleh parasit.

Perubahan hormon juga dapat menyebabkan iritasi vagina. Contohnya adalah ketika hamil atau menyusui, atau setelah mengalami menopause. Kadang-kadang kita juga bisa mengalami lebih dari satu penyebab vaginitis pada saat yang bersamaan.

Dilansir dari American Sexual Health Association, vaginitis tidak selalu disebabkan oleh infeksi menular seksual.

Wanita yang tidak aktif secara seksual dapat menderita penyakit ini juga. Sebagian besar infeksi ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan bakteri yang normal di vagina.

Infografik SC Vaginitasi

Infografik SC Vaginitasi. tirto.id/Sabit

Gejala Vaginitas

Gejala-gejala vaginitis yang akan muncul tergantung pada jenis vaginitis yang dimiliki. Masih dari sumber yang sama, ketika mengalami vaginitis BV, kemungkinan tidak memiliki gejala tertentu. Akan tetapi bisa terjadi seperti keputihan. Adanya bau amis ikan yang kuat, terutama setelah berhubungan seks juga merupakan gejala awal.

Gejala lain adalah munculnya cairan putih yang tebal dari vagina yang dapat terlihat seperti keju, vagina kemerahan, dan muncul rasa gatal seperti terbakar. Gejala lainnya, Anda juga bisa mengeluarkan cairan abu-abu hijau, yang mungkin beraroma busuk.

Cara Merawat Vaginitis

Perawatan saat mengalami vaginitas dilakukan setelah diketahui penyebabnya. Vaginitas yang disebabkab bakteri BV dapat diobati dengan antibiotik. Seperti meminum pil, atau memakai krim atau gel yang dimasukkan ke dalam vagina. Selama perawatan tersebut, saat berhubungan seks harus menggunakan kondom atau disarankan untuk tidak berhubungan seks sama sekali sebelum sembuh total.

Jika vaginitis disebabkan oleh alergi atau kepekaan terhadap suatu produk, kita perlu mencari tahu produk mana yang menyebabkan masalah itu. Setelah mengetahuinya, sebaiknya berhenti menggunakan produk tersebut. Dan jika penyebab vaginitis adalah perubahan hormonal, gunakan krim estrogen untuk membantu mengatasi gejalanya.

Baca juga artikel terkait PENYAKIT WANITA atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani